Semesta.

Joshua
3 min readMar 8, 2022

--

Panggil saja Senandika namanya. Kritis, penuh dengan ide dan gagasan.

Panggil saja Delima namanya. Mandiri, cerdas dan berpendirian.

Pulang Sekolah.

Bel Berbunyi, tanda jam belajar telah usai di hari itu. Segerombolan anak dengan kemeja putih rompi kotak-kotak biru putih dengan celana pendek biru berlarian keluar dari kelas dengan membawa tas dengan caranya masing-masing. ada yang dijinjing seperti anak sekolah yang ada dibayangan isi kepala kita, ada yang ditarik khas koper, pertanda si anak berasal dari keluarga berada (paling tidak begitu stigmanya).

Senandika berdiri didepan gerbang sembari menunggu kedatangan ojek motor yang sudah disewa setiap oleh orang tuanya khusus untuk antar dan jemput senandika kesekolah. “dadahh dikaa…”, “besok ajarin aku gambar jerapah yah dik…”, teman-temannya berlalulalang didepan gerbang sekolah sambil menyapa senandika yang masih menunggu ojeknya yang tak kunjung datang.

1 Jam berlalu, sekolah mulai sepi, parkiran mobil mulai senyap, jemputan mobil mulai meninggalkan sekolah satu persatu. Senandika sedang berkeliling dilorong sekolah bagian sekolah dasar untuk mengobati rasa bosannya. Ia sangat suka memperhatikan alat peraga anatomi di lorong tersebut, ia sangat ingin masuk sekolah dasar karena ia sudah sangat bosan dengan pelajaran yang itu-itu saja.

“senandika, kamu belum pulang nak?” salah satu guru memanggil senandika yang sontak membuat senandika lari karena takut dimarahi karena masuk kelorong sekolah dasar.

Entah atas dorongan apa, akhirnya senandika memutuskan untuk pulang dengan berjalan kaki menuju rumahnya. dengan penuh keberanian ia berjalan setapak demi setapak sampai akhirnya ia berada diatas jembatan jalan raya dan kemudian senandika berhenti sejenak untuk menarik napas karena mulai kelelahan. Senandika membuka tutup botol berwarna jingga yang terkalung dilehernya sedaritadi.

“Loh mas, ngapain disini?” tukang ojek terheran melihat senandika ada dipinggir jalan raya yang sudah sangat jauh dari lokasi sekolah, kemudian singkat cerita beliau langsung membawa senandika menggunakan motornya menuju kerumah.

Putus atau lanjut.

Malam itu disebuah bar delima dengan teman-temannya sedang melepas penat merayakan selesainya perkuliahan disemester itu. dengan suara musik edm yang khas dan pencahayaan lampu yang minim mereka bercanda dan ketawa dengan sangat bahagia mengikuti obrolan obrolan gossip perkuliahan.

“gila ya cowo mu tuh gapeka banget ya, masa minta anter pulang dari kampus aja gabisa???”

“tau Del, padahal satu arah juga kossan dia sama rumah kamu, jahat banget.”

kira kira begitulah percakapan berlanjut kepada pacar Delima yang semakin hari semakin menyebalkan dimata teman-teman Delima.

“Iya-iya, udah gapapa, lagian tadi aku akhirnya dianterin sama mas Jefri kok, ini juga nanti dia yang anter aku kerumah” Delima menjawab.

“Wah gila-gila, ini nih, beda emang kalo banyak fansnya, cowonya gapeka, juga banyak cowo lain yang antri buat nganterin”

“HAHAHAHAHA HAHAH HAHAHA”

“ WKAKAKAKAK HAHAHAHAHA”

seketika tertawa pun sangat pecah menandingi suara musik yang tak kalah keras.

disaat bersamaan didalam hati Delima pun sedang terjadi perdebatan yang sengit karena sikap pacarnya. Delima sangat kesal dengan sikap pacarnya akhir akhir ini yang sangat tidak peduli dengan Delima. Bahkan ia menerima ajakan laki-laki lain semata-mata ternyata hanya untuk membuat pacarnya cemburu dan mulai memperhatikan Delima lagi seperti dulu.

Diperjalanan pulang pun suasana berganti menjadi sangat sendu. Delima dengan muka murungnya tak habis pikir dengan apa yang dilakukan pacarnya. sampai kemudian sudah sampai didepan rumahnya, Delima melihat pintu rumah terbuka dan ruang tamu terlihat sangat terang. Tak disangka pacar Delima sedang dirumah sedang mengobrol dengan orang tua beserta adik-adik Delima sambil menikmati martabak coklat keju hangat dengan beberapa cangkir teh manis terhidang diatas meja tamu.

--

--