Paracetamol di Teluk Jakarta, Deteksi Awal untuk Penelitian Lebih Lanjut
Halo Echoners! Menanggapi isu yang sedang panas di Indonesia, yaitu telah ditemukannya kandungan obat-obatan terutama paracetamol yang cukup tinggi di perairan teluk jakarta, tentu saja menjadi hal yang perlu diperhatikan bagi Indonesia. Penemuan ini adalah yang pertamakali dalam penelitian polutan limbah farmasi di tanah air. Ohya echoners! Artikel ini merupakan pembahasan lebih detail dari artikel berita hangat ini ya!
Kenapa Kandungan Paracetamol?
Seperti yang telah diketahui, penelitan yang dilakukan oleh peneliti dari University of Brighton dan LIPI Indonesia ingin mengetahui kandungan obat-obatan yang ada di pesisir dan laut Indonesia. Namun, penelitian ini merujuk pada satu jenis kandungan saja, yaitu Paracetamol.
Paracetamol dipilih karena merupakan salah satu jenis obat yang digunakan sebagai pereda nyeri dan penurun demam yang paling populer, dengan konsumsi mencapai ribuan ton per tahun. Juga pada suatu penelitian yang dilakukan di Muara Sungai Sydney, Australia melaporkan bahwa parasetamol adalah satu-satunya obat yang terdeteksi di semua lokasi yang diambil sampelnya.
Nah, Paracetamol mudah didapatkan dan dijual bebeas di pasaran dan parasetamol biasanya bekerja selama enam jam. Setelah itu efeknya akan hilang, sehingga perlu minum lagi sesuai anjuran dokter. Obat ini juga termasuk dalam jenis obat kombinasi yang bisa disatukan ke dalam obat-obatan lainnya, seperti obat pilek atau obat demam.
Karena itulah peneliti ingin mengetahui soal ada atau tidaknya sisa kandungan paracetamol yang terbuang ke laut.
Dalam kasus di Teluk Jakarta, 2 dari 5 lokasi sampling yaitu di Teluk Jakarta adalah Angke, Ancol, Tanjung Priok, Cilingcing dan yang satu ada di Jawa Tengah yaitu Teluk Eretan, telah ditemukan kandungan paracetamol konsentrasi tinggi parasetamol terdeteksi di Angke (610 nanogram/L) dan Ancol (420 ng/L).
Mengapa konsentrasi lebih tinggi terdapat di Ancol dan Angke?
Dengan jumlah penduduk yang tinggi di kawasan Jabodetabek yang padat dan jenis obat yang dijual bebas tanpa resep dokter, memiliki potensi sebagai sumber kontaminan di perairan.
Kandungan tersebut diduga karena konsumsi paracetamol yang berlebih sehingga sampai di laut dan menyebabkan waste water treatment yang kurang baik. Konsumsi paracetamol berlebih akan terbuang melalui air seni dan feses kita, lalu masuk septic tank yang langsung dibuang ke sungai dan bermuara ke laut.
Sedangkan sumber potensi dari rumah sakit dan industri farmasi dapat diakibatkan sistem pengelolaan air limbah yang tidak berfungsi optimal, sehingga sisa pemakaian obat atau limbah pembuatan obat masuk ke sungai dan akhirnya ke perairan pantai.
Dampak Kandungan Paracetamol bagi Lingkungan Perairan
Dengan diketauinya adanya polutan laut yag berjenis dari bahan obat-obatan, maka hal ini menjadi kekhawatiran bagi ekosistem laut yang tercemar tersebut. Nah, apa saja bahaya nya ya Echoners?
Pencemaran ini berdampak pada kesehatan dan kebersihan ekosistem laut, terutama berdampak pada ikan yang dikonsumsi masyarakat. Seperti dilansir situs Harvard, sejumlah penelitian menunjukkan bahan kimia seperti obat memiliki efek feminisasi pada ikan jantan dan dapat mengubah rasio betina-jantan. Penelitian lain telah menemukan obat antidepresan yang terkonsentrasi di jaringan otak ikan di hilir dari pabrik pengolahan air limbah laut.
Hal ini juga dapat menjadi pemicu stres tambahan pada ekosistem laut yang sudah terkena dampak perubahan iklim, eutrofikasi, dan penangkapan ikan yang berlebihan
Berbeda dengan dampak yang terjadi pada ikan, bahaya laut yang tercemar paracetamol terhadap manusia tidak diketahui secara pasti. Tetapi masalah yang terjadi adalah keamanan pangan dan perikanan yang berbasis di daerah Angke dan Ancol. Hal ini dikarenakan disana adalah tempat perikanan yang populer dan lokasi pasar utama untuk produk laut di Jakarta.
Dampak lainnya juga terjadi pada peternakan terumbu karang. Wilayah Asia Tenggara adalah hotspot keanekaragaman hayati laut dan menjadi tuan rumah terumbu karang yang sangat sensitif terhadap polusi air
Efek terburuk dari polusi yang dilaporkan untuk Teluk Jakarta termasuk : kematian ikan, hipoksia,eutrofikasi dan sering mekar alga beracun, mengurangi total populasi ikan dan tingkat kontaminan yang tinggi dalam makanan laut.
Waduh! kalau hal ini tidak segera diteliti lebih lanjut, jangka panjangnya bisa mengakibatkan efek terburuk diatas Echoners! Ngerii yaa…
Penanggulangan Pencemaran Air
Pencemaran air tidak bisa ditanggulangi secara sembarangan. Pencemaran yang berasal dari limbah industri, limbah rumah tangga, maupun limbah pertanian. Berikut ini adalah sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk menanggulangi pencemaran air :
- Pembuatan Kolam Stabilisasi : Pada kolam stabilisasi ini air limbah diolah secara alami. Hal itu dilakukan untuk menetralisasi zat-zat pencemar sebelum dialirkan ke sungai.
- IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) : Pengolahan air limbah dengan cara ini dilakukan menggunakan alat-alat khusus dan menggunakan tiga tahapan, yakni primary treatment (pengolahan pertama), secondary treatment (pengolahan kedua), dan tertiary treatment (pengolahan lanjutan).
- Pengelolaan Excrexta (Human Excreta) : Pengelolaan ini dapat ditemukan dalam septictank yang bisa diolah dengan cara anaerobik menjadi biogas. Setelah itu bisa dimanfaatkan sebagai sumber gas untuk rumah tangga.
Tanggapan Pemerintah Indonesia Terhadap Polusi Limbah Paracetamol
Kabar ini sudah ditanggapi oleh Humas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Yogi Ikhwan menyatakan pihaknya akan menindaklanjuti hasil kajian tersebut. DLH secara rutin melakukan pemantauan terhadap kualitas air laut Jakarta sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Untuk itu, DLH DKI Jakarta mengambil sampel di Perairan Ancol dan Angke untuk kemudian dikaji ulang dan untuk mengetahui apakah pencemaran masih berlangsung, mengidentifikasi sumber pencemarannya, sehingga akan ada langkah yang diambil untuk menghentikan pencemaran tersebut.
Kemudian sampel air laut yang diambil itu dibawa ke Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Dinas Kesehatan DKI Jakarta untuk diuji laboratorium. Proses uji laboratorium berlangsung selama 14 hari.
Selain itu, KLHK menanggapi kasus ini dengan memanggil 27 perusahaan farmasi terkait kandungan paracetamol di perairan Teluk Jakarta. Hal ini karena ada dugaan yang mengarah kepada pembuangan limbah industri Farmasi ke sungai hingga sampai ke laut.
KLHK pelu menanyakan bagaimana melakukan pengelolaan limbahnya juga bagaimana pengelolaan dari obat-obatan bekasnya, dan pengelolaan limbah dari paracetamol yang sudah kedaluwarsa. Hal itu penting karena harus ada cara berbeda dalam mengelola limbah kedaluwarsa. Bahkan kedepannya KLHK akan merumuskan kebijakan baru untuk mengatur limbah paracetamol yang termasuk emerging pollutant.
Perkembangan Penelitian Pencemaran air laut di Indonesia dan Negara Lain
Penelitian tentang parameter kandungan obat-obatan pada perairan pesisir dan laut di Indonesia masih tergolong ke dalam parameter khusus yang jarang diteliti. Kendati demikian, temuan ini dapat dikategorikan sebagai pencemaran air laut.
Di Indonesia, penelitian tentang paracetamol inilah yang mengawali adanya kemungkinan bahwa wilayah-wilayah perairan di Indonesia jika di ambil sampel air dan diteliti akan menghasilkan kandungan polutan dari obat-obatan juga, terutama paracetamol. Mungkin kedepannya akan ada banyak penelitian dari parameter-parameter obat-batan yang lain yang kemungkinan terdapat pada perairan.
Berbeda dengan di Negara lain terutama di Eropa, penelitian mengenai pencemaran air di pesisir dan laut sudah banyak dilakukan dengan berbagai parameter zat-zat dan senyawa kimia maupun obat-obatan. Parameter yang diteliti tidak melulu tentang paracetamol saja tetapi lebih meluas. Baku mutu zat-zat tersebut juga sudah jelas. Saat ini, keberadaan antibiotik, steroid, pengatur lipid darah, estrogen, obat penghilang rasa sakit, antiinflamasi, antiseptik, obat antihipertensi, antiepilepsi, agen antineoplastik, dan zat lain di badan air permukaan sudah pernah diteliti.
Selain itu penelitian-penelitian yang telah dilakukan di Eropa mengenai polutan obat-obatan ini telah sampai ke tahap risk assesment (Penilaian resiko). Studi penilaian risiko untuk mengetahui potensi dampak dari pencemaran zat obat-obatan tersebut kepada spesies air dan manusia. Ditunjukkan bahwa resiko paparan obat-obatan telah terbukti lebih tinggi untuk spesies air daripada manusia.
Ett, tidak hanya itu, di Eropa bahkan sudah ada List of Priority Substances. List of Priority adalah daftar polutan yang terjadi di air sungai, air laut, air tanah dan perairan pantai. Dalam daftar tersebut yang disetujui oleh Uni Eropa, terdapat 33 zat dan senyawa kimia yang digolongkan menjadi 2, yaitu zat prioritas dan zat berbahaya prioritas.
Penanganan terhadap polutan di perairan Eropa sudah ada legal framework (kerangka hukum) yang mengatur hal tersebut. Sejak tahun 2000 European Parliament and the European Council membentuk membentuk Water Framework Directive (WFD). Dimana hal ini bertujuan untuk membangun kerangka hukum untuk perlindungan kualitas air di negara-negara Eropa.
Arahan Water Framework Directive (WFD) mengakui bahwa tindakan khusus harus dilakukan di Eropa terhadap pencemaran air oleh polutan individu, atau kelompok polutan, yang menghadirkan risiko signifikan terhadap lingkungan perairan dan air yang digunakan untuk produksi air minum.
Tujuan WFD yaitu
- Mencegah kerusakan lebih lanjut dan melindungi serta meningkatkan status ekosistem perairan dan, sehubungan dengan kebutuhan airnya, ekosistem darat dan lahan basah secara langsung tergantung pada ekosistem perairan;
- Mempromosikan penggunaan air yang berkelanjutan berdasarkan perlindungan jangka panjang dari sumber daya air yang tersedia;
- Bertujuan untuk meningkatkan perlindungan dan perbaikan lingkungan akuatik, antara lain, melalui langkah-langkah khusus untuk pengurangan bertahap pelepasan, emisi dan kehilangan zat prioritas dan penghentian atau penghentian secara bertahap pelepasan, emisi dan kehilangan zat berbahaya prioritas;
- Memastikan pengurangan progresif polusi air tanah dan mencegah polusi lebih lanjut, dan
- Berkontribusi dalam mengurangi dampak banjir dan kekeringan
Berdasarkan data-data yang dilaporkan ke WFD tersebut, Eropa mempunyai peta persebaran polutan zat-zat dan senyawa kimia tersebut. Seperti contohnya cadmium, mercury dan zat-zat kimia atau obat-obatan lainnya.
Nahh itu adalah penjelasan mengenai kandungan paracetamol di laut ya echoners! semoga artikel ini bisa menjadikan motivasi adanya ide-ide dan penelitan yang bermanfaat. Sampai jumpa di artikel selanjutnyaa :D
~Lisa Khumaeroh
Original Post : https://echolocation.id/2021/10/17/paracetamol-di-teluk-jakarta-deteksi-awal-untuk-penelitian-lebih-lanjut/