10 Tips Menjaga Work-Life Balance untuk Generasi Milenial

Aretta Aniendra
codexstories | CODEX Telkom
8 min readNov 21, 2019
Aktivitas di CODEX

“Take care of yourself: When you don’t sleep, eat crap, don’t exercise, and are living off adrenaline for too long, your performance suffers. Your decisions suffer. Your company suffers. Love those close to you: Failure of your company is not failure in life. Failure in your relationship is.”

Ev Williams, CEO of Medium and co-founder of Twitter

Setahun yang lalu, saya memulai proyek CODEX Dashboard Performance (CDP) di CODEX. Proyek ini merupakan loncatan besar dalam karier saya karena butuh waktu hampir satu tahun untuk menetapkan experience, analisis data, serta target model bisnis dalam pembuatan desain UI/UX dan desain sistem dari dashboard ini.

Sejujurnya, saya sangat menikmati proses ini karena saya menyukai tantangan, terutama dalam pengembangan proyek dengan tingkat kesulitan yang kompleks serta target pengguna yang luas seperti ini. Beberapa waktu lalu, saya juga dipercaya oleh Product Owner dari tim Product Management System (PMS) untuk membuat UI/UX design form untuk Tribe AMA (Amoeba Management).

Dengan bertambahnya proyek yang saya kerjakan, maka otomatis tanggung jawab saya juga semakin besar. Kedua tim tersebut sama-sama membutuhkan hasil yang konsisten dan sesuai ekspektasi dalam waktu yang cepat.

Sekali lagi, saya menikmati proyek yang diberikan. Namun saya tetap harus menyeimbangkan kemampuan manajemen hidup dan pekerjaan, agar bisa bekerja dengan jiwa yang tenang dan tetap profesional.

Mengatur keseimbangan kehidupan kerja yang sehat dan stabil (work-life balance) membutuhkan kemampuan untuk memisahkan atau membagi kehidupan pribadi dan profesional tanpa mengganggu jalannya kedua kehidupan tersebut. Keduanya sama-sama penting, dan tidak ada yang harus dikorbankan.

Lively sharing session

Di zaman sekarang, akan jauh lebih sulit untuk mengurangi beban stres yang dirasakan ketika bekerja, karena makin maju perkembangan zaman otomatis makin tinggi juga tingkat kesulitan dan tanggung jawab yang dirasakan.

Jadi, bagaimana kita bisa menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan? Dalam artikel ini, saya akan memberikan 10 tips dan trik untuk membantu menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan demi kesejahteraan fisik dan mental kita.

1. Atur jam tidur yang cukup

Tidur adalah sesuatu yang kita semua butuhkan. Konsekuensi dari tidak cukup tidur di malam hari adalah konsentrasi dan fokus kita akan berkurang pada saat jam kerja. Menurut seorang peneliti bernama Daniel Kripke, orang yang tidur antara 6,5 jam dan 7,5 jam di malam hari mempunyai umur lebih panjang dan produktivitas lebih tinggi.

Jadi, salah satu hal yang menentukan produktivitas kita adalah jam tidur yang cukup. Bila kita tidak menjadikan kesehatan sebagai prioritas utama, ada kemungkinan tubuh kita akan terserang penyakit saat pekerjaan kita masih banyak dan mendekati deadline.

2. Pilih prioritas yang akan dikerjakan

Saat kita memiliki banyak tugas yang harus diselesaikan dalam waktu yang bersamaan (multitasking), tentukan mana pekerjaan yang harus kita lakukan dan mana yang bisa dilakukan oleh orang lain.

Jika bingung menentukan tugas mana yang harus dipilih, cari yang paling sesuai dengan pandangan hidup kita. Apakah tujuan dari proyek itu sesuai dengan kemampuan dan cara berpikir kita? Jika tugas tersebut sesuai dengan kemampuan kita, berhenti memberi janji untuk banyak proyek yang lain.

3. Buat target (to do list) kecil dalam kehidupan sehari-hari

Saya biasanya menulis daftar kegiatan untuk memastikan agar tidak lupa tugas mana yang harus dikerjakan. Tetapkan tenggat waktu untuk seluruh tugas tersebut, lalu periksa secara berkala apakah tugas tersebut masih masuk akal untuk dikerjakan sesuai dengan kemampuan. Jika tidak, maka evaluasi kembali apakah tugas tersebut perlu dihapus dari daftar kita.

Jika ingin menjadi pekerja yang produktif, penting untuk memiliki target baik secara pribadi maupun profesional. Untuk mengetahui pencapaian kita, tanyakan pada diri sendiri:

  • Mana tugas yang tidak bisa diselesaikan?
  • Mana tugas yang bisa diselesaikan dengan baik?
  • Apa tujuan utama kamu di tempat kerja dan di keluarga?

Dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu, kamu bisa membuat penyesuaian dan memutuskan mana tugas yang bisa dijadikan target dan mana yang tidak.

4. Bersosialisasi dan berdiskusi dengan teman

Pertemanan di tempat kerja bisa menimbulkan keseimbangan antara kebutuhan pribadi dan kebutuhan tempat kerja, serta meningkatkan keharmonisan.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa obrolan ringan dengan rekan kerja dapat menghasilkan peningkatan produktivitas yang signifikan. Menyisihkan waktu untuk mengobrol ringan selama istirahat atau waktu makan siang dapat membantu memenuhi kebutuhan kita akan interaksi sosial, serta membuat kita lebih tahu apa yang dibutuhkan oleh rekan-rekan kerja kita. Bersosialisasi juga dapat membantu kita dalam memperluas jaringan untuk menemukan solusi dari masalah-masalah tertentu.

Intinya, organisasi adalah sebuah jaringan yang terdiri atas sekumpulan orang. Semakin baik keseimbangan hubungan orang-orang di dalamnya, maka akan semakin baik pula fungsi organisasi tersebut.

Ingat, sehebat apapun kamu pasti akan membutuhkan bantuan orang lain. Karena itu, kita perlu menjaga hubungan baik dengan rekan kerja demi meningkatkan produktivitas kita.

5. Berani menjadi diri sendiri namun tetap menghormati orang lain

Belajarlah untuk berani mengatakan TIDAK, namun tetap dengan bahasa dan perilaku yang sopan.

Permasalahannya adalah, bagaimana cara mengatakan “Tidak” tanpa menyinggung pihak lain atau mungkin kehilangan pekerjaan? Ketahuilah bahwa kamu tidak mungkin menyenangkan semua orang.

Mengatakan “Ya” sepanjang waktu bisa menguras tenaga dan menambah tingkat stres, serta membuat orang lain memanfaatkan kamu hingga di luar batas kemampuan.

Tips dari saya untuk dapat mengatakan “Tidak” dengan profesional:

  • Katakan “Tidak” dengan tersenyum.
  • Berikan alasan yang logis setelah mengatakan “Tidak”, sehingga pihak lain tidak akan menganggap kamu menolak hanya karena malas atau tidak mau mencoba.

6. Batasi waktu untuk bekerja dan bermain

Ketika sedang bekerja, maka setiap menit sangatlah penting. Jika ingin tetap fokus dan produktif, penting untuk menentukan berapa lama kira-kira waktu yang kita perlukan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan, dan berapa lama waktu yang bisa kita gunakan untuk bermain atau berbincang dengan rekan kerja.

Tetapkan batas waktu tertentu, semisal bekerja di kantor selama satu jam diselingi berbicara dengan teman setiap 15 menit. Kemudian lanjut lagi bekerja selama satu jam. Hal ini dapat membantu kita agar tetap bisa produktif, sembari mendapatkan ide baru yang mungkin muncul saat berbicara dengan teman.

Keahlian manajemen waktu di tempat kerja dapat memiliki dampak positif pada pekerjaan dan kehidupan. Kita bisa tahu kapan waktu untuk fokus bekerja dan kapan waktu untuk tidak bekerja (seperti saat istirahat dan malam hari untuk me time). Belajar mengendalikan waktu membutuhkan jam terbang, serta kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan membuat keputusan. Dengan begitu, kita bisa mendapat kendali penuh atas waktu yang kita miliki.

7. Sempatkan waktu untuk berolahraga

Olahraga dapat meningkatkan produktivitas di tempat kerja dan idealnya harus menjadi bagian dari rutinitas harian seorang pekerja. Kegiatan ini memang sering diabaikan oleh pekerja yang sibuk, karena ada asumsi yang menganggap bahwa olahraga adalah sesuatu yg melelahkan dan menambah beban setelah bekerja seharian.

Padahal, kita tidak perlu melakukan olahraga selama berjam-jam. Jika belum terbiasa, cukup lakukan aktivitas fisik selama 30 menit, kemudian iringi dengan mengonsumsi makanan sehat.

Pengusaha sukses seperti Bill Gates selalu melakukan treadmill di pagi hari, sedangkan Barack Obama selalu pergi ke gym setiap pagi.

Menurut sebuah penelitian di International Journal of Workplace Health Management, olahraga tidak hanya bermanfaat secara fisik, namun juga secara mental. Kestabilan pikiran kita akan terjaga, dan beban ketika bekerja pun akan lepas seusai berolahraga.

8. Luangkan waktu untuk “Me Time”

Rahasia untuk menjaga work-life balance yang sempurna adalah selalu luangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang benar-benar kita sukai. Terkadang, kita butuh memikirkan diri sendiri dengan cara bersenang-senang, memanjakan diri, pergi ke salon, menonton serial TV favorit, membaca buku, traveling, berbelanja, atau beristirahat dengan tidak melakukan apa-apa sama sekali.

Belajarlah untuk mengurus diri sendiri, karena hanya dengan begitu kita dapat mengurus keluarga dan pekerjaan.

Jika kita benar-benar mencintai dan peduli pada diri kita sendiri, kita akan meluangkan waktu untuk merawat kesehatan fisik dan mental kita. Dengan menyegarkan diri , maka rasa cinta pada diri sendiri akan lebih kuat, dan kita pun siap untuk menghadapi tantangan hidup yang lebih besar.

9. Lepas pemikiran perfeksionis

Menyelesaikan pekerjaan lebih baik daripada menjadi sempurna.

Orang yang perfeksionis cenderung menunda tugas-tugas sulit. Mereka selalu mempunyai pola pikir untuk menghindari kegagalan, yang terkadang justru membuat mereka tidak pernah memulai pekerjaan. Penundaan adalah hasil dari manajemen emosi yang tidak efektif.

Kita harus belajar mengelola ketakutan kita. Mengambil langkah-langkah kecil yang dapat dikelola bisa mengurangi kecemasan dan membuat kita tidak terlalu banyak berpikir.

Menurut artikel Havard Bussines Review, ada beberapa prinsip yang dapat diterapkan untuk mencegah dampak buruk dari orang yang perfeksionis:

Jangan:

  • Memecahkan masalah dengan waktu tidak tepat. Ketika pikiran sedang tidak stabil, jangan terburu-buru mengambil keputusan. Cari tahu terlebih dahulu penyebab dan gangguan pikiran yang sedang kamu alami.
  • Berusaha mengejar tujuan yang tidak masuk akal demi kesempurnaan. Jika tujuan tersebut tidak tercapai, maka psikologi kamu akan terganggu. Maka penting untuk mengetahui kemampuan diri sendiri.
  • Melakukan semua pekerjaan seorang diri. Mintalah bantuan dari orang lain, rekan kerja, atau mentor untuk mendapat dukungan dan perspektif yang berbeda.

Lakukan:

  • Belajarlah mengidentifikasi seberapa besar kemampuan kita untuk dapat menyelesaikan tugas dengan baik.
  • Pahami perkembangan pekerjaanmu. Deskripsikan dengan jelas apa yang akan terjadi jika kamu dapat menyelesaikan tugasmu dengan sempurna atau tidak.
  • Pastikan dengan jelas standar kemampuanmu. Terkadang pendapat kamu tidak harus selalu didengar atau dipakai. Mungkin hanya dengan sedikit konstribusi yang berguna saja sudah cukup.

10. We can be happy anytime!

Menetapkan tujuan adalah proses yang tidak akan pernah selesai. Ketika kita telah mencapai satu tujuan, maka tujuan baru akan terbentuk. Ketika gagal, kita akan menjadi sedih.

Jika berhasil, kesenangan yang dicapai pun bersifat sementara. Kita akan langsung mengejar tujuan yang baru. Jika lingkaran ini terus berputar, maka kebahagiaan kita akan terserap oleh ambisi.

Ketika kita menetapkan target tertentu sebagai sarana utama kita mencapai kebahagiaan, maka kita telah menukar kepuasan hidup jangka panjang dengan motivasi dan kebahagiaan jangka pendek.

Puas dengan apa yang bisa kita lakukan akan menjadi standar yang lebih realistis dan bermakna. Ini adalah cara terbaik untuk menjadi diri sendiri. Dengan begitu, kamu akan menemukan kedamaian dan kebahagiaan dalam hidup.

Ini adalah cara saya dalam menjaga work-life balance, apakah kamu mempunyai cara yang berbeda?

--

--

Aretta Aniendra
codexstories | CODEX Telkom

UI/UX Designer on CODEX. Focused on logic design, user happiness, Telkom company culture. I’m always learning and love to help, say hi! :)