Pengalaman Saya sebagai Seorang UX Designer di Codex

Aretta Aniendra
codexstories | CODEX Telkom
4 min readNov 18, 2018

Nama saya Aretta Aniendra, seorang desainer UI/UX di Codex. Saya mulai mempelajari tentang pengaplikasian User Interface (UI) & User Experience (UX) pada situs dan aplikasi mobile pada bulan Januari 2018. Awalnya, saya mengetahui tentang UI & UX dari startup yang saya dirikan bersama teman-teman. Dari situ, saya banyak belajar bagaimana merancang desain berbasis https://material.io baik dari segi layout, warna, tipografi, ikon, dan material desain yang akan digunakan dalam tampilan UI.

Saya juga belajar otodidak melalui tutorial yang ada di YouTube dan Udemy, serta dengan menghadiri meetup komunitas UXiD. Selain itu, saya pun membaca artikel mengenai design product di Medium milik startup besar, seperti Go-Jek, Bukalapak, dan Grab, serta akun Instagram dan kanal YouTube mereka.

Dengan membaca artikel dan konten tersebut, saya bisa menyerap inti sari bagaimana proses para desainer dalam mendesain produk, dan mengaplikasikannya ketika mendesain produk baik sebelum maupun setelah bergabung dengan Codex.

Tim Codex dalam proses kerja merancang sistem

Ketika saya bergabung dengan Codex sekitar bulan Agustus 2018, banyak teman saya yang menanyakan apa pekerjaan dari Desainer UX dan bagaimana pengalaman saya bekerja selama di Codex. Lewat artikel ini, saya akan coba menjelaskannya.

Oh, sebagai pengingat, saya tidak menulis artikel ini sebagai tip bagaimana cara mendapatkan kerja sebagai Desainer UX di Codex.

Membuat Aset untuk Desain UX dari Codex

Saya bekerja dalam Skuat 1 Codex dengan proyek membuat dashboard untuk product management. Tugas saya merancang dan mendesain tampilan dashboard beserta pop up yang akan digunakan oleh pengguna.

Untuk semua aset dan aplikasi yang digunakan oleh Codex, semuanya saya buat menggunakan MacBook. Saya sendiri awalnya tidak pernah menggunakan MacBook dan aplikasi desain MacBook, namun tim Codex memberi saya waktu untuk beradaptasi dengan mencoba aplikasi yang ada di MacBook, seperti Sketch, Abstract, dan Marvell yang berfungsi sebagai plugin dalam Sketch. Plugin yang dipakai dalam Sketch sendiri digunakan untuk mempercepat proses mengumpulkan dan memberikan versi terbaru kepada tim desain, sehingga mereka bisa mudah melihat dan mendiskusikan hasil desain yang saya buat.

Merancang Desain UX dengan Tim

Saya sangat beruntung dapat bekerja sebagai UX Designer yang dibimbing oleh Senior UX Designer Codex dan dibantu oleh “teman — teman” saya yang berada di luar tim desain seperti QA, Document Engineer, Design Graphic, Researcher, dan Marketing. Dari situ, saya melakukan user testing kepada mereka.

Menariknya, selama proses user testing, saya justru mendapat banyak sudut pandang selain dari sisi UX.

Contohnya adalah tim engineer yang ingin menampilkan bentuk desain yang konsisten sehingga memudahkan mereka dalam membuat coding, tim desain yang ingin menampilkan banyak warna, tim researcher yang ingin tampilan dashboard terlihat sederhana namun semua makna dapat tersampaikan, dan tim marketing yang ingin menampilkan banyak fitur dalam satu dashboard.

Setelah melakukan revisi, saya pun kembali melakukan user testing kepada tim yang lain, baik yang belum maupun sudah melakukan trial prototype dengan dashboard yang saya buat. Tetapi kali ini saya memusatkan pada pengguna baru karena ingin mendapatkan pendapat dari orang yang belum mengetahui proses pembuatan dengan tim.

Kemudian, dari prototype user testing saya melakukan scripting, proses penulisan kembali dialog user yang dilakukan pada saat user testing. Hal ini saya lakukan agar dapat mengumpulkan data dari user yang telah menjalani tes.

Hasil dari scripting ini nantinya akan digunakan untuk mencari permasalahan dan solusi dari user tanpa ada bias, sehingga data yang didapat bisa lebih akurat.

Terakhir, jika desain sudah konsisten dan mudah dipakai oleh pengguna, maka saya akan menyerahkan desain dan HTML (Hypertext Markup Language) kepada tim engineer yaitu frontend dan backend untuk melakukan coding pada desain dashboard yang saya buat.

Intinya proses mendesain dashboard tidak jauh dari diskusi awal dengan tim, pembuatan desain, user testing untuk mengetahui trial & error, dan tentunya revisi yang akan selalu ada.

Workflow proses desain User Experience di Codex

Sebagai Desainer UX sudah menjadi tugas saya untuk mengeksplorasi dan memecahkan masalah dari setiap pengguna. Selain itu, saya pun harus bisa memahami kebiasaan yang dilakukan pengguna setiap mereka menggunakan aplikasi, langkah apa yang akan mereka pilih dari awal masuk, hingga mendapat apa yang mereka inginkan.

Seperti itu kira-kira gambaran tugas saya dalam memecahkan masalah dan membuat tampilan aplikasi agar terlihat simpel sebagai Desainer UX di Codex.

Selain cerita tentang Desainer UX masih akan banyak lagi cerita kegiatan yang dilakukan di Codex dalam membuat produknya. Ayo nantikan artikel kami selanjutnya! See you next time!

--

--

Aretta Aniendra
codexstories | CODEX Telkom

UI/UX Designer on CODEX. Focused on logic design, user happiness, Telkom company culture. I’m always learning and love to help, say hi! :)