Tips Menemukan Topik Penelitian

Panduan menemukan topik penelitian secara ilmiah

Jihargifari
6 min readJul 11, 2020

Di antara kesalahan umum dalam memulai skripsi adalah memilih topik penelitian hanya berdasarkan personal interest saja. Knowledge dan experience akan membentuk personal interest seseorang. Semakin besar engagement seseorang dengan suatu topik, kasus, atau permasalahan tertentu, semakin besar pula ketertarikan pribadi nya terdahap topik tersebut.

Sebenarnya, tidak ada yang salah dalam personal interest. Justru personal interest merupakan hal yang baik karena dapat meningkatkan motivasi dalam melakukan penelitian. Namun, yang menjadi masalah adalah apabila satu-satunya alasan memilih suatu topik tertentu adalah hanya karena kita memiliki ketertarikan pribadi terhadap topik itu. Seharusnya, ketertarikan pribadi itu dilengkapi, diperkuat dan dijadikan ilmiah dengan mencari senjang penelitian sebagai dasar pemilihan topik itu tadi. Senjang penelitian yang dimaksud bisa jadi senjang teori, senjang fenomena, senjang teoretis dan senjang fenomenologis. Apa ya yang dimaksud dengan senjang-senjang itu? Bagaimana senjang itu dapat membantu saya dalam menemukan topik penelitian? Baik, simak penjelasan berikut ya!

Dalam menemukan topik penelitian, kita bisa memulainya dengan 3 hal, dengan memahami ke-3 hal ini akan sangat membantu kita memahami ke-4 jenis senjang diatas. Berikut adalah ke-3 hal tersebut:

  1. Personal Interest
  2. Teori
  3. Fenomena.

Senjang Fenomenologis : Dari Fenomena Menuju Teori

Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya, kita boleh saja memulai pencarian topik dari personal interest, tapi harus dilengkapi dengan teori dan/atau fenomena. Untuk mempermudah penjelasan dalam artikel ini, saya akan berikan contoh, berdasarkan apa yang dahulu saya lakukan dalam skripsi. Sewaktu skripsi dulu, saya memulai pencarian topik dari fenomena. Saya mendapatkan fenomena dengan membaca berbagai penelitian terdahulu. Saat saya sedang membaca banyak artikel jurnal secara acak, saya tertarik dengan suatu topik yakni mengenai bagaimana hari raya Islam dapat mempengaruhi pasar modal.

Kemudian saya terus mencari dan membaca artikel jurnal yang juga membahas unit analisis yang sama, atau setidaknya bersinggungan. Setelah proses membaca cukup panjang dan sudah mengenali fenomena dengan baik, saya kaitkan dengan teori yang dahulu saya pelajari selama kuliah. Di sini bagian menariknya. Suatu permasalahan dapat memiliki pembahasan yang sangat berbeda bergantung perspektif apa yang digunakan. Dalam dunia akademis, hal ini disebut dengan aksiologi. Suatu permasalahan yang sama bisa memiliki pembahasan yang sangat berbeda antara pembahasan mahasiswa Ilmu Ekonomi, dengan mahasiswa Psikologi, atau mahasiswa Sosiologi. Sehingga kita perlu untuk mengaitkan fenomena yang sudah kita kenali tadi dengan teori yang menjadi latar belakang keilmuan kita. Setelah dikaitkan dengan teori, kita sudah dapat menemukan senjang dari penelitian ini.

Dalam proses yang saya lakukan di atas, senjang yang saya temukan disebut dengan senjang fenomenologis, karena kita memulai dari fenomena, kemudian kita kaitkan dengan teori yang dipelajari selama perkuliahan. Untuk memudahkan kita dalam memahami senjang fenomenologis, berikut adalah visualisasinya.

Senjang Fenomenologis

Pada gambar di atas sudah jelas bahwa senjang fenomenologis adalah senjang antara fenomena dan teori yang ditemukan dan dimulai dari fenomena kemudian dikaitkan dengan teori yang pernah dipelajari. Pada kasus yang saya contohkan di awal, fenomena yang saya temukan pada berbagai penelitian terdahulu adalah hari raya Islam memberikan pengaruh positif pada nilai Abnormal Return pasar saham. Namun, apabila dilihat dari teori konsumsi dan investasi dalam Islam(Teori yang saya pelajari sewaktu kuliah program studi Ekonomi Islam), seharusnya pada hari raya Islam Abnormal Return pasar saham menurun.

Hal tersebut dikarenakan alokasi untuk investasi secara masif seharusnya berkurang karena umat Islam memiliki opsi “investasi” lain yakni investasi yang berorientasi pada keuntungan di akhirat(After-life return). After-life return yang dimaksud ialah dengan berqurban pada hari raya Idhul Adha dan berzakat pada hari raya Idul Fitri. Adanya alokasi ini, menurut Teori Permintaan Uang Keynes, seharusnya dapat menurunkan alokasi untuk investasi pada pasar modal, dan menurunkan permintaan saham sehingga dapat menurunkan harga saham. Singkatnya, terdapat pertentangan antara fenomena dan teori, poin ini sudah bisa menjadi contoh dari senjang fenomenologis.

Senjang Teoretis : Teori dipahami, Fenomena dicari

Selain memulai dari fenomena kemudian dikaitkan dengan teori, dalam proses menemukan research gap dan memilih topik juga bisa dilakukan sebaliknya. Ya, dari memahami teori, kemudian dicari fenomenanya. Bagaimana contoh hal ini? Simak ilustrasi berikut.

Semisal, kita adalah mahasiswa Ilmu Ekonomi yang hendak memulai mengerjakan skripsi. Kita dapat menemukan topik dengan melihat kembali teori apa saja yang pernah kita pelajari. Kita bisa mendapat teori ini dari mata kuliah yang kita ambil, kemudian kita persempit hingga menjadi suatu teori khusus. Contoh, dalam ekonomi kita secara umum mempelajari ekonomi mikro dan makro. Kita bisa dalami salah satunya hingga mendapat suatu teori khusus, misal kita dalami ekonomi makro hinga dapat beberapa teori khusus seperti teori mengenai inflasi, atau kemiskinan, dan lain sebagai. Atau semisal kita mendalami Ekonomi Mikro hingga mendapat teori khusus seperti produktivitas, utility, dan lain sebagainya.

Setelah kita menetapkan suatu teori khusus, kita dapat mencari fenomena pada berbagai penelitian terdahulu dengan kata kunci teori tersebut. Pada praktiknya, kita dapat langsung mencari dengan kata kunci “Labor productivity” atau “Inflation rate” pada laman pencari jurnal seperti sciencedirect, proquest, dsb. Setelah itu kita hanya perlu membaca jurnal dengan metode skimming. Ingat, pada tahap ini jangan baca secara keseluruhan dari artikel jurnal karena akan sangat memakan waktu, tujuan dari pembacaan jurnal pada tahap ini ialah untuk menemukan dan mengenali fenomena, dan mendapatkan senjang penelitian. Untuk lebih lengkap mengenai bagaimana cara membaca jurnal dengan efektif dapat diakses di sini.

Senjang Teori : Antar Teori

Selain kesenjangan antara teori dan fenomena, kita juga dapat mendapatkan research gap dengan membandingkan beberapa teori dan bagaimana teori-teori tersebut menjelaskan suatu fenomena. Bila terdapat perbedaan antar teori-teori tersebut, khususnya dalam membahas suatu fenomena tertentu, maka itu sudah dapat dijadikan senjang teori.

Semisal, pada contoh kasus yang pertama mengenai hari raya Islam, meski menurut teori konsumsi dan investasi dalam Islam seharusnya terjadi penurunan nilai abnormal return pada pasar saham, namun terdapat teori lain yang justru mendukung fenomena meningkatnya harga saham pada hari raya Islam. Teori tersebut adalah teori Behavioral Economics. Untuk menjaga artikel ini agar tidak terlalu panjang, saya tidak akan membahas bagaimana behavioral economics menjelaskan fenomena ini. Poin yang ingin saya tonjolkan adalah pada kasus ini, terdapat pertentangan antar teori. Hal ini bisa dijadikan Senjang Teori. Dengan menambah senjang teori, kita telah meningkatkan urgensi dari penelitian yang kita lakukan.

Senjang Fenomena

Research gap juga dapat dilihat dengan membandingkan bagaimana suatu fenomena yang serupa terjadi pada beberpa situs penelitian. Apabila terjadi pertentanga antar suatu fenomena dengan fenomena lainnya maka hal tersebut juga dapat dijadikan senjang fenomena.

Masih dengan contoh yang sama, pada kasus hari raya Islam tadi juga terdapat senjang fenomena. Dari sekitar 23 artikel jurnal, thesis dan jenis penelitian terdahulu yang sudah dibaca, ternyata berbagai penelitian menemukan hasil yang beragam. Ada yang berpengaruh, berpengaruh tapi tidak persisten, bahkan ada yang tidak berpengaruh. Artinya, fenomena hari raya Islam ini memilki pengaruh yang berbeda pada pasar modal di Turki, Saudi Arabia, Malaysia, dan berbagai negara lain, bagaimana dengan Indonesia? Poin ini juga dapat dijadikan senjang fenomena untuk memperkuat urgensi dari penelitian.

Kesimpulan

Dalam menemukan topik penelitan, kita dapat menggunakan ke-4 senjang diatas untuk membantu kita menemukan research gap. Senjang Fenomenologis dilakukan dengan mengaitkan fenomena yang ditemukan dengan teori. Senjang Teoretis dilakukan sebaliknya, memahami teori kemudian mencari fenomenanya. Adapun senjang Teori adalah kesenjangan antar teori dalam membahas suatu fenomena tertentu. Sedangkan senjang fenomena merupakan pertentangan antar temuan-temuan atau hasil dari berbagai penelitian terdahulu dengan unit analisis yang sama atau bersinggungan.

Demikian tips menemukan topik penelitian menggunakan teori dan fenomena. Semoga artikel ini dapat membantu siapa saja yang masih kesulitan menemukan topik dan permasalahan penelitian. Terima kasih bagi siapapun yang sudah hendak membaca artikel ini, sampai jumpa pada artikel berikutnya!

--

--