[Cerita Belajar] Navigasee — Pencarian Moda Transportasi Umum untuk Tuna Netra Bagian 2

Evan Gilang Ramadhan
UNIKOM Codelabs
Published in
5 min readJan 4, 2018

Membuat Skenario Penggunaan Aplikasi

Setelah kami membuat tiga persona seperti yang dapat dilihat pada story sebelumnya : [Cerita Belajar] Navigasee — Pencarian Moda Transportasi Umum untuk Tuna Netra yang ditulis oleh pak Adam Mukharil Bachtiar. Kami pun membuat skenario penggunaan tentang bagaimana aplikasi akan digunakan oleh ketiga persona tadi.

Skenario Dede (Penyandang Tuna Netra), Reza (Sobat Navigasee), dan Asep (Sopir Angkutan Umum) pada penggunaan aplikasi Navigasee adalah sebagai berikut :

Skenario 1 : Dede dibantu oleh Reza dalam menaiki kendaraan Umum

  1. Dede adalah seorang penyandang tunanetra yang hendak pergi menggunakan kendaraan umum, Dede menunggu di halte dan menghabiskan waktu hampir 30 menit hanya untuk menunggu kendaraan yang mau berhenti di halte. Kebiasaan para supir angkutan umum yang jarang berhenti di halte membuat Dede merasa gundah karena tak kunjung naik kendaraan. Dede kemudian membuka smartphone nya lalu membuka aplikasi navigasee dan memasukkan tujuan yang diinginkan.
  2. Aplikasi Navigasee menunjukan jenis kendaraan apa saja yang melalui rute tersebut. Dede berpergian hendak menggunakan angkutan kota (angkot). Aplikasi Navigasee lalu mencarikan sobat terdekat yang hendak membantu Dede.
  3. Pada Smartphone Reza yang sudah terinstall aplikasi navigasee muncul sebuah notifikasi tanda ada seseorang yang membutuhkan bantuannya. Reza lalu memilih jenis bantuan datangi langsung dan segera melalukan panggilan telepon kepada Dede untuk mengkonfirmasi kepada Dede mengenai lokasi dan kedatangannya menuju halte.
  4. Dede yang menunggu di halte pun kemudian disapa oleh Reza dan kemudian langsung menaiki kendaraan umum yg sudah dibantu di berhentikan oleh Reza.
  5. Dede yang Sudah menaiki kendaraan umum lalu mulai fokus untuk mendengarkan panduan navigasi yang ada pada aplikasi navigasee agar tidak kehilangan patokan dan lokasi sekarang berada. Ketika Dede sudah sampai di tujuan yang diinginkan, Dede Kemudian menekan tombol akhiri perjalanan dan tiba di tempat tujuan dengan rasa nyaman.

Skenario 2 : Asep yang sedang mengendarai kendaraan umum membantu Dede yang sedang menunggu di halte

  1. Asep sedang mengangkut penumpangnya dengan angkutan umum yang dimilikinya mendapat notifikasi dari Dede yang menggunakan aplikasi navigasee. Asep lalu lekas memberi bantuan dan langsung menelpon Dede untuk mengkonfirmasi posisi dari Dede yang membutuhkan bantuannya tersebut.
  2. Asep kemudian tiba lalu bergegas turun dari mobil dan membantu Dede untuk naik ke angkutan umum.
  3. Dede meminta untuk turun karena sudah sampai ke tempat tujuan. Asep pun senang karena sudah bisa membantu Dede tiba ke tempat tujuan

Setelah membuat skenario penggunaan, kami pun membuat high fidelity prototype berdasarkan skenario penggunaan yang sudah dibuat.

Membuat Prototype Aplikasi Navigasee

Dalam membuat prototype, di awal kami melakukan brainstorming dan membuat wireframe sketch kasar untuk menggambarkan bagaimana alur aplikasi nantinya dan menentukan elemen-elemen apa saja yang ada di dalam screen nantinya.

Saya lupa dokumentasikan hasil wireframing nya, jadi mohon maaf tidak bisa ngeshare, hiks

Wireframe pun sudah dibuat dan alur aplikasi pun sudah fix dan disetujui oleh rekan-rekan se tim. lalu saya dan FITRI FEBRIANA melanjutkan membuat high-fidelity mock-up nya dulu sebelum jadi prototype.

Sekedar informasi saja, aplikasi navigasee yang kami buat terinspirasi oleh beberapa aplikasi navigasi yang aksesibilitas nya sudah cukup baik seperti GetThere (Aplikasi untuk navigasi khusus penyandang tuna netra), Moovit (aplikasi untuk navigasi khusus pengguna kendaraan umum), dan juga Google Maps(Aplikasi ….. gak usah dijelasin lagi ya yang ini mah).

Aplikasi GetThere
Aplikasi Moovit
Aplikasi Google Maps

Kami menggunakan Adobe XD dalam pembuatan prototype ini. Kami membuat UI untuk 3 user berbeda yaitu Penyandang Tunanetra, Sobat Navigasee, dan Sopir Angkutan Umum.

Antarmuka Untuk Penyandang Tunanetra

Antarmuka untuk penyandang tunanetra kami desain kami sesuaikan dengan kemampuan mereka dalam menggunakan gadget seperti button yg harus dibuat lebih besar dan elemen antarmuka yang tidak terlalu rumit agar tidak kesulitan pada saat menggunakan aplikasi.

Antarmuka untuk penyandang tunanetra

Pada saat mendesain antarmuka ini untuk setiap label nya kami sambil membayangkan semua label akan dibacakan oleh assistive technology seperti Google TalkBack. maka dari itu untuk setiap kalimat yg ada pada setiap layar kami buat agar terdengar manusiawi atau enak didengar oleh manusia

Pesan Mohon Tunggu

Seperti pada antarmuka diatas, Talkback akan menyampaikan pesan tersebut seperti ini:

Mohon Tunggu, Menunggu respon bantuan dari sobat navigasee terdekat

Enak didengarkan bukan ? haha

Penyampain pesan merupakan satu hal yang sangat kami perhatikan agar user experience yang disajikan baik.

Antarmuka Untuk Sobat Navigasee

Dalam mendesain antarmuka untuk pengguna sobat navigasee tidak ada treatment khusus layaknya mendesain untuk penyandang tunanetra, disini kami hanya fokus kepada flow bagaimana sobat navigasee dapat membantu penyandang tunanetra ketika dibutuhkan

Antarmuka Sobat Navigasee

Kami menambahkan gamifikasi dimana setiap sobat navigasee menolong penyandang tunanetra maka mereka mendapatkan poin yang dapat memotivasi mereka.

Antarmuka Untuk Sopir

Untuk desain antarmuka sopir sendiri, tidak terlalu banyak perbedaan dari segi antarmuka yang membedakannya hanya pesan ketika ada seseorang membutuhkan bantuan saja.

Antarmuka Sopir

Prototype Navigasee

Setelah membuat high fidelity mockup dari aplikasi navigasee kami kemudian membuat high fidelity prototype dengan menggunakan InVision. berikut link nya:

  1. Prototype Tunanetra

2. Prototype Sobat Navigasee

3. Prototype Sopir

Kesimpulan

Mendesain aplikasi untuk tunanetra merupakan pengalaman yang luar biasa yang kami rasakan. Banyak hal-hal baru yang kami pelajari tentang bagaimana mereka menggunakan gadget mereka, berbagai aplikasi yang ada, dan teknologi asistif apa yang mereka gunakan.

Mendesain untuk orang biasa dan untuk orang yang memiliki kebutuhan khusus memang terasa bedanya, banyak hal-hal yang harus diperhatikan karena kebutuhan orang yang berkebutuhan khusus memiliki kebiasaan yang berbeda dalam melakukan sebuah task. Mengobservasi dan berinteraksi langsung ketempat mereka beraktifitas merupakan cara terbaik untuk mengetahui apa problem mereka dan goal yang ini dicapai.

Dalam Cerita Belajar ini masih banyak kekurangan yang kami rasakan dan kami akan terus belajar untuk kedepannya. Terdapat masukkan yang sangat berguna sekali ketika kami melakukan presentasi di hadapan juri untuk mempresentasikan desain ini, masukkan nya yaitu untuk bisa menyesuaikan kontras warna pada aplikasi sehingga teks pada aplikasi masih bisa dibaca oleh tunanetra yang memiliki low vision. Jadi jika anda mendesain untuk tunanetra jangan lupakan hal ini yap! hehe

Sekian Cerita Belajar ini, jika ingin ada yang didiskusikan mari berbincang di kolom komentar !

Terima Kasih

--

--

Evan Gilang Ramadhan
UNIKOM Codelabs

I currently work as a Research Manager @ GizaLab, I love observing people!