Mengamati Statistik Pembalap Di Luar 10 Besar Klasemen Akhir 2017 (Bagian 2 — Habis)

Formula Satu
Blog Formula Satu
Published in
4 min readJan 12, 2018

Tulisan ini merupakan sambungan dari tulisan Bagian Satu yang bisa Anda baca di sini

“Tidak ada kesalahan yang disebut kesalahan. Kesalahan adalah jika apa yang kita lakukan itu salah”

Rasanya tidak ada quote yang lebih cocok untuk membuka tulisan Bagian Kedua ini daripada quote oleh Pevita Pearce barusan. Setelah mengamati statistik balapan di tulisan Bagian Pertama, kali ini kita akan mencoba mengamati kesalahan demi kesalahan yang dilakukan oleh para pembalap dalam daftar kita. Jadi siapakah yang membuat kesalahan terbanyak selama musim 2017? Bagaimana performa mereka dibandingkan tiga pembalap pemuncak Klasemen 2017? Mari kita simak bersama-sama.

Bebas bosku…

Berhenti Balapan (Retirement)

Tabel berikut menunjukkan jumlah retirement tiap pembalap dalam daftar kita. Sebagai pembanding, kita juga bisa melihat rerata tiga pembalap teratas di Klasemen Akhir 2017. Dapat dilihat bahwa tiga pembalap teratas memiliki catatan retirement yang jauh lebih sedikit dibandingkan rata-rata pembalap terbawah dalam daftar kita, baik yang diakibatkan oleh kecelakaan maupun kesalahan teknis. Hal ini menandakan perbedaan kemampuan (dan keberuntungan?) pembalap dalam menghadapi situasi kecelakaan, sekaligus ketahanan mobil para pembalap tersebut.

6 kali berhenti balapan akibat kesalahan teknis? Curiga bakal jadi 8 kali di 2018…

Romain Grosjean dan (surprise, surprise!) Kevin Magnussen mengungguli pembalap lainnya dalam daftar, dengan hanya satu retirement akibat kecelakaan. Stroll, Alonso, dan Wehrlein menyusul dengan dua retirement, yang setara dengan rata-rata kelompok. Dengan catatan 3 retirement akibat kecelakaan, Vandoorne dan Ericsson menjadi yang terburuk dalam metrik ini. Grosjean dan Wehrlein menjadi pembalap dengan catatan total retirement paling sedikit yaitu sebanyak 3 kali, sedangkan Alonso menjadi yang paling banyak dengan 8 retirement (!).

Walau tidak akan dimasukkan ke dalam penilaian kita di akhir karena tidak disebabkan oleh faktor pembalap, retirement akibat kesalahan teknis tetap menarik untuk diperhatikan. Alonso dan Magnussen, yang mengalami kesalahan teknis di atas rata-rata, rupanya memiliki catatan yang jauh lebih tinggi dibanding rekan setim masing-masing. Kita tahu mesin Honda benar-benar tidak dapat diandalkan di musim 2017. Tetapi setelah melihat data ini, sah-sah saja apabila orang bertanya, “apa betul retirement akibat kesalahan teknis ini murni disebabkan oleh ketahanan mobil, atau ada faktor pembalap juga?”.

Penalti

Sebelum kita membahas catatan para pembalap, ada baiknya kita sekilas membahas mengenai penalti di Formula Satu. Pada umumnya penalti berhubungan dengan racecraft para pembalap, seperti jump start, menghalangi pembalap lain secara tidak sportif, melanggar batas trek tanpa justifikasi— singkatnya sportifitas para pembalap secara umum untuk menjadi yang tercepat di lintasan. Penalti juga dapat diberikan akibat penggantian komponen mesin melebihi batas yang telah ditentukan. Penalti yang dapat diberikan diantaranya drive-through penalty, penalti waktu 5–10 detik, penalti poin, penalti grid, hingga larangan bertanding di balapan berikutnya.

Ternyata memberi tontonan yang menyenangkan bukan justifikasi yang baik untuk melanggar batas trek ya…

Tabel di bawah menyajikan jumlah penalti (bukan pengurangan poin) yang diterima oleh para pembalap dalam daftar kita. Dari rerata dapat dilihat bahwa Hamilton, Vettel, dan Bottas memang pantas memuncaki klasemen karena mereka membuat lebih sedikit kesalahan dibanding para pembalap dalam daftar kita. Sementara itu, K-Mag adalah pembalap dengan penalti di atas rata-rata dalam daftar, disusul oleh Grosjean dan Vandoorne. Di sisi lain, terlihat gap antara McLaren dan tim lainnya dalam daftar, dimana Vandoorne dan Alonso mendapat penalti terbanyak akibat kelalaian tim.

12 kali penalti karena tim? Beruntung Vandoorne tidak perlu membayar untuk kursi F1-nya!

Pengurangan Poin

Apabila dianggap cukup parah, beberapa pelanggaran dapat diganjar pengurangan poin kejuaraan dunia. Sang torpedo dari Rusia, Daniil Kvyat diganjar pengurangan 6 poin selama musim 2017 karena kecelakaan-kecelakaan yang disebabkannya. Bagaimana performa pembalap-pembalap dalam daftar kita selama 2017?

Anarchy in the UK. Kvyat diganjar penalti drive-through dan pengurangan 2 poin kejuaraan dunia akibat insiden ini.

Rupanya K-Mag mendapat pengurangan poin terbanyak dan menyamai catatan Daniil dengan total 6 poin, disusul oleh Grosjean dan Vandoorne dengan pengurangan 3 poin. Sedangkan Alonso, Wehrlein, dan Ericsson tidak pernah diganjar pengurangan poin selama 2017, mungkin dikarenakan gaya membalap yang sangat bersih atau memang tidak pernah melakukan manuver salip-menyalip yang agresif ya…

Bad boy K-Mag is “not here to make friends”

Sekarang tibalah kita di penghujung tulisan. Saatnya kita menghitung total poin para pembalap ini untuk menentukan peringkat mereka. Kita akan melanjutkan penghitungan poin dari tulisan bagian pertama.

Untuk tulisan Bagian Kedua ini, poin didistribusikan dengan cara yang agak berbeda dari tulisan Bagian Pertama. Kami memberikan 1 poin untuk pembalap dengan catatan terburuk, kemudian 2 poin untuk catatan terburuk kedua, dan seterusnya. Tabel di bawah menyajikan peringkat akhir pembalap dari statistik-statistik yang telah kita bahas sebelumnya.

Dia masih menjadi yang terbaik, tentu saja

Dari poin akhir, ada pola utama yang dapat kita amati. Alonso menjadi yang terbaik dalam daftar, tetapi K-Mag dan Stroll membuntuti di posisi kedua dengan nilai akhir yang sama. Vandoorne dan Grosjean menyusul dengan catatan yang mirip-mirip saja. Barulah duo (atau duetto?) Sauber menyusul di akhir dengan raihan cukup kontras, di mana Wehrlein menghuni posisi juru kunci.

Jadi, dengan metode yang rada ilmiah ini, apakah Anda sudah bisa menentukan siapa yang lebih pantas digusur dari kursi F1 2018?

--

--