Renungan: Aku, Spons Penyerap Emosi

Tasya - Introvert Muslim Writer
2 min readJun 19, 2024

--

Photo by Volodymyr Hryshchenko on Unsplash

Hai, aku spons!

Aku terbuat dari bahan sintetis, dengan sabut buatan juga.

Awalnya aku bersama teman-temanku berjejer-jejer di tempat yang kau sebut “pasar”, lalu seorang manusia mengambil dan membawaku pulang.

Aku ingat rasanya ketika pertama kali aku menyeka peralatan makan dan bersentuhan dengan air untuk pertama kalinya.

Ia dingin, mengalir tidak tahu darimana, dan memenuhi rongga-rongga badanku.

Satu lagi, aku bisa mengkerut dan kembali lagi ke bentuk semula. Hal luar biasa yang tidak aku temukan di temanku para sikat.

Aku tidak bisa mengatakan aku sangat mencintai pekerjaanku.

Aku merasa… pekerjaanku monoton, traveling-ku sebatas tempat cuci piring.

Namun kotoran dan air yang masuk terus-menerus setiap harinya, perlahan mengikis badanku.

Aku tahu hargaku sudah tidak pantas lagi kala berulang kali aku hanya digunakan membersihkan kerak wajan yang menghitam, membuat rupaku menjadi buruk rupa.

Badanku menipis, sabutku terurai.

Aku dicampakkan begitu saja ke aliran sungai, dibawa ke lautan dan terdampar di hadapanmu yang sedang merenung di pesisir pantai.

Kamu tahu?

Kamu manusia.

Kamu tidak berkewajiban untuk terus mendengar keluh kesah orang disekitarmu hingga tubuhmu lunglai disedot vampir energi yang haus validasi.

Jangan hanya terpaku pada kedua telinga.

Kamu punya kedua tangan untuk berbuat,

kedua kaki untuk melangkah menjauh dari orang toxic,

dan satu mulut untuk menyuarakan pendapatmu secara asertif.

Berkahmu jauh lebih dari cukup, kamu sudah punya semua yang kamu butuhkan untuk menjadi manusia yang berdaya.

Kamu sepadan dan setara dengan orang lain.

Jangan biarkan orang agresif membuatmu berpikir sebaliknya dan menjadikanmu kalah karena hanya bisa pasif.

Aku, spons penyerap emosi kecil ini… sudah membuktikan betapa jahatnya manusia yang hanya mementingkan dirinya sendiri.

Kamu manusia yang juga punya kebutuhan dan mimpimu sendiri!

Sudah selayaknya kamu fokus pada kewajiban hidupmu yang selama ini terbengkalai.

Kalau bukan kamu yang berbuat, jangan harap orang lain akan melakukannya untukmu, sebagaimana yang sering kamu lakukan untuk mereka.

Satu-satunya manusia yang bisa berbuat baik padamu adalah dirimu sendiri.

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).

[QS. Al-An’am: 116]

Baca juga: Surat Cinta untuk Anak Ambis

See you next Wednesday!

Relate?

  • Klik clap 👏 dan follow aku di Medium biar nggak ketinggalan sama artikel terbaruku di masa depan 🤗
  • Cek konten yang lebih estetik di Instagramku 🤩
  • Mau kenal lebih jauh? Connect di LinkedIn, yuk 🙂

--

--

Tasya - Introvert Muslim Writer

💖 Bantu kamu self-love & mendalami Islam | 💎 Artikel baru insyaa Allah setiap Rabu malam | 📚 3 buku antologi SUDAH TERBIT!