Tempat Belajar UX di Luar Negeri

Budi Kontak
4 min readMar 29, 2019

--

Apakah belajar UX harus di luar negeri? Tidak, karena bisa belajar di dalam negeri. Tempat belajarnya sudah pernah saya tuliskan sebelumnya. Namun, ada kalanya kita sulit menemukan mentor yang baik. Kenapa bukan malah kita saja yang bersiap jadi mentor dengan merantau terlebih dahulu?

Kamu lulusan teknik yang pengalaman bisnis atau desain, lulusan desain yang pengalaman bisnis atau teknologi, lulusan ilmu sosial yang pengalaman desain/bisnis/teknologi, atau lulusan bisnis yang pengalaman desain atau teknologi? Jika ingin pindah haluan karirmu, jangan buru-buru memilih. Coba cari pengalaman kerja supaya bisa menemukan skill apa yang tak bisa kamu peroleh dari mentormu.

Berikut ini program-program S2 untuk UI Design, Interaction Design, Product Design, dan Service Design. Untuk memudahkan, saya bagi dua kategori saja. Yang pertama: teknologi. Yang kedua: bisnis dan kompleksitas kehidupan.

1. User Interface Design dan Interaction Design

Beberapa tahun terakhir, kedua bidang ini semakin mirip. Dengan makin canggihnya teknologi digital, maka ada banyak program Interaction Design yang mengajarkan berbagai jenis User Interface (UI).

Coba cari program berjudul Human-Computer Interaction (HCI) (di sini, atau di sini). Judul sejenis adalah Human-Technology Interaction atau Human-Centered Design and Engineering. Biasanya mereka ada bawah jurusan IT/Komputer, tapi ada juga yang di bawah Psikologi, gabungan Psikologi & Komputer, Ilmu Sosial, Teknik Industri, dan fakultas Teknik. Program-program semacam ini akan mengajarkanmu faktor-faktor manusia dalam teknologi, seperti psikologi kognitif, usability dan evaluasi pengguna, pengembangan software secara user-centered, dan berbagai jenis UI (suara, visual, dan fisik).

Ada beberapa program yang lebih teknis, yang mungkin cocok buat kalian yang suka mempelajari teknologi interaktif atau teknologi pengembangan UI. Contoh judulnya Interaction Design & Electronic Arts, Creative Technology, Design and Technology, and Interactive Media Arts / Telecommunication. Program-program tersebut cocok untuk kalian yang artistik sekaligus geek, dan tertarik mengeksplorasi berbagai bentuk UI canggih.

Fakultas Desain juga menawarkan program-program S2, di mana kuliahnya lebih banyak berbentuk studio daripada berbentuk kelas-ujian biasa atau penelitian. Contoh judulnya Design for Interaction, Human-Computer Interaction and Design, IT Product Design, dan tentu saja Interaction Design atau yang generik Master of Design. Program-program semacam ini mengajarkan creative problem solving dan unsur-unsur manusia dalam desain seperti psikologi dan antropologi. Cocok bagi kalian yang terbiasa menggerakkan seluruh tubuh mulai eksplorasi, bikin prototipe dan percobaan berulang (design doing). Syarat masuknya biasanya butuh portfolio yang menjelaskan proses (bukan ala Dribbble).

2. Product Design dan Service Design

Apakah kesamaan antara produk dan layanan? Keduanya sama-sama butuh strategi. Dengan makin banyaknya penggunaan design thinking dalam bisnis, maka ada banyak program yang mengajarkan hubungan desain dan organisasi, baik untuk komersil maupun non-profit.

Contoh judul-judul program Strategic Product Design, Strategic Design and Management, atau Design Strategies, diajarkan di fakultas Desain. Ada program-program yang lebih condong ke bidang inovasi dan kewirausahaan karena diajarkan di fakultas Bisnis, dengan judul seperti Innovation and Entrepreneurship, atau Strategic Design and Entrepreneurship. Perhatikan penekanan aspek bisnisnya. Sedangkan program sejenis di fakultas Desain biasanya menyeimbangkan desain dan bisnis (yang ini dan yang ini).

Program-program S1 di fakultas Desain berfokus mendidik desainer dasar-dasar design doing, sehingga program S2-nya biasanya mengajarkan pemecahan masalah kompleks. Beberapa program diberi judul sangat spesifik seperti Design for Social Innovation dan Transdisciplinary Design.

Ada lagi contoh-contoh judul spesifik! Digital Service Design mengajarkan perpaduan ilmu teknologi, desain, dan bisnis. Integrated Product Design diajarkan oleh fakultas Desain, yang menggabungkan teknologi, manusia, lingkungan, dan bisnis. Judul program yang sama pun belum tentu isinya sama, misalnya program Service Design. Program yang ini mengajarkan strategi, sedangkan program yang ini mengajarkan tema-tema spesifik seperti masyarakat, kesehatan, energi, dan lingkungan.

Bagaimana memilih program yang tepat?

Banyak sekali tautan di atas untuk ditelusuri, ya? :) Selamat eksplorasi! Pasti masih banyak program lain yang belum saya ketahui. Harapannya, judul-judul tersebut bisa jadi kata kunci awal untuk kamu mulai meng-googling program-program lainnya. Saya cuma bisa menyarankan langkah-langkah menuju pendidikan S2. Di bawah ini, ada nomor urut yang berarti langkah pertama, kedua, dst. Carilah:

1. Kurikulum / isi program untuk menentukan pilihan. Cek nama-nama mata kuliah yang diajarkan. Pastikan kamu jadi penasaran setelah membaca deskripsi atau silabus tiap mata kuliah.

2. Syarat lulusan program S1 untuk menyempitkan pilihan. Cek apakah ijasah S1 kamu memenuhi syarat untuk diterima di program itu. Teknik, Desain, Ilmu Sosial, Bisnis, dll? Jika tidak memenuhi syarat, jangan mundur! Tak perlu ragu untuk kontak mereka apakah program S1 kamu masih bisa diterima dengan syarat tambahan seperti pengalaman kerja, portfolio, atau kelas matrikulasi / pre-master.

3. Ketersediaan beasiswa karena tak perlu kita berharap pada LPDP saja, bukan? Terlalu kompetitif dan ada kalanya kita perlu jalur yang tidak mainstream untuk mencapai mimpi kita!

4. Lokasi (negara) ini jadi pertimbangan terakhir, karena alasannya beda-beda tiap orang. Mungkin ortumu tak mau kamu jauh-jauh dari mereka. Mungkin kamu cuma nyaman merantau ke negara berbahasa Inggris. Mungkin kamu tertarik pada suatu negara yang unik budayanya (jangan semua ke Amerika) atau unik teknologinya (Estonia negara digital). Selama kamu masih muda dan ortumu masih sehat, sikat saja!

Belajar UX wajib dengan praktek offline, bukan dengan membaca online. Oleh karena itu, merantau ke negaranya dan belajar langsung dengan para ahlinya jauh lebih baik daripada membaca tulisan-tulisan dari negara-negara itu yang belum tentu ditulis oleh para ahli.

Sekian dulu. Jika ada pertanyaan, jangan ragu untuk komentar di sini!

--

--

Budi Kontak

interaction designer | industrial design graduate | former teaching assistant & team mentor | writing only in indonesian language