Hai gimana kabarnya semua?
Kembali lagi dan saat ini memasuki episode keenam. Wow. Di awal aku bilang mau upload tulisan setiap 2 minggu sekali dan sekarang 1 bulan menjelang 2020 masih episode ke-6, luar biasa.
Tapi episode kali ini spesial, karena harusnya episode ini menceritakan pengalamanku ketika di Jepang dan pengalaman pertama kali ke luar negeri. Namun sayangnya tidak jadi berangkat karena aplikasi visaku ditolak. Ah sayang banget padahal akomodasinya gratis dan aku sudah menyiapkan kalimat puji-pujian yang luar biasa berlebihan untuk dituliskan di sini sebagai ucapan terima kasih kepada pihak yang mengundangku. Tapi mohon maaf tidak jadi 🙏. [Widy Jp sent a sticker.]
FYI, selain makanan take away dari tempat makan yang pakai pesugihan, hal yang nggak enak lainnya adalah visa ditolak 1 minggu sebelum berangkat. Apalagi ditolak dan nggak dikasih tahu alasannya. Kesel lah pasti. Itu kayak kalian sekolah terus dihukum karena pakai sepatu putih atau rambut gondrong, dan kalian nggak tau apa masalahnya.
Tapi aku sadar diri sih kenapa visaku nggak diterima, karena memang sebelum pengumuman resmi dari kedutaan Jepang, dokumenku sudah ditolak duluan sama loket konsulat jenderal karena aku apply visa liburan dan ditemukan ada masalah di dokumen keuanganku yang mereka anggap nggak memenuhi standar minimal mereka. Ya jadi intinya sih pengajuan visaku ditolak karena miskin. Mereka menganggap aku nggak punya cukup uang untuk liburan di negara mereka. Makanya kalau kalian ada rencana liburan ke Jepang, khususnya yang KTP Jawa Timur dan ngurus di Surabaya, pastikan ada saldo sebesar 30 juta di rekening kalian.
Sejak pengumuman visa ditolak saat itu aku melihat Jepang nggak lagi sama. Sejak hari pengumuman sampai hari ini aku belum nonton anime lagi. Dan aku nggak akan lagi beli onigiri Indomaret.
Tapi aku sudah berdamai dengan batal ke Jepang, aku malah berterima kasih kepada pihak kedutaan Jepang telah menolak aplikasi saya, sehingga tabungan kuliah saya masih utuh. Mengingat Jepang adalah negara yang memproduksi banyak barang lucu-lucu ditambah aku sendiri yang suka beli barang-barang random terbukti dengan dulu gaji pertama dibelikan fidget spinner, maka besar kemungkinan aku akan khilaf di sana. Karena percuma instastory bagus-bagus, tapi uang kuliah nunggak. Karena sejatinya yang diinginkan oleh orang tua bukanlah oleh-oleh dari negeri sakura, tapi gelar sarjana. Boleh clap buat saya.
Dari sini aku juga jadi tahu sih bahwa ternyata Google nggak pinter-pinter amat. Di internet kita hampir nggak punya privasi sama sekali. Ketika aku dapat email isinya konfirmasi tiket pesawat dan hotel selama di Jepang, Google langsung tahu dan masukin jadwal selama di sana ke kalender dan ngasih rekomendasi tempat untuk dikunjungi selama di Jepang. Tapi mereka nggak tahu kalau aku nggak dapat visa dan batal berangkat, bahkan aku masih dikasih notifikasi kalau pesawat buat balik ke Indonesia delay. Aku yakin machine learning, AI, atau apalah itu four point o whatever-nya Google pasti bingung karena menurut hasil track mereka GPS-ku masih di Indonesia.
Untungnya aku masih ada kesempatan untuk refreshing, jadi beberapa minggu lalu outing kantor ke pulau Belitung. Ada hal yang menarik selama outing, yaitu ketika berangkat dan nunggu di bandara, aku mencoba kursi pijat. Aku akan sangat merekomendasikan ini ke kalian, kalau kalian ada kesempatan ke bandara atau di beberapa stasiun besar kayaknya ada juga, kalian harus nyoba kursi pijat ini. Kalian cukup investasi 20 ribu, cashback 2 ribu kalau pakai gopay, dan itu akan sangat worth untuk melepaskan sejenak penat akibat pekerjaan atau sekolah sehari-hari.
Jadi ada 2 hal yang aku sarankan untuk kalian coba selama kalian hidup, yang pertama adalah kursi pijat, dan yang kedua adalah bersihin telinga di dokter THT. Kalian harus coba yang kedua sih karena selain bersihin telinga pakai cotton bud itu nggak disaranin, di THT begitu kuping kalian disemprot dan bersih dari kotoran, pendengaran kalian bakal jadi jauh lebih jernih, bahkan suara-suara minoritas itu akan langsung terdengar jelas.
Belitung menarik. Overall menyenangkan, pantai dan lautnya bersih, bukitnya bagus, spot-spot lain bernuansa laskar pelangi pun juga keren. Sayangnya aku nggak bisa sepenuhnya menikmati kuliner di sana, karena nggak tau kenapa di hari kedua mual-mual dan makanan nggak mau masuk, padahal bukan tanggal merah. Akhirnya dari seluruh itinerary, restoran dan tempat makan adalah jadwal yang aku paling tidak excited. Padahal di hari pertama ketika masih bisa makan, olahan sea food di sana enak banget, rasanya nendang, mana nendangnya pakai sepatu PDL TNI.
Balik dari Belitung, aku langsung ke Jakarta lagi buat ujian. Habis ujian ketemu dan ngobrol sama seorang temen sambil makan siang seperti biasa. Tapi topik obrolan kemarin menarik, mulai dari bahas tulisanku sebelumnya tentang raja Inggris yang asli, sejarah, sampai akhirnya masalah geopolitik, kebetulan kami sama-sama suka main game geopolitical. Kemarin sih aku lebih banyak tanya-tanya ke dia pendapatnya dan apa yang dia tahu soal perang, new world order, dan sebagainya. Memang ada perbedaan referensi dan sudut pandang, tapi kami sangat sepakat akan satu hal, yaitu presiden Soeharto itu kayak tai (I hope there’s still next episode after I wrote this). Selain brainwash dan propaganda semasa orba, yang kami sesalkan adalah beliau bertanggung jawab atas hilangnya satu generasi intelektual Indonesia. Di mana pada masa itu ada ribuan mahasiswa dan expert yang diberikan beasiswa oleh presiden Soekarno untuk sekolah di luar negeri, sehingga bisa mengimplementasikan ilmunya ketika kembali ke Indonesia, yang bisa saja menjadikan Indonesia negara maju saat itu. Sayangnya, kemudian terjadi terjadi tragedi 1965 dan akhirnya Soeharto menjadi presiden. Yang beliau lakukan adalah meminta orang-orang ini untuk ikut mendukung pak Harto dan menuduh presiden Soekarno sebagai komunis. Para mahasiswa ini menolak dan mereka sadar bagaimana bahayanya kalau memaksa kembali pulang ke Indonesia, sementara Soeharto mencabut paspor dan kewarganegaraan mereka, sehingga mereka tidak bisa pulang hingga 1998 ketika orde baru jatuh. Setelah itu pun sulit bagi mereka untuk kembali karena sudah berkeluarga di negara lain yang menampung mereka.
Di masa sekarang kita juga di tengah perang superpower, ada yang tambang emasnya diambil sehingga mungkin gerah untuk merusuh. Pemerintah juga semakin bergerak ke arah Orwellian, pak Mendagri katanya mau pasang CCTV untuk mengawasi aktivitas publik. Semoga negara ini tidak akan menjadi authoritarian atau bahkan totalitarian. Karena aku lagi baca buku Nineteen Eighty-Four, dan ngeri banget di mana tidak sependapat dengan pemerintah bahkan hanya jika di dalam pikiran artinya bisa saja kalian ditangkap dan hilang tanpa jejak. Semua kebijakan penuh dengan propaganda, sejarah ‘dibuat’ oleh penguasa, bahkan kata-kata dalam kamus terus direvisi dan diminimalisir hingga rakyat nggak punya kata-kata lagi untuk melawan pemerintah.
Makanya kalau pak Jokowi terlihat berbeda dengan pak Jokowi yang dulu, ya mungkin karena orang-orang di sekitarnya. Apalagi kalau seorang presiden bukan ketua partai, berarti ada yang punya power lebih di atasnya. Aku jadi inget bang Adri pernah bilang di podcastnya, dia ngelempar jokes kayak bisa nggak sih presiden itu mengundurkan diri karena temen-temennya nggak asik, jadi presiden bakal mengundurkan diri secara live dan bilang “Ah fak lah, keluar gue dari sini, emang kayak tai lo semua”, dan itu kayaknya bisa menyelamatkan reputasi beliau deh.
Terakhir, welcome back buat pak Ahok, meskipun banyak menuai pro kontra bahkan bagi pendukung beliau sendiri. Di Belitung kemarin sempat mampir ke rumah beliau, tapi sepertinya orangnya sedang tidak di rumah. Anyway, selamat untuk pak Ahok yang dilantik jadi komisaris utama pertamina, katanya bakal digaji 3,2 miliar per bulan. Anjir gaji segitu apply visa mana pun pasti nggak akan ditolak karena saldo rekeningnya kurang.
Okelah cukup sekian, thank you, see you next episode.