Memulai Investasi: Saham

Winson Waisakurnia
14 min readFeb 17, 2019

--

“Bursa Saham” oleh Geralt dari Pixabay

Sebagian dari kita mungkin takut jika diajak berinvestasi di bursa saham. Saya pun merasa takut masuk ke dunia saham karena banyaknya orang yang merugi di bursa saham. Harga saham bisa naik dan turun dengan cepat dan kadang tidak dapat diprediksi. Dari satu sudut pandang, investasi di bursa saham seperti bermain judi. Tetapi setelah membaca berbagai referensi, pandangan saya tentang saham mulai berubah dan melihat bursa saham sebagai kesempatan untuk investasi jangka panjang.

Bagi yang belum pernah berinvestasi sebelumnya, sebaiknya mulai dari instrumen investasi dengan resiko rendah seperti deposito dan reksadana. Anda dapat membaca artikel sebelumnya, Memulai Investasi: Deposito dan Reksadana, menjelaskan pentingnya investasi dan platform yang dapat digunakan untuk investasi deposito dan reksadana. Artikel tersebut juga menjelaskan bagaimana compounding effect dapat membuat orang yang menabung lebih dikit untuk investasi dapat memperoleh hasil investasi yang lebih besar apabila orang tersebut lebih cepat mulai berinvestasi.

Platform Investasi Saham

Untuk bisa membeli saham, pertama, kita perlu mendaftar ke perusahaan sekuritas. Perusahaan sekuritas juga biasa disebut broker atau pialang. Hanya melalui perusahaan sekuritas, kita dapat membeli dan menjual saham. Selain itu, ada juga media sosial yang dirancang untuk investor saham di Indonesia.

Mulai dari Mendaftar ke Perusahaan Sekuritas, Indopremier

Faktor yang menjadi pertimbangan untuk memilih broker saham adalah fee transaksi, dan fasilitas yang disediakan. Saya sendiri pertama kali mencoba menggunakan Mandiri Sekuritas, sebelum kemudian mencoba Indopremier dan Sinarmas Sekuritas. Dan kemudian saya memutuskan untuk menggunakan aplikasi online trading Indopremier sebagai platform utama untuk bertransaksi saham. Alasannya sederhana, karena aplikasi yang disediakan Indopremier mudah digunakan dan memiliki fitur yang lumayan lengkap.

Sebagai perbandingan, terdapat daftar fee beli dan jual saham pada tabel di bawah. Karena nominal saham yang saya beli tergolong kecil, biaya untuk jual beli saham di Mandiri Sekuritas menjadi besar karena adanya biaya harian jika ada transaksi pada hari tersebut. Sinarmas Sekuritas memiliki biaya jual dan beli yang lebih rendah, tetapi sebagai pengguna online trading dan sebagai investor kecil, saya memilih sekuritas yang menyediakan aplikasi online trading yang paling nyaman untuk digunakan. Sekuritas online yang banyak digunakan lainnya adalah Mirae Aset Sekuritas yang memiliki fee yang rendah dengan komunitas yang kuat, namun saya sendiri belum pernah mencobanya. Untuk melihat perbandingan lebih rinci dapat mengakses artikel “10 Sekuritas Saham Online Terbaik 2018”.

Perbandingan fee jual beli dari sekuritas.

Beberapa sekuritas termasuk Mirae Aset juga menetapkan dana minimal yang harus disetor untuk pertama kali. Namun untuk Indopremier (IPOT) tidak ada keharusan menyetor dana minimal. Dan pendaftaran dapat dilakukan dengan mudah secara online. Oleh sebab itu, Indopremier (IPOT) menjadi salah satu pilihan yang paling baik untuk pemula. Segera daftarkan ke Indopremier melalui tautan ini agar dapat segera mencoba berinvestasi di saham. Pendaftaran tidak dikenakan biaya, dapat dilakukan secara online, dan tidak ada biaya administrasi bulanan.

Informasi mengenai harga saham, detail perusahaan, dan ringkasan laporan keuangan dapat diakses dari website Indopremier tanpa harus registrasi terlebih dahulu. Klik disini untuk melihat saham bank BCA melalui Indopremier. Anda juga dapat mencari informasi dari perusahaan-perusahaan publik lainnya melalui website tersebut. Gambar di bawah adalah contoh tampilan dari platform Indopremier (IPOT).

Tampilan website Indopremier

Mendapat Informasi dari Media Sosial Investasi, Stockbit

Stockbit adalah sosial media untuk investasi di bursa saham. Melalui Stockbit, kita bisa melihat pendapat orang tentang suatu saham dan juga mendapatkan berita ter-update dari saham tersebut. Selain itu, kita dapat banyak belajar dari investor-investor lainnya yang bersedia berbagi tips dan pengalaman. Stockbit juga menyediakan e-book yang ditulis oleh pengguna Stockbit seperti bapak Joeliardi Sunendar.

Stream untuk saham Waskita Karya
Ebook Stockbit

Tidak Perlu Takut, Mulai dengan Modal Kecil, Mulai dari Sekarang

Ada dua isu utama yang membuat kita enggan berinvestasi di pasar modal: 1) Banyak orang yang merugi di bursa saham. 2) Investasi di bursa saham membutuhkan modal yang besar.

Banyak orang yang merugi di bursa saham?

Betul bahwa investasi di bursa saham memiliki resiko yang besar. Harga saham sebuah perusahaan dapat berubah dengan cepat. Bahkan mungkin saja bisa naik dan turun hingga 10% atau lebih dalam satu hari. Tetapi apakah kondisi perusahaan juga berubah secepat itu? Seringkali pergerakan harga saham bersifat irasional. Harga saham bisa turun walaupun perusahaan menghasilkan laba secara konstan, dan bisa naik walaupun perusahaan merugi. Tetapi, untuk jangka yang panjang, harga saham akan mengikuti performa atau fundamental dari perusahaan tersebut.

Untuk jangka pendek, saham hanya dipandang sebagai instrumen untuk trading. Pada trading, yang paling penting hanya membeli di harga rendah dan menjual di harga tinggi. Biasanya trader menggunakan technical analysis yang menggunakan indikator seperti Moving Average (MA), Relative Strength Index (RSI), atau pola pada candle chart seperti Bull Flag dan Triangle Pattern. Trader, melalui hasil analisisnya, perlu membuat trading plan yang mencakup masuk di harga berapa, take profit di harga berapa, dan cut loss di harga berapa. Jika tidak disiplin menetapkan batas tersebut, trader dapat mengalami kerugian yang tidak dapat diprediksi.

Kita, sebagai orang yang memiliki banyak kesibukan lainnya, tidak perlu ikut melakukan trading. Kita dapat membeli saham untuk investasi jangka panjang. Membeli saham ibarat membeli sebagian kepemilikan dari sebuah perusahaan. Sama seperti membuka usaha sendiri, performa perusahaan bisa menurun dan menyebabkan orang kurang tertarik dan menjual kepemilikan saham sehingga harganya turun. Namun, jika performa perusahaan tersebut bagus semakin baik, maka harga saham akan ikut naik. Ketika perusahaan menghasilkan laba yang besar dan membagikan dividen, kita sebagai pemilik saham, juga akan mendapatkan bagian dari keuntungan tersebut.

Harga saham bisa saja turun pada walaupun perusahaannya berkembang. Kita dapat melihat itu sebagai kesempatan untuk mendapatkan kepemilikan perusahaan dengan harga yang lebih murah. Membeli saham menjadi alternatif dari membangun usaha sendiri. Daripada membangun usaha dari nol, kita dapat menanam modal di perusahaan yang sudah berjalan, yang membutuhkan dana untuk menghasilkan keuntungan yang lebih banyak atau ekspansi. Kuat secara psikologi dan emosi yang tidak mudah terombang-ambing oleh naik turunnya harga saham menjadi faktor yang sangat penting bagi investor saham.

“Don’t put your eggs in one basket.” — Miguel Cervantes

Namun, jangan lupa juga untuk melakukan diversifikasi. Belilah saham beberapa perusahaan yang kita rasa bagus untuk mengurangi resiko. Jangan menggunakan seluruh uang investasi hanya untuk membeli saham satu perusahaan. Karena bisa saja kita salah menilai perusahaan tersebut dan perusahaan yang kita rasa bagus ternyata bangkrut di kemudian hari.

Investasi di bursa saham membutuhkan modal yang besar?

Untuk semua saham di Indonesia, minimal pembelian adalah 1 lot (100 lembar saham). Saham perusahaan Agung Podomoro (APLN) sekarang berada di harga Rp195 per lembar saham. Sehingga minimal investasi adalah 1 lot, yaitu 100 lembar saham x Rp195 = Rp19.500. Tetapi ada juga perusahaan yang memiliki harga saham yang sangat tinggi seperti Unilever Indonesia (UNVR) yang sekarang berada di harga Rp49.625, sehingga minimal investasi untuk saham tersebut berkisar di angka 5 juta rupiah. Sebagian besar saham memiliki harga per lembar saham di bawah 2 ribu rupiah atau dengan minimal investasi 200 ribu rupiah. Dengan nilai minimal investasi yang kecil, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak berinvestasi saham karena butuh modal yang besar.

Orang-orang yang mengatakan bahwa investasi di bursa saham memerlukan modal yang besar, kebanyakan adalah trader. Mereka bukan orang yang berinvestasi jangka panjang. Mereka menjadikan trading menjadi profesi utama, dan tiap bulannya mereka harus mendapatkan keuntungan layaknya gaji. Mereka mengambil keuntungan dari selisih harga beli dan jual (margin), dan kadang hanya dengan keuntungan per transaksi sebesar kurang dari 2%. Tentu saja trader tidak ingin menghabiskan waktu memantau pergerakan harga saham 7 jam setiap harinya hanya untuk memperoleh keuntungan yang sedikit.

Jika memiliki modal 100–200 ribu rupiah, segera coba download aplikasi online trading Indopremier (IPOT) dan lakukan registrasi. Memulai jauh lebih sulit daripada melanjutkan. Memulai dengan modal kecil dapat membantu kita mempelajari cara kerja bursa saham tanpa perlu takut rugi. Kemudian kita dapat investasi lebih banyak ketika ada kesempatan besar seperti pada tahun 2008 dan 2015, ketika saham perusahaan dijual dengan harga obral. Mulai belajar investasi di bursa saham / pasar modal dengan langsung menggunakan modal yang besar justru tidak disarankan.

Memilih Saham

Memilih saham untuk investasi jangka panjang memerlukan keyakinan bahwa perusahaan yang kita beli sahamnya adalah perusahaan yang bagus dan berkembang. Jika tidak, kita akan mudah panik ketika harganya turun jauh dibawah harga beli. Untuk menjadi yakin, kita perlu melakukan riset sendiri, mulai dari mencari berita dan sentimen terkait perusahaan tersebut, melihat financial ratios dari perusahaan tersebut, sampai dengan membaca laporan keuangan tahunan yang tebal.

Dua hal yang harus diperhatikan ketika membeli saham:

  1. Pertama, pilih perusahaan yang bagus
  2. Kedua, pilih saham perusahaan dengan valuasi yang murah

Yang perlu diperhatikan untuk memilih perusahaan yang bagus

Beberapa aspek yang perlu dilihat untuk menentukan apakah perusahaan tersebut bagus:

  1. Good Corporate Governance (GCG)
    GCG adalah struktur dan mekanisme yang mengatur pengelolaan perusahaan agar sesuai dengan peraturan, perundang — undangan, dan etika usaha yang berlaku. Perusahaan dengan GCG yang baik akan menumbuhkan kepercayaan investor. Pada tahun 2018, perusahaan Indonesia dengan GCG terbaik berdasarkan ASEAN Corporate Governance Scorecard (ACGS) adalah PT Bank Mandiri, PT CIMB Niaga, PT Bank Tabungan Negara, PT Aneka Tambang, dan PT Jasa Marga. Ada perusahaan-perusahaan yang terkenal buruk di mata investor dan seberapa bagus pun laporan keuangan perusahaannya, hanya sedikit yang mau menyentuh saham tersebut.
  2. Kemampuan perusahaan menghasilkan uang
    Kemampuan perusahaan menghasilkan uang dapat dilihat dari Return of Equity (ROE). Return of Equity dihitung dari Net Profit dibagi dengan Equity. Equity (Ekuitas) sendiri adalah Assets (Aset) dikurang Liabilities (Kewajiban/Hutang). ROE dapat dipahami sebagai “berapa keuntungan yang didapatkan dibandingkan dengan modal”. Idealnya perusahaan yang dipilih adalah perusahaan yang memiliki ROE diatas 10%, atau beberapa persen diatas bunga deposito. Apabila perusahaan tidak dapat menghasilkan ROE lebih dari bunga deposito, ~7%, maka lebih baik kita menempatkan uang di deposito daripada di perusahaan tersebut.
  3. Kemampuan perusahaan menjaga cash-flow
    Ada yang mengatakan “Revenue (omset) adalah kesombongan, profit (keuntungan) adalah kewarasan, dan cash (kas) adalah kenyataan.” Kita bisa saja memiliki omset yang besar, banyak yang membeli produk yang kita jual, tetapi sebenarnya kita jual rugi setelah dikurang dengan berbagai biaya dan hutang. Apabila perusahaan menjual barangnya namun pembeli masih berhutang ke perusahaan tersebut, perusahaan tersebut tetap mencatat transaksi dan keuntungan yang diperoleh, tapi cash atau uang kas tidak bertambah. Seberapa besar pun keuntungan yang diperoleh, apabila cash yang dimiliki perusahaan menjadi 0 atau minus, maka perusahaan tersebut tidak dapat lagi membayar hutang dan bangkrut. Beberapa investor juga berpendapat bahwa profit seringkali bisa dimanipulasi oleh perusahaan dan kita dapat terkecoh apabila tidak membaca laporan keuangan secara detail. Investor tersebut memilih untuk melihat operating cash flow perusahaan. Operating cash flow adalah uang kas yang didapatkan dari operasional perusahaan, tidak termasuk cash yang didapatkan dari menjual aset ataupun cash yang berkurang akibat investasi aset seperti membeli mesin. Yang perlu diperhatikan lainnya adalah Debt-Equity Ratio (DER). Debt-Equity Ratio dihitung dari Total Liabilities (Hutang) dibagi dengan Equity (Ekuitas). Jika perusahaan berhutang terlalu banyak, ada kemungkinan perusahaan kesusahan menyelesaikan kewajibannya dan cash-flow-nya macet. Tetapi, jika perusahaan tidak berhutang maka perusahaan tersebut mungkin tidak dapat menghasilkan ketuntungan Return of Equity yang lebih tinggi dibanding kompetitor di sektornya.
  4. Dividen
    Pembagian dividen memberi kesan bahwa perusahaan tersebut peduli dengan investor. Walaupun dividend yang dibagi dikit, pembagian dividen dapat membantu menjaga harga saham. Tetapi pembagian dividen yang terlalu banyak juta tidak baik karena dapat memperlambat perkembangan dari perusahaan. Keuntungan yang didapatkan dari perusahaan dapat menjadi modal untuk operasional perusahaan pada tahun berikutnya. Financial ratios yang dapat dilihat terkait dividen adalah Dividend Yield dan Payout Ratio. Dividend Yield dihitung dari dividen yang dibagikan dalam satu tahun dibagi dengan harga saham tersebut. Jika harga saham Rp1.000 per lembar dan perusahaan membagikan keuntungan / dividend sebesar Rp20 pada tahun tersebut, maka Dividend Yield nya adalah 2%. Payout Ratio adalah persentase keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Payout Ratio dihitung dari total dividen yang dibagikan dibagi dengan pendapatan bersih pendapatan bersih.
  5. Tren dari sektor industri perusahaan
    Perusahaan dari sektor industri komoditas seperti sawit, batu bara, minyak, emas, dan sebagainya sangat bergantung pada harga komoditas dunia. Perusahaan tidak mempunyai kontrol penuh terhadap harga. Jika harga batu bara di dunia turun, maka perusahaan batu bara terpaksa ikut menurunkan harga jual-nya agar tetap ada pembeli. Gambar di bawah adalah contoh grafik harga gabungan dari beberapa komoditas yang membentuk siklus. Masing-masing komoditas juga memiliki siklus nya sendiri seperti pada saat ini harga batu bara sedang tinggi dan diprediksi akan menurun, sedangkan harga kelapa sawit sedang pada titik rendahnya dan diprediksi akan naik.
“Commodity Kondratiev Cycle” from Business Insider

Menentukan apakah saham sebuah perusahaan murah atau mahal

Setelah mempertimbangkan apakah suatu perusahaan bagus dan secara konstan dapat menghasilkan keuntungan, tentu saja kita juga mau membeli saham perusahaan dengan harga yang murah. Perhatikan bahwa murah atau mahal-nya saham bukan dilihat dari harga per lembar saham. Bisa saja saham perusahaan dengan harga per lembar Rp100 tergolong mahal, tetapi saham perusahaan dengan harga per lembar Rp10.000 tergolong murah. Terdapat dua financial ratios yang dapat digunakan untuk mendapat gambaran apakah suatu saham tergolong mahal atau murah.

  1. Price per Booking Value (PBV)
    Book value / nilai buku adalah aset bersih dari suatu perusahaan, yang didapatkan dari total aset dikurang aset tidak berbentuk seperti hak paten dan juga dikurangi hutang. Book value dapat dianggap “apabila hari ini kita menjual semua aset perusahaan, dan melunasi semua hutang, berapa uang yang bisa didapatkan?”. Nilai PBV didapatkan dari harga satu lembar saham dibagi dengan nilai buku per lembar saham. Misalkan jika nilai buku per lembar saham suatu perusahaan adalah Rp1.000 tapi saham perusahaan tersebut berada di harga Rp2.000 per lembar berarti PBV nya adalah 2. Berdasarkan Investopedia, akan sangat baik jika kita bisa mendapatkan saham dengan Price per Booking Value (PBV) lebih rendah dari 1, karena boleh dikatakan harga saham tersebut murah. PBV dibawah 3 juga masih dapat dipertimbangkan apabila perusahaan tersebut bagus. Namun kita perlu hati-hati, karena kadang PBV atau valuasi perusahaan rendah karena perusahaan tersebut sedang mengalami masalah.
  2. Price to Earning Ratio (PER)
    Price to Earning Ratio (PER) didapatkan dengan cara membagi harga per lembar saham dengan pendapatan per lembar saham. Jika harga saham Rp1.000 dan pendapatan pada suatu periode adalah Rp200, maka PER nya adalah 5. PER yang lebih rendah menandakan harga saham relatif lebih murah. PER = 5 dapat diinterpretasikan bahwa dalam 5 periode, pendapatan dari perusahaan tersebut sudah sama dengan modal yang kita tanamkan / balik modal. Berdasarkan The Balance, PER 7 tergolong sangat rendah, PER 40 tergolong sangat tinggi, dan rata-rata PER berada di angka 14.

Memanfaatkan Apa yang Telah Dipelajari

Dari apa yang telah kita pelajari di atas, kita akan coba melihat rangkuman fundamental dari beberapa perusahaan dan juga belajar menggunakan screener untuk mencari saham yang potensial.

Kenyataan Pahit Garuda Indonesia

Jika ditanya apakah kita mau membeli saham Garuda Indonesia (GIAA), mungkin sebagian besar dari kita akan menjawab ya. Garuda Indonesia, maskapai kebanggaan bangsa, menjadi salah satu dari 10 maskapai terbaik dunia versi SkyTrax. Untuk menjawab apakah kita mau membeli saham Garuda Indonesia, kita akan coba melihat rangkuman finansial perusahaan pada gambar di bawah.

Fundamental Garuda Indonesia (GIIA)

Seperti pesan sebelumnya, pilih perusahaan yang bagus, dengan valuasi yang murah. Dari kemampuan perusahaan menghasilkan uang, Return of Equity (ROE), dapat dilihat bahwa dari tahun 2013 Garuda Indonesia tidak berhasil mencetak banyak keuntungan, bahan pada tahun 2014, 2017, dan 2018, perusahaan ini merugi dengan nominal yang cukup tinggi. Dapat dilihat bahwa untuk tahun 2017, Return of Equity (ROE) perusahaan berada di nilai -23,1%. Ekuitas perusahaan bukan naik, malah makin tergerus. Dengan tidak adanya keuntungan, perusahaan terpaksa berkembang dengan memanfaatkan hutang yang lebih besar pula. Dapat dilihat bahwa Debt-Equity Ratio (DER) perusahaan dari tahun 2012 bernilai 0,01 dan sekarang bernilai 4,2. Garuda Indonesia berhutang 4 kali lebih besar dalam kondisi perusahaan merugi, hutang tersebut bukan karena perusahaan sedang agresif menghasilkan keuntungan.

Dari sisi valuasi, Price Earning Ratio (PER) bernilai -3.45, yang berarti perusahaan merugi cukup besar. Semakin kecil nilai Price Earning Ratio (PER), semakin bagus, namun tidak lebih bagus jika nilainya minus. Price per Book Value (PBV) berada di angka 1.05 yang berarti perusahaan ini dihargai sesuai dengan aset yang dimiliki sekarang. PBV Garuda Indonesia tergolong masih tinggi, dengan kondisi bahwa perusahaan ini sudah merugi bertahun-tahun.

Apakah sebaiknya kita membeli saham perusahaan ini? Tergantung apakah perusahaan ini dapat memperbaiki finansial-nya. Jika kondisi finansial Garuda Indonesia tetap seperti ini dan tidak bisa membaik, maka kondisi perusahaan ini akan makin terpuruk. Walaupun, karena perusahaan ini adalah perusahaan BUMN, kemungkinan bangkrut-nya lebih kecil. Apabila kita mengetahui kondisi internal perusahaan Garuda Indonesia, dan mereka melakukan perubahan yang diyakini dapat memperbaiki kondisi keuangannya, maka kita dapat memanfaatkan peluang untuk membeli saham perusahaan ini.

Sri Rejeki Isman, Industri Tekstil

Sebagai perbandingan, mari kita lihat finansial dari perusahaan tekstil, Sri Rejeki Isman (SRIL). Perusahaan ini terdaftar di bursa saham, menjadi publik, pada tanggal 17 Juni 2013 dengan harga per lembar saham Rp230. Dan pada akhir tahun 2018 diperdagangkan pada harga Rp338 per lembar saham. Nama perusahaan ini mungkin jarang kita dengar. Gambar di bawah adalah rangkuman finansial dari perusahaan Sri Rejeki Isman.

Fundamental Sri Rejeki Isman (SRIL)

Pertama, kita lihat konsistensi perusahaan Sri Rejeki Isman dalam mencetak keuntungan. Dilihat dari Return of Equity (ROE), perusahaan ini konsisten memiliki ROE sekitar 15%. Angka ini tergolong cukup baik, berada di atas 10%. Selain itu, perusahaan ini membagi dividen setiap tahunnya, walaupun tidak banyak, dengan Dividend Yield 2.5% dan Payout Ratio 18.4%. Hanya 18.4% keuntungan bersih perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Dan itu setara dengan 2.5% dari harga saham sekarang. Namun beberapa investor kurang suka karena hutang yang besar dari perusahaan ini dengan Debt-Equity Ratio (DER) konsisten sekitar 1,8. Berarti hutang perusahaan sekitar dua kali ekuitas-nya.

Kemudian, dilihat dari valuasi-nya, perusahaan ini memiliki Price to Book Value (PBV) sebesar 0,9, dan angka tersebut menunjukkan bahwa valuasi perusahaan ini murah. Price Earning Ratio (PER) juga berada di angka 4,95 yang dapat di-interpretasikan bahwa dengan harga sekarang dan dengan keuntungan konstan 1.4 Triliun setiap tahun, total keuntungan yang didapatkan akan sama dengan harga saham dalam waktu 5 tahun.

Harga saham ini cenderung stagnan, atau biasa disebut pergerakannya sideways. Tren-nya tidak naik ataupun turun, hanya bergerak ke samping. Harga saham ini bernilai Rp280 pada tahun 2012. Namun setelah 6 tahun, pada tahun 2018, hanya bernilai Rp338 per lembar saham. Kenaikan hanya sekitar 20% dalam 6 tahun. Dibanding jika ditempatkan pada deposito, kita sudah mendapat minimal 5% x 6 tahun = 30%.

Tetapi jika kita melihat dari valuasi, pada tahun 2012, Price per Booking Value (PBV) perusahaan di angka 3.93 yang menandakan bahwa harga saham Rp280 pada saat itu termasuk mahal, dibanding dengan PBV saat ini berada di angka 0,9. Pada tahun 2012 Price Earning Ratio (PER) juga tinggi, berada di angka 22,71, dibanding dengan sekarang PER bernilai 4,95. Inilah sebab-nya kita berusaha membeli saham di saat valuasi-nya murah untuk mengurangi resiko. Bagaimana jika harga saham ini tidak naik dan sideways beberapa tahun kedepan lagi? Karena perusahaan ini membagi dividen, jika perusahaan menggunakan Payout Ratio yang sama, keuntungan perusahaan meningkat setiap tahunnya, maka Dividend Yield akan menjadi besar dan kita bisa mendapatkan keuntungan dari dividend dibanding capital gain.

Stock Screener

Karena banyaknya perusahaan publik yang terdaftar di bursa saham, yang sekarang berada di angka lebih dari 600 perusahaan, tentu akan sulit apabila kita harus melihat financial ratios semua perusahaan satu per satu untuk menentukan perusahaan mana yang akan kita beli saham-nya. Kita dapat menggunakan stock screener untuk membantu mengeliminasi perusahaan yang tidak memenuhi kriteria minimal. Fitur stock screener Indopremier dapat diakses di sini tanpa harus registrasi terlebih dahulu.

Stock Screener Indopremier, IPOT GO

Pada contoh gambar di atas, kita mencari perusahaan yang menghasilkan keuntungan dengan menetapkan aturan Return of Equity (ROE) lebih dari 10%. Kemudian kita cari perusahaan dengan valuasi yang masih murah dengan aturan Price per Booking Value (PBV) kurang dari 3 dan Price Earning Ratio (PER) kurang dari 10. Hasil filter tersebut akan menghasilkan daftar perusahaan yang lebih sedikit. Tetapi, kita perlu melakukan pengecekan lebih lanjut untuk masing-masing perusahaan yang ada di dalam daftar tersebut sebelum memutuskan untuk membeli saham.

Artikel ini tidak bermaksud untuk menyuruh pembaca membeli saham tertentu. Penyebutan nama perusahaan hanya digunakan sebagai contoh untuk menyampaikan opini penulis. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari pembelian atau penjualan saham menjadi tanggung jawab masing-masing. Penulis juga bersifat netral dan tidak berafiliasi dengan produk atau aplikasi yang disebutkan di artikel ini.

--

--

Winson Waisakurnia

Data Scientist | ex Software Engineer in Data Team | Computer Science @ Bandung Institute of Technology