Serba-serbi liburan ke Vietnam (Part 1)

Nabila Hasyim
14 min readDec 15, 2023

--

(Disclaimer: seluruh informasi di bawah bersumber dari pengalaman pribadi. Informasi tersebut bisa saja berbeda ataupun berubah seiring berjalannya waktu)

A view in front of Thien Cung Cave, Ha Long Bay, Vietnam
Ha Long Bay

Beberapa bulan yang lalu aku baru aja menyelesaikan trip ke Vietnam. Negara ini menarik banget untuk dikunjungi, terutama untuk orang-orang yang suka dengan wisata alam dan budaya. Vietnam punya segudang hal yang bisa dinikmati: mulai dari menyusuri teluk Ha Long Bay yang terkenal hingga berkunjung ke pusat pemerintahan paling tua di Ninh Binh.

Menariknya lagi, semua itu bisa dinikmati dengan tetap hemat budget lho. Definisi hemat di sini adalah tetap ada uang yang cukup ya. Nggak hemat-hemat amat sih, tapi dengan budget segitu, ada banyak tempat yang bisa dikunjungi, kuliner yang bisa dicicip, dan juga oleh-oleh untuk dibawa pulang.

Nah di sini aku mau ceritain pengalamanku kemarin sedetail yang aku bisa. Siapatahu bisa kasih insight untuk temen-temen yang punya rencana berlibur ke Vietnam.

Yuk cus!

Prolog & Itinerary

Perjalanan ini diawali dari seonggok paspor yang masa pakainya sudah mau habis padahal belum pernah digunakan sama sekali. Enaknya kemana ya? Masa’ paspor dianggurin aja sampai expired? Padahal buat dapetin nih paspor kudu pakai drama dulu (ini ada ceritanya sendiri).

Akhirnya setahun yang lalu aku sepakat dengan seorang teman untuk liburan bareng ke luar negeri. Hal pertama yang kami pikirkan adalah tentu aja: budget. Karena traveling pasti butuh dana banyak, kami memutuskan untuk mulai nabung saat itu juga. Kami bikin tabungan di salah satu platform reksadana warna hijau biar bisa nabung bareng dan lebih terkontrol. Targetnya adalah wajib nabung tiap bulan dengan nominal yang udah disepakati sebelumnya. Waktu itu kami belum bikin budget secara rinci ya, tapi cuma kasarannya aja oh kira-kira kalau liburan 10 hari butuh dana sekian.

Honestly, awalnya destinasi kami bukan ke Vietnam. Selama nunggu tabungan kekumpul tuh masih suka gonta-ganti destinasi, tergantung fyp Tiktok hahaha. Kadang pengen ke Jepang, kadang ke Korea, kadang ke Thailand, kadang ke Malaysia, gituuu terus. Sampai akhirnya muncul video orang-orang yang ke Vietnam, eh kok bagus ya? Terus harga-harga di sana nggak jauh beda sama di Indonesia. Yaudah deh akhirnya kita ketok palu mau ke Vietnam aja. Tok!

Oiya, selama trip ini aku dan temanku jalan mandiri, artinya kami nggak pakai jasa tour dan mengatur semuanya sendiri (kecuali untuk trip ke Ha Long Bay dan Ninh Binh).

H-sebulanan kami mulai budgeting, bikin itinerary, dan book tiket pesawat. Di rencana awal ada 5 kota yang mau dikunjungi: Ho Chi Minh, Dalat, Hanoi, Ninh Binh, Sapa, plus 1 negara lagi Singapore karena kita ambil flight yang layover di Singapore. Jadi kira-kira gini deh budgeting dan itinerarynya (disclaimer: budgeting di sini adalah budgeting kasar yang dibuat sebelum ganti itinerary. Budgeting ≠ pengeluaran faktual selama trip).

Angka di budget itu nggak bulet karena kami budgeting sambil book flight dan hotel, jadinya tiap habis book langsung disesuain di budgetnya biar kalau ada sisa bisa langsung dialokasiin ke yang lain. Lalu untuk itinerarynya kenapa ada 2? Karena kami sempat ngerombak itinerary waktu di sana. Pun yang itinerary awal itu juga masih ada yang kosong karena nggak keburu buat selesaiin.

Setelah ngerombak itinerary, kota-kota yang dikunjungi tetap ada 5 tapi formasinya berubah: Ho Chi Minh, Dalat, Hanoi, Ha Long, Ninh Binh. Kenapa nggak jadi ke Sapa? Karena waktu itu kondisinya nggak memungkinkan. Dengan jadwal yang cukup padat dan pindah kota beberapa kali yang jaraknya lumayan jauh, badan tuh rasanya capek banget. Jadinya jadwal ke Sapa diganti dengan one day tour ke Ha Long Bay.

Hal yang perlu digarisbawahi, destinasi wisata di Vietnam tuh ada banyak banget, tapi lokasinya tersebar di beberapa kota. Jarak antar kotanya cukup jauh, ada yang bisa pakai jalur darat, ada juga yang lebih efisien kalau ditempuh pakai pesawat. Selain berpengaruh ke fisik karena pasti butuh energi yang cukup untuk pindah dari satu kota ke kota lain, pindah-pindah kota juga pengaruh ke budget transport yang mana harus dikeluarin lebih banyak.

Biar lebih jelas, kita coba bedah itinenary aja yuk satu-satu~

(please sit back and relax, this will be a loooong post)

Per-uang-an

Hal penting pertama yang perlu dipersiapkan saat akan traveling ke Vietnam adalah menyiapkan uang cash!

Kebanyakan tempat di Vietnam, terutama di tempat-tempat wisata, belum mengakomodir pembayaran cashless. Pun terkadang keberadaan ATM juga sulit ditemui di tempat wisata. Alhasil, kita harus siap sedia uang tunai yang banyak sebelum menjelajah negara satu ini.

Untuk mendapatkan uang tunai Vietnam dong (VND) sebenarnya ada beberapa cara. Pertama, bisa lewat money changer di Indonesia. Sebelum berangkat ke Vietnam, aku sempat menukarkan uang rupiah ke VND di money changer di kotaku. Tapi, ternyata kursnya tinggi banget! Bisa mencapai Rp0,7, bahkan ada yang Rp0,8 untuk 1 VND.

Alternatif kedua yang lebih murah dan recommended untuk mendapatkan uang tunai VND adalah lewat layanan Cash Pickup Topremit. Kenapa lebih murah? Karena, kurs yang ditawarkan Topremit lebih rendah dibandingkan money changer pada umumnya. Biaya transfer-nya pun cuma Rp90.000, flat untuk berapapun uang yang dikirim.

Contoh simulasi perhitungan penukaran rupiah ke VND lewat layanan Topremit menggunakan kurs tanggal 22 Juli 2024, sudah termasuk dengan biaya transfer

Kalau dibandingkan dengan penukaran lewat money changer, kita bisa hemat sampai 338.000 rupiah menggunakan layanan Cash Pickup Topremit! Lumayan banget kan selisihnya, bisa buat jajan atau tambahan beli oleh-oleh hahaha.

Selain lebih murah, uang yang kita transfer juga cepat sampainya. Dalam waktu 15 menit udah bisa diambil di kantor Sacombank dan DongA Bank terdekat (kantor cabangnya ada di mana-mana). Terus, kita nggak perlu punya rekening bank lokal Vietnam, cukup pakai nomor telepon Vietnam aja.

Gimana cara pakai layanan cash pickup ini? Pertama, kita buat transaksi dulu di aplikasi Topremit. Setelah itu, Topremit bakal mengirimkan PIN lewat SMS atau email. Nah, PIN tersebut yang nanti kita tunjukin ke teller bank saat pengambilan uang, jangan lupa siapin kartu identitas juga ya.

Overall, layanan cash pickup Topremit cukup mudah digunakan, dan yang jelas kursnya menguntungkan banget buat kita. Oiya, kamu juga bisa lho dapetin 1 voucher gratis biaya transfer ke Vietnam khusus layanan cash pickup dengan memasukkan kode referal NABILAHASYIM saat registrasi akun. Kodenya cuma berlaku sampai 31 Desember 2024 aja, so jangan lupa diklaim sebelum ketinggalan! [Ad]

Transportasi

Lanjut ke transportasi!

Seperti yang sudah kutulis di atas, transport harus dipikirkan ekstra supaya perjalanannya smooth dan nggak bikin stress. Selama nge-trip, ada 5 moda transportasi yang kami pakai: pesawat, MRT, bus, taksi online, dan motor.

Scoot Airlines parked in Changi Airport, Singapore

Jogja-Ho Chi Minh

Pertama, berangkat dari Jogja ke Ho Chi Minh naik pesawat. Tiketnya booking langsung di wesbite maskapai karena waktu itu mau booking lewat OTA ternyata harganya lebih mahal. Dapet maskapai Scoot harga 1.2 juta rupiah (cabin luggage only) dan transit di Singapore semalam. Sebenarnya ada flight yang transitnya cuma 3–4 jam, tapi karena kami mau keliling Singapore dulu jadinya ambil yang layover sekalian. Oiya kami ambil tujuan pertama ke Ho Chi Minh karena tiket ke sana yang paling murah.

Singapore

Di Singapore kami full jalan-jalan pakai public transport. Dari airport ke kota naik MRT (naiknya dari terminal 3 Changi), muter-muter kota dan balik ke airportnya naik bus karena haltenya ada di mana-mana. Nggak perlu bingung mau naik bus nomer berapa, tinggal download aja aplikasi Citymapper dan ikutin petunjuknya. Bayar MRT dan bus gampang banget bisa pakai debit contactless Jenius atau Jago yang ada logo Visanya. Kalau nggak punya, bisa beli kartu EZ link dulu waktu di bandara. Naik MRT dan bus habisnya 60000-an rupiah.

Ho Chi Minh

Lanjut di Ho Chi Minh atau kita singkat HCMC aja ya biar gampang. HCMC tuh kota besar, jadi menemukan taksi online nggak susah. Sampai bandara Tan Son Nhat ke kota bisa naik bus sebenarnya, tapi kami pilih naik grab aja yang nggak ribet. Toh jarak dari airport ke pusat kotanya dekat, sekitar 7–8 km. Dapet harga 80000 rupiah. Naiknya dari lobi kedatangan jalan sedikit ke seberang jalan, nanti ada halte khusus ride-hailing untuk penumpang yang mau naik taksi online. Ada juga taksi konvensional, tapi harganya bisa 2–3 kali lipat taksi online. Kalau mau naik grab tinggal order aja dari aplikasi, nanti lokasinya langsung berubah ke Vietnam.

Selama di HCMC kami naik grab 3 kali. Semuanya aman dan lancar. Bayarnya pakai cash ya. Selain nge-grab, kami juga banyak jalan kaki karena main attraction di sana terbilang dekat satu sama lain.

Dalat

A sleeper bus headed to Dalat, Vietnam
Sleeper bus menuju Dalat

Next, Dalat. Dari HCMC ke Dalat kami naik sleeper bus selama 7–8 jam perjalanan. Book tiket dilakukan di website 12go sehari sebelumnya. Tidak disarankan booknya mepet sih, paling nggak 2 hari sebelum keberangkatan biar ada waktu untuk mereka approve orderan kita. Tiket bus rata-rata harganya 150000–350000 VND per sekali jalan, tergantung rute dan fasilitas, dan kebanyakan adalah tipe sleeper bus. Jujur sih pengalaman naik sleeper bus ke Dalat agak tidak menyenangkan karena aku gampang mabuk darat. Ditambah dapet seat bagian atas dan jendelanya dikasih penutup gitu jadi nggak bisa lihat keluar jendela. Rasanya sumpek. Kalau ada budget lebih aku milih buat naik pesawat aja yang lebih nyaman dan cepat.

Di Dalat kami sewa motor biar jalan-jalannya lebih enak. Tempat wisata di sana mencar-mencar, jaraknya jauh, dan aku kurang tahu apakah gampang cari ojol atau enggak. Dalat ini di letaknya di dataran tinggi ya, jadi jalannya juga ala-ala pegunungan yang naik-turun berkelok-kelok. Sewa motor di Dalat bisa sewa di hotel tempat menginap atau ke warlok setempat. Kami sendiri sewa lewat Klook yang gampang. Setelah selesai booking, beberapa jam kemudian dichat lewat Whatsapp oleh yang punya motor, janjian motornya mau diantar ke mana dan jam berapa. Nanti balikinnya mereka yang ambil ke hotel juga jadi kita nggak perlu repot. Nggak perlu ninggal paspor, cukup fotoin aja terus dikirim ke mereka (agak riskan sih tapi daripada ninggal paspor mending ini). Harganya 95000 rupiah untuk sehari (jam 07.00–22.00). Udah dapet 2 helm. Bensinnya harus diisi sendiri (isi bensin sekitar 30000 VND) dan wajib bawa jas hujan sendiri.

Yang perlu diperhatikan ketika bawa motor di Vietnam adalah di sini kita pakai lajur kanan, bukan kiri seperti di Indonesia. Jadi harus hati-hati dan fokus jangan sampai salah lajur. Jangan ragu-ragu juga kalau berkendara.

Dari Dalat ke Hanoi kami naik pesawat karena jarak kedua kota sangat jauh. Naik Vietnam Airlines dapet tiketnya sekitar 860 ribuan. Kebetulan ini dapet agak mahal karena beberapa hari setelah book harganya turun.

Nah dari hotel ke Lien Khuong Dalat Airport jaraknya jauh, jadi harus pakai bus atau taksi. Kami sendiri pilih untuk pesan taksi karena info tentang shuttle busnya agak simpang siur. Takutnya ntar udah sampai poolnya eh ternyata busnya nggak ada. Book taksi bandara via Klook lagi yang gampang. Langsung dijemput di hotel sesuai dengan kesepakatan. Minusnya pakai taksi adalah: mahal banget. Sekali jalan habis 213000 rupiah. Tapi harga segitu sepadan sih dengan servicenya. Kita nggak perlu jalan jauh ke luar hotel dan hujan-hujanan di pagi hari yang dingin.

Hanoi

Sampai di Hanoi, untuk ke kotanya kami pilih naik shuttle bus yang harganya lebih terjangkau karena jarak dari Noi Bai Airport ke pusat kotanya jauh, jadi kalau mau naik taksi online bisa dipastikan mahal. Cara cari busnya tinggal keluar lobi kedatangan aja, terus belok kanan (pokoknya ke arah jalan keluar). Nanti di pinggir jalan biasanya ada shuttle bus yang lagi ngetem. Bisa naik bus nomor 86, atau kalau kami kemarin naik shuttlenya VietJet. Bayarnya 100000 VND aja untuk berdua. Rutenya sih memang nggak sampai depan hotel ya, tapi bisa request kok minta diturunin di rute terdekat dengan hotel. Turun dari bus kami pesan grab car untuk ke hotel.

Selama di Hanoi kami selalu jalan kaki kemana-mana. Rumah makan, minimarket, ATM, semua accessible dengan jalan kaki. Karena selama di sini kami selalu ambil one day trip ke kota lain, jadinya nggak sempat mengunjungi attraction yang ada di Hanoi. Tapi kalau mau keliling kota dan mengunjungi satu persatu main attractionnya bisa sewa motor, atau naik bus hop on hop off, atau pilih attraction yang dekat-dekat aja.

Ha Long & Ninh Binh

Nah untuk trip ke Ha Long dan Ninh Binh, kami nggak perlu pusing mikir transportasinya karena semua udah include di paket tripnya. Penjelasan lebih lanjut ada di section lain.

(baru bahas transportasi aja udah sepanjang ini ya hehehe)

Lanjut,

Hanoi-Jogja

Perjalanan pulang ke Indonesia, kami ambil cara agak berbeda dari waktu berangkat. Kalau berangkatnya bisa flight dari Jogja ke Ho Chi Minh dengan harga terjangkau, tiket pesawat dari Hanoi ke Jogja harganya bisa 2 kali lipat alias sekitar 2.6 juta rupiah kalau nggak salah. Kalau ke Jakarta dulu juga tetap mahal. Jadinya kami memutuskan untuk ambil rute ini waktu pulang: Hanoi-Ho Chi Minh-Jogja. Tiket Hanoi ke Ho Chi Minh 850000 rupiah (pakai VietJet), dan tiket Ho Chi Minh ke Jogja (transit Singapore) 1 juta-an (pakai Scoot). Kalau ditotal habis 1.9 juta rupiah (cabing luggage only), jauh lebih hemat daripada tiket Hanoi-Jogja maupun Hanoi-Jakarta-Jogja.

Dari Hanoi kota ke Noi Bai airport kami memilih untuk naik taksi lagi karena jadwal flight pagi dan harus sudah beranjak dari hotel jam 4 dini hari. Tarifnya hampir sama dengan taksi airport di Dalat, namun kali ini kami book lewat hotel tempat kami menginap.

Transit Singapore

Terminal domestik di Noi Bai itu terminal 1. Di Ho Chi Minh juga sama, jadi begitu sampai di Ho Chi Minh kami langsung pindah ke terminal 2 untuk penerbangan internasional. Dari Ho Chi Minh kami transit dulu di Singapore semalam. Tapi karena sampai Singapore udah malam kami nggak kemana-mana dan memutuskan untuk stay di dalam bandara.

Transit di Singapore juga enak banget sih. Changi Airport mirip-mirip mall, banyak outlet luxury brand, apotek, pilihan makanan minumannya banyak, ada keterangan juga mana aja yang halal, ada minimarket juga di dalam, free refill air minum dimana-mana, toilet banyak, bersih, dan yang paling penting ada bidetnya! Ada prayer room juga buat sholat. Kalau layover di Changi bisa numpang tidur di sofa-sofa yang ada di Snooze Lounge, atau kalau mau rebahan sih bisa juga cari sudut yang kosong dan rebahan di karpetnya (terminal 1 full karpet, kalau yang lain kurang tahu). Kalau ada budget bisa juga book hotel yang ada di dalam terminal, cuma ya harganya memang mahal (banget). Kalau ada energi lebih bisa juga keliling antar terminal (nggak perlu keluar imigrasi) pakai skytrain. Kabarnya sih di terminal lain ada bioskop dan playgroundnya.

Nah, kalau pas transit di Singapore mau jalan-jalan ke kota dulu, bisa banget juga kayak waktu kami berangkat ke Vietnam. Pertama, kalau bawa koper kecil/tas berat bisa dititip dulu di luggage storage. Tarifnya 10 SGD untuk 24 jam. Kedua, keluar imigrasi. Ketiga, cari transportasi buat lanjut eksplor ke kotanya. Kalau mau bermalam di bandara, bisa balik sebelum tengah malam ya biar nggak ketinggalan bus/kereta. Ngikut jam operasional public transportnya aja. Waktu itu kami balik ke bandara jam 10 malam. Sampai bandara karena kami udah pegang boarding pass ke tujuan selanjutnya, jadi bisa langsung ke imigrasi aja untuk masuk ke terminalnya.

Dari Singapore baru deh terbang ke Jogja.

Bagasi

Habis bahas transportasi nggak lengkap dong kalau nggak bahas soal bagasi juga. Selama ngetrip, aku cuma bawa koper cabin dan tas ransel masing-masing 1 buah. Apakah cukup buat 10 hari? Ya dicukup-cukupin deh pokoknya. Tapi memang jadinya nggak bisa OOTD karena pakai baju seadanya hahaha. Aku rajin cuci baju juga waktu di Ho Chi Minh sama Hanoi. Apalagi di Hanoi cuacanya lagi panas-panasnya, baju jadi cepet kering. Kami juga sempat laundry di hotel.

Keputusan cuma bawa bawaan sedikit ini dilandasi dari ketentuan pesawat yang memang cuma memperbolehkan bawa koper/tas kabin aja (karena kami nggak beli bagasi), dan dikasih t&c total maksimal 10kg.

Yang harus dihighlight, ketentuan berat bagasi ini diperhatikan banget di bandara Tan Son Nhat sewaktu kami mau flight ke Singapore. Koper dan tas benar-benar ditimbang, dan kalau overweight beneran dikasih charge. Di bandara sebelumnya, baik di YIA, Changi, Lien Khuong Dalat, dan Noi Bai, koper dan tas kami nggak pernah ditimbang beratnya. Asalkan dimensinya sesuai ya aman-aman aja.

Hotel

Gia Huy Hotel, Ho Chi Minh City, Vietnam
Gia Huy Hotel, Ho Chi Minh City

Setelah per-uang-an, transport, dan bagasi, kita lanjut ke bahasan hotel yuk!

Selama di Vietnam kami sempat bermalam di 3 kota: Ho Chi Minh, Dalat, Hanoi. Di Dalat kami nggak terlalu matok harus stay di daerah mana karena dari awal memang udah berniat mau sewa motor. Nggak di tengah kota pun nggak masalah.

Kalau di Ho Chi Minh, kami pilih stay di District 1 biar dekat kemana-mana. District 1 ini letaknya di tengah kota, banyak public space, bangunan-bangunan bersejarah, dan resto halal jadi kalau mau cari makanan halal nggak susah.

Sedangkan di Hanoi kami stay di daerah Old Quarter, Hoan Kiem, nggak jauh dari Hoan Kiem Lake. Bisa dibilang Hoan Kiem khususnya Old Quarter ini pusat turis sih, soalnya banyak banget turis di sini. Di sini semua ada, dari ATM, minimarket, kuliner, resto halal, public space, masjid, toko oleh-oleh, deket kalau mau ke tempat wisata di Hanoi, deket booth bus hop on hop off juga kalau mau keliling Hanoi. Selain itu, kalau ambil one day trip ke Ha Long Bay atau Ninh Binh misalnya, pihak penyelenggara trip bisa jemput langsung ke hotel asalkan lokasinya di Old Quarter.

Untuk tarif hotel per-malamnya tentu aja beragam. Tapi dengan budget 200000–350000 rupiah semalam baik di Ho Chi Minh, Dalat, ataupun Hanoi udah bisa dapet kamar yang nyaman untuk istirahat, di tempat yang strategis pula.

Halal Food

Halal pho in a halal restaurant in Ho Chi Minh City, Vietnam
Pho halal di Ho Chi Minh

Akhirnya kita masuk ke section terakhir dari jalan-jalan part 1 (wow capek juga ya). Hal yang sangat krusial terutama untuk temen-temen muslim.

Sebelum ke Vietnam aku sempat takut bakal susah cari makanan halal di sana. Ternyata nggak juga, at least di kota-kota yang udah kukunjungi ya. Di Ho Chi Minh, pusat makanan halal bisa ditemukan di Nguyen An Ninh Street atau biasa disebut Malaysian Street. Di sini resto halal berjejer, menunya mulai dari Vietnamese food kayak pho, vietnamese spring roll, sampai Malaysian food. Ada yang jual banh mi halal dan beberapa jenis street food juga lho di sini. Selain di Malaysian Street, resto halal juga ada di sekitar Saigon Central Mosque. Keduanya sama-sama berlokasi di District 1.

Sedangkan di Dalat, kami cuma sempat mengunjungi 1 resto halal, yang mana aku juga udah lupa lokasinya di mana. Jumlah resto halal di Dalat memang nggak banyak dan lokasinya nggak terpusat di tengah kota.

Di Hanoi, makanan halal bisa dengan mudah ditemukan di daerah Hoan Kiem atau Old Quarter. Kalau di HCMC banyak resto yang jual Malay food, di Hanoi sejauh yang kukunjungi lebih banyak Indian foodnya, misal nasi biryani, kebab, chicken roll. Yang jual ramah-ramah banget!

Nah because this is halal food, harganya jauh lebih mahal daripada beli di resto umum (hiks). Sekali makan buat berdua tuh biasanya bisa habis sekitar 150000–200000 VND. Tapi kadang porsinya memang banyak banget, jadi bisa ditake away dan disimpan buat dimakan nanti.

Kemudian soal makanan halal di Ninh Binh dan Ha Long Bay, sewaktu booking trip, aku diminta menuliskan request mealsnya (trip ke Ninh Binh dan Ha Long Bay sudah include lunch). Karena aku nggak makan pork/lard/alcohol, kutulis aja deh no pork/lard/alcohol, prefer chicken/seafood. Kita juga bisa tulis apakah kita vegetarian atau alergi makanan tertentu.

Realisasinya, sewaktu di Ha Long Bay hidangan lunchnya kebanyakan adalah seafood kayak ikan, kerang, udang. Kalau vegetarian dapet menu khusus juga kayak mie, kentang goreng, terus ada tumis/oseng sayur deh kalau nggak salah. Sedangkan di Ninh Binh ada ayam, tempura, oseng/tumis sayur. Di kedua tour nggak ada menu pork/lard (semoga sih nggak dicampur alcohol juga), jadinya kami bisa ikut makan.

Nah segitu dulu cerita jalan-jalan ke Vietnam part 1! Selesai part 1, harusnya ada part 2-nya dong. Di part 2 nanti aku mau cerita lebih banyak lagi seputar cuaca, proses imigrasi, internet, one day trip, dan lain-lainnya. Ditunggu ya, semoga sih tidak wacana.

Sekian.

[Update: Serba-serbi liburan ke Vietnam part 2 sudah bisa dibaca di sini]

--

--