Scrum dan Kanban, Mana yang Lebih Baik?

Cita Nurani Lestari
codexstories | CODEX Telkom
3 min readJan 15, 2019

Bagi sebagian orang yang telah memutuskan untuk menjalankan metode kerja Agile, hal pertama yang harus dilakukan adalah memilih kerangka kerja. Mengapa demikian? Sebab sebuah kerangka kerja akan memandu dan memudahkan kita untuk kerja dengan Agile.

Di artikel sebelumnya, saya menyebutkan beberapa pilihan kerangka kerja yang berkaitan dengan metode Agile. Dan dalam praktiknya, saat ini Codex sedang mempraktikkan Scrum dan Kanban.

Di salah satu event komunitas, saya dapat mengetahui bahwa keduanya merupakan kerangka kerja yang sangat populer di kalangan penggiat Agile.

Namun tahukah kalian bahwa Scrum dan Kanban merupakan dua kerangka yang memiliki karakteristik berbeda? Akan tetapi mengapa di kebanyakan implementasi, keduanya selalu digabung?

Pernah mendengar istilah ScrumBan (perpaduan antara Scrum dan Kanban)?

Karakteristik Scrum

  1. Mendefinisikan peran-peran tertentu dalam sebuah tim, yakni Product Owner, Development Team, dan Scrum Master. Perbedaan signifikan dengan Kanban, adalah dengan adanya peran Scrum Master.
    Mereka bertanggung jawab untuk memastikan seluruh anggota tim memahami dan melaksanakan teori, praktik, dan aturan main Scrum.
  2. Adanya empat acara formal yang wajib diikuti oleh seluruh anggota tim biasa disebut dengan Sprint. Aktivitas ini bertujuan untuk proses inspeksi (memeriksa dan mengamati) serta adaptasi (penyesuaian terhadap pekerjaan), yang terdiri atas Sprint Planning; Daily Standup; Sprint Review; dan Sprint Retrospective.
  3. Scrum terlihat lebih disiplin karena pekerjaan dibatasi oleh waktu. Setiap anggota tim harus menyelesaikan semua backlog dalam jangka waktu yang telah ditetapkan di awal (yakni pada saat Sprint Planning).
  4. Sebuah artikel menyebutkan bahwa Scrum cocok digunakan pada organisasi yang benar-benar membutuhkan perubahan mendasar menuju proses yang lebih efisien. Dan juga cocok digunakan untuk membuat Minimum Viable Product (MVP).
  5. Beberapa pekerjaan yang cocok menggunakan Scrum, yaitu pengembangan aplikasi baru, pengembangan merek, dan kampanye pemasaran.

Sementara itu, Kanban memiliki karakteristik…

  1. Peran di dalam tim hanya dibagi menjadi dua, yakni Product Owner dan anggota.
  2. Tidak memiliki acara yang dibentuk secara seremonial.
  3. Jika waktu menjadi concern utama pada Scrum, maka pada Kanban fokus utamanya adalah jumlah pekerjaan. Pekerjaan yang sudah dikomitmenkan harus terus mengalir dari status ke status lainnya sehingga hal ini dapat dicapai ketika jumlahnya tidak terlalu banyak.
  4. Kanban cocok digunakan pada organisasi yang sudah memiliki proses kerja yang ingin ditingkatkan dari waktu ke waktu tanpa mengganggu seluruh sistem.
    Selain itu, Kanban juga biasa digunakan ketika hanya dikerjakan oleh satu orang atau tim kecil. Untuk pekerjaan yang sifatnya berkelanjutan dan proyek pemeliharaan, Kanban menjadi pilihan yang cocok.
  5. Pekerjaan yang cocok menggunakan Kanban antara lain desain dan produksi seni, desain UX, marketing collateral, dan pembuatan siaran pers.

Pengalaman Codex dalam Praktik Scrum dan Kanban

Di masa-masa awal, Codex menggunakan Scrum untuk semua jenis pekerjaan. Akan tetapi, dalam perjalanannya tim mengalami hambatan ketika ada pekerjaan yang sifatnya rutin (berulang) dan pekerjaan yang sangat bergantung pada pihak ketiga.

Saat itu, tim tidak pernah mampu untuk menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu dan hal ini tentu saja tidak cocok dengan Scrum yang mengutamakan waktu. Tidak hanya itu, dari pekerjaan rutin juga banyak memunculkan backlog baru di tengah-tengah sprint sehingga mengganggu jalannya sprint.

Dengan kondisi seperti itu, tim memutuskan untuk beralih ke Kanban untuk pekerjaan yang tidak melibatkan dev-team. Sementara untuk pekerjaan pengembangan produk, Codex tetap menggunakan metode Scrumban. Di sini biasanya Kanban dimanfaatkan untuk pekerjaan yang terkait dengan bug fixing.

Ketika memilih Scrum atau Kanban, maka yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kita mampu mendefinisikan kebutuhan tim dan memiliki komitmen yang tinggi dalam menerapkan cara kerja Agile.

--

--