Kenapa Kami Beralih dari Trello ke Jira?

Hasyim Yusuf
codexstories | CODEX Telkom
4 min readFeb 19, 2019
Photo by Pinterest

Bekerja di perusahaan yang memiliki banyak proyek seperti Codex, memicu kami untuk mencari cara agar dapat mempermudah dalam perencanaan, monitor, hingga pemberian penilaian tentang seberapa efektif cara kami bekerja.

Saat ini memang sudah banyak alat manajemen proyek yang berkembang di masyarakat, seperti:

Cepat atau lambat, kami harus move on untuk menggunakan salah satunya. Alhasil, manajemen memutuskan untuk menggunakan Trello dalam mengelola proyek yang sedang dikerjakan. Tidak banyak pertimbangan dalam memutuskan (atau bisa jadi saya yang kurang paham bagaimana manajemen memutuskan), setidaknya kami sudah melangkah lebih maju untuk memanfaatkan tools ini dalam mempermudah pengelolaan proyek.

Singkat cerita, pada awal penggunaan Trello, bisa dibilang para karyawan merasa cukup mudah dalam mengoperasikannya. Hal ini karena Trello memang sudah bisa mengakomodasi kebutuhan manajemen dalam mengelola penugasan pekerjaan di dalam tim, pelaporan ke atasan, hingga dokumentasi hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut.

Setidaknya mengurangi waktu kita yang biasanya harus bertanya dahulu, “File ini di mana ya? File paling update yang mana ya?”

Dengan Trello, kamu cukup membuka pekerjaan tersebut, melihat dokumentasi terakhir, dan kebutuhan pun langsung terselesaikan. Tapi apakah itu semua sudah cukup ketika pekerjaan kami tidak hanya mengelola proyek, namun juga melaksanakan pengembangan produk?

Nyatanya, saat Trello diimplementasikan untuk pengembangan produk, terutama bagi developer maupun desainer, banyak permasalahan yang muncul.

Masalah tersebut pun beragam, mulai dari kompleksitas pekerjaan, pelaporan, integrasi, hingga pengelolaan talenta. Ketika mencoba mempelajari alat-alat lain, dan membaca beberapa artikel tentang komparasi manfaatnya, seperti melalui artikel Trello vs Jira new detailed review for 2018, akhirnya kami memutuskan untuk mencoba Jira.

Mengapa harus Jira? Kami coba jabarkan beberapa alasannya.

1. Jira dapat menengahi kompleksitas dengan desain tampilan yang sederhana

Syarat desain yang baik adalah mengubah kompleksitas menjadi desain yang sederhana dan mudah dimengerti. Ya, itu telah dijawab oleh Jira.

Trello adalah papan tulis dengan catatan post-it versi elektronik, itu simpel. Tapi Jira dapat menangkap esensi dari kerja sama tim dengan kesederhanaan visual Trello, serta mempertimbangkan fungsi-fungsi yang kompleks.

Board pada Trello, memang bisa disesuaikan dengan cara kerja tim, baik itu Scrum, Kanban, maupun Waterfall. Namun dengan logika dan fitur tambahan, Jira juga bisa menjadi solusi terbaik dengan UI/UX yang hebat dan kekuatan manajemen tugas di belakangnya, sesuatu yang tidak dimiliki oleh Trello.

2. Laporan di Jira lebih komprehensif

Bagi tim yang mengelola banyak proyek atau pengembangan produk, mereka pasti menghadapi tantangan untuk melaporkan perkembangan, kinerja, dan sejumlah metrik lainnya secara komprehensif.

Di satu sisi, Trello menawarkan sedikit (atau bahkan bisa dibilang tidak ada sama sekali) bahan laporan. Sedangkan Jira, memiliki banyak standar laporan, mulai dari laporan perkembangan proyek, versi, epos, sprint, hingga kecepatan kerja. Jira pun mempunyai kemampuan untuk membuat analisis sesuai kebutuhan.

Selain itu, Jira juga menawarkan dashboard yang dapat dikonfigurasi sehingga membantu dalam menampilkan insight menarik mengenai berbagai informasi yang ingin kamu lihat.

3. Mengakomodasi pengelolaan talenta

Dalam mengelola beberapa proyek yang kompleks, kami perlu memastikan bahwa talenta yang tepat selalu tersedia untuk mengerjakan proyek tersebut. Dengan Jira, kami dapat memasukkan elemen perencanaan talenta beserta beban kerjanya. Hal ini tidak dimiliki oleh Trello.

4. Lebih mudah melakukan integrasi sistem

Trello hanya memiliki beberapa integrasi dasar, tidak sebanding dengan Jira yang memiliki ratusan integrasi. Dengan kata lain, jika kita sudah memiliki aplikasi-aplikasi umum, sangat memungkinkan untuk tidak mengubah sepenuhnya. Kamu hanya perlu sedikit proses integrasi dengan Jira dan semuanya akan berjalan bersamaan.

5. Mendukung dalam pengelolaan pertumbuhan

Jika bergerak tumbuh adalah suatu tujuan, maka memanfaatkan alat yang sedang bergerak tumbuh dan dapat memonitor pertumbuhan kinerja, tentu sangat dibutuhkan.

Tidak seperti Trello, Jira dibangun untuk tumbuh bersama tim dan memiliki pilihan model dalam mengimplementasikannya.

Sudah tidak diragukan lagi bahwa Trello mempunyai daya tarik bagi tim yang sedang membutuhkan solusi dalam mengelola proyek dengan cara yang sederhana dan menarik secara visual. Tapi di perusahaan masa kini, tim non-pengembangan produk dapat menjadi tim yang lebih teliti dan bekerja secara otonom seperti tim pengembangan produk. Jadi, mengapa mereka tidak memerlukan alat yang dapat mengelola kompleksitas serupa?

Untuk tim yang membutuhkan manajemen tugas skala rendah, maka Trello adalah pilihan yang tepat. Namun ketika kebutuhan akan alur kerja yang sangat kompleks, serta konfigurasi dan analisis kinerja yang meningkat, Jira dapat menjawabnya. Apalagi Jira memiliki fitur yang memungkinkan tim berkinerja lebih baik dan bertumbuh.

--

--