How to Work at Codex

Diastika Inkasari
codexstories | CODEX Telkom
4 min readOct 17, 2018

Setelah di artikel sebelumnya saya telah membahas apa yang dikerjakan oleh Codex, kali ini saya akan bercerita mengenai perubahan cara kerja sebelum dan setelah masuk ke tim Codex. Emang gimana sih kerja sebagai karyawan Telkom sebelum di Codex? Lalu gimana sih perubahannya? Lebih enak yang mana? Yuk kita simak!

Berikut adalah rangkuman dari pengalaman yang sudah saya rasakan selama bergabung bersama tim Codex :

Organization : Hierarchical vs Flat

Layaknya perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lainnya, tentunya struktur organisasi Hierarchical sudah biasa diberlakukan. Sebelumnya, saya menempati posisi sebagai staf, di mana saya memiliki atasan Manajer dan seterusnya sampai tingkat Direktur. Sedangkan ketika masuk ke tim Codex, kami bekerja secara cross-functional dalam bentuk skuat di mana seluruh anggota tim memiliki tingkat yang sama. Tidak ada anggota tim yang memiliki posisi sebagai atasan maupun bawahan.

“Struktur organisasi Flat ini memudahkan anggota tim untuk mengutarakan pendapat dengan lebih bebas dan dapat berkreasi sesuai dengan peran dan kemampuan masing-masing, karena tidak ada batasan antara atasan dan bawahan. Sehingga kerja sama akan lebih mudah dibangun.”

Model Organisasi Flat dengan Tribe & Skuat

Tentunya tipe organisasi Flat tidak serta merta cocok untuk diimplementasikan di seluruh Telkom, mengingat perbedaan bisnis dari masing-masing unit. Tipe organisasi Flat menjadi relevan di Codex sebab Codex merupakan satu bagian di Telkom yang bertugas untuk mengembangkan produk digital, sehingga membutuhkan kreativitas tinggi dari masing-masing anggota untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan pasar. Hal ini berbeda dengan unit operasional lainnya di Telkom.

Task : Delegation vs Self-managed Back-log

Sebelum bergabung dengan tim Codex, saya sebagai staf yang memiliki atasan Manajer dan Senior Manajer, hanya mengerjakan tugas yang diberikan oleh atasan. Karena itu, pekerjaan yang saya kerjakan pun cenderung monoton. Sedangkan ketika bergabung di Codex, saya sebagai researcher menentukan sendiri tugas-tugas yang harus saya kerjakan selama Sprint. Tentunya tugas riset yang saya kerjakan harus sesuai dengan tujuan Sprint dan proses bisnis yang akan dibangun, serta sudah menjadi hasil diskusi dengan rekan tim lainnya.

Di dalam skuat, saya bekerja sebagai individu dengan peran sebagai researcher sehingga pertanggungjawaban pekerjaan saya adalah kepada seluruh tim. Berbeda dengan posisi saya sebelumnya sebagai staf, pertanggungjawaban pekerjaan yang saya lakukan adalah kepada atasan.

Hal ini secara tidak langsung berpengaruh kepada cara bekerja sehari-hari. Di Codex, saya dapat menentukan sendiri ritme kerja saya. Karena berorientasi pada hasil, saya dapat lebih fleksibel dalam mengatur waktu kerja bahkan lebih fleksibel untuk melakukan pekerjaan secara remote.

Reporting : Manual vs Automation

Codex mengadopsi konsep Lean dan Agile, sehingga kami dituntut untuk bergerak lebih cepat namun dengan cara yang lebih sederhana. Karena itu, kami harus mampu menciptakan lingkungan yang mendukung kecepatan bekerja kami. Salah satunya dalam hal pelaporan pekerjaan.

Di perusahaan korporat sebesar Telkom, pelaporan dilakukan secara rutin mingguan, bulanan, atau tahunan. Sedangkan sistem pelaporan di Codex dapat dilakukan kapan saja melalui tools yang kami gunakan. Segala macam pekerjaan yang kami kerjakan hasilnya dapat dilihat oleh seluruh anggota tim secara online dan real-time. Penyederhanaan hal-hal kecil tersebut ternyata cukup signifikan membantu tim untuk dapat bekerja lebih efektif dan efisien.

Contoh, terkadang kita sibuk membuat sebuah laporan yang bersumber dari beberapa dokumen lain, sehingga akan memakan waktu yang cukup banyak. Di Codex, kami menerapkan SCRUM, di mana setiap di akhir Sprint akan dilakukan Sprint review. Dalam Sprint review tersebut, kami cukup melihat di board JIRA atau tools lain yang kami gunakan untuk memonitor apa saja yang sudah dihasilkan dan seberapa cepat tim atau individu lain mengerjakan tugas mereka masing-masing.

Menurut saya, dalam melakukan inovasi kita harus agile, sehingga perlu penyesuaian di beberapa hal untuk mendukung iklim inovasi tersebut. Salah satunya dalam hal-hal yang bersifat administratif dan cukup memakan waktu, sehingga tim dapat lebih optimal dalam bekerja.

Beberapa hal yang saya ceritakan di atas hanya sebagian perubahan cara kerja yang saya rasakan setelah bergabung sebagai tim Codex. Di artikel selanjutnya, akan saya kupas tuntas kelebihan dan kekurangan bekerja di Codex. Penasaran kan? Ikuti terus perjalanan kami ya!

--

--