Berberes

#427: Ruang kerja yang resik dapat meningkatkan semangat kerja.

Ivan Lanin
Aksaranara
Published in
3 min readFeb 24, 2024

--

Ilustrasi: Kyle Pearce/Flickr

Ruang kerja saya makin lama makin mirip “kapal pecah”. Itu istilah ibu saya untuk menyebut ruang yang berantakan. Saya gemar menumpuk buku di dekat tempat saya bekerja agar mudah mencari rujukan ketika dibutuhkan. Idealnya, tiap kali selesai dibaca, buku dikembalikan lagi ke lemari. Namun, saya enggan melakukannya karena takut kembali memerlukan buku itu. Ya, saya hanya cari-cari alasan untuk menutupi kemalasan saya.

Belum jadi anggota Medium? Baca versi gratis tulisan ini.

Rasanya, saya terakhir merapikan ruang kerja saya pada Februari 2023 ketika ruang itu bocor. Setelah 12 purnama berlalu, sisa-sisa kerja setengah hari waktu itu tidak lagi terasa. Buku bertumpuk centang perenang di mana-mana. Anehnya, saya hampir selalu tahu di mana letak buku yang saya cari. Kekacauan itu tidak membuat saya gelisah. Saya malah merasa sedang berada di tempat yang ternyaman di dunia. Ya, lagi-lagi itu hanya pembelaan saya.

Sabtu sore pukul 17.00, setelah menamatkan novel Reuni karangan Alan Lightman, saya berpikir untuk berberes ruang kerja. Niat itu sebenarnya sudah lama saya canangkan, tetapi selalu ada hal yang lebih penting untuk dikerjakan. Agar tidak urung lagi menunaikan niat, saya langsung mengangkat semua buku di meja dan sekitarnya ke karpet ruang…

--

--

Ivan Lanin
Aksaranara

Wikipediawan pencinta bahasa Indonesia yang berlatih bercerita setiap hari