[ID] Dampak Kapitalisme

Hipotesa Media
Hipotesa Media
Published in
5 min readNov 17, 2018

Ketika kita mendengar Komunisme, atau ideologi Kiri lainnya tentu saja yang muncul di benak kita adalah pembantaian, kekejaman, dictatorship, dan hal hal buruk lainnya. Akan tetapi, apakah hidup di dunia Kapitalisme telah menjanjikan kehidupan yang lebih baik?

Untuk menilai kinerja Kapitalisme, pertama kita harus memahami dulu apa itu Kapitalisme.

Kapitalisme adalah saat faktor produksi dimiliki oleh individu secara pribadi dengan satu intensi, yakni memperkaya diri sendiri. Oleh karena itu, mereka menggunakannya bukan untuk memenuhi kebutuhan tetapi untuk memperkaya diri mereka sebanyak-banyaknya. (Pembahasan lebih dalam dapat dibaca di artikel sebelumnya: “Apa itu Kapitalisme?” dan “Cabang Pemikiran Kapitalisme

Ini artinya, proses produksi dilakukan dengan alasan untuk memperkaya diri para kapitalis dan bukan untuk memenuhi kebutuhan. Akibatnya, banyak sekali kebutuhan dasar manusia tidak terpenuhi bila hal itu “tidak menguntungkan”.

Mau disadari atau tidak, sistem Kapitalisme telah merajalela di seluruh dunia. Negaranegara yang ingin berkembang akan mengadopsi Kapitalisme dan telah menjadi norma untuk mereka bila mereka ingin “berkembang”. Apa yang terjadi?

1. Kondisi dunia saat ini

Kondisi dunia saat ini adalah terjadinya ketimpangan kekayaan dan kemiskinan yang merajalela. Laporan menunjukan bahwa 1% populasi dunia memiliki 50.1% dari seluruh kekayaan yang ada di dunia ini (Neate, 2017).

Hal ini terjadi sementara sekitar 815 juta orang mengalami kelaparan di tahun 2016 (FAO, 2016). 3 sampai 5 juta orang meninggal tiap tahun karena kurangnya perawatan vaksin (Offit, 2018).

Dan setengah dari populasi dunia hidup dengan kekurangan air. Tentu saja kita sudah mendengar bahwa kemiskinan global sedang mengalami penurunan yang masive. Akan tetapi, kita perlu tahu bahwa standard kemiskinan yang digunakan adalah mereka yang memiliki penghasilan 2 USD per hari. Kenyataannya, mayoritas populasi di dunia masih hidup dengan kategori “low income”. Mereka yang berpenghasilan rendah justru malah meningkat secara signifikan (Global Inequality — Inequality.org, 2018).

2. Globalisme

Salah satu trend dalam Kapitalisme adalah timbulnya badan-badan seperti International Monetary Fund (IMF) dan World Bank. Badan-badan ini memberikan pinjaman pada negaranegara [di mana] negara peminjam harus melakukan penstrukturan ekonomi seperti liberalisasi perdagangan, penurunan mata uang pribadi dan pengurangan subsidi yang diberikan pemerintah. Ini semua sesuai dengan paham Kapitalisme untuk mengurangi regulasi pemerintah dalam aspek ekonomi.

Hasil dari kebijakan tersebut bukannya meningkatkan kesejahteraan, melainkan meningkatkan krisis dan kemiskinan di negara-negara berkembang(Kolko, 1998).

Di Afrika negaranegara yang mengikuti program ini seperti Sierra leone, liberia, dan Cote d’ivoire bahkan mengalami perang sipil yang berkepanjangan karena kemiskinan yang makin meningkat dan ditambah ketidakpuasan terhadap pemerintah.

Secara praktis, kaum kapitalis juga memerlukan peran pemerintah untuk menyebar luaskan kepentingan kaum borjuis ke negara negara lain.

Menurut pemikir Marx dan Engels; “para borjuis dalam upaya untuk mengejar tujuannya, harus memperluas pasarnya, dia harus menetap dimana mana, dan menjalin koneksi dan lewat eksploitasi pasar, membentuk sebuah sistem produksi yang kosmopolitan dan global”.

Seringkali, kepentingan kaum borjuis ini didukung dengan pemerintahan dan militer dari negara kapitalis seperti amerika serikat. Pada perang dingin, Amerika melakukan regime change atau mendukung perubahan rezim bagi negara-negara yang menentang sistem kapitalisme.

Dari tahun 1947 sampai dengan 1989, Amerika Serikat telah mencoba untuk mengganti rezim negara lain sebanyak 72 kali (O’Rourke, 2016) Hasilnya seringkali mengecewakan. Di negara-negara latin amerika, seperti: Cuba, Venezuela, Panama, Guatemala, Chille, kemiskinan dan kekejaman justru meningkat ketika pemerintahan mereka dikuasai oleh pemerintah pro-Kapitalisme dan barat.

3. Demokrasi

Apakah Kapitalisme menghasilkan demokrasi? Demokrasi adalah di mana rakyat bisa berpartisipasi baik secara public atau perwakilan terhadap politik dan ekonomi sebuah negara.

Di dalam kapitalisme, pasar dibiarkan untuk bekerja dengan sendirinya, dalam kondisi ini persaingan bisnis akan menghasilkan sejumlah perusahaan raksasa dengan kekayaannya akan mempengaruhi pengambilan keputusan publik melalui lobbying.

Di akhir akhir ini, perusahaan makin gencar dalam menggunakan uang mereka untuk mempengaruhi kebijakan publik. Di Amerika, perusahaan menghabiskan 26.1 miliar USD setiap tahunnya untuk membayar perusahaan lobbying.

Bila dibandingkan, setiap perusahaan memiliki setidaknya 100 organisasi lobbying untuk mewakili kepentingan korporat. Untuk setiap dollar yang dihabiskan oleh serikat buruh dan kepentingan publik lainnya, perusahaan besar akan menghabiskan 34 dollar (Drutman, 2015). Bahkan, praktik lobbying seperti mempengaruhi media, menghasilkan data data yang menguntungkan mereka, dilakukan (Cave, 2014). Berdasarkan ini, kepentingan perusahaan-perusahaan besar akan lebih diutamakan ketimbang entitas lain.

Kita ambil contoh beberapa kebijakan yang kontroversial akhir-akhir ini di Amerika dan Australia. Ketika pemerintahan melakukan kebijakan pemotongan pajak untuk perusahaan-perusahaan besar dengan harapan bahwa mereka akan menaikkan gaji para pekerja dan menginvestasikan pendapatan perusahaan untuk kepentingan umum.

Pada kenyataannya, kebijakan pemotongan pajak itu tidak menghasilkan kesejahteraan bagi khalayak banyak melainkan hanya menguntungkan sejumlah perusahaan besar. Di Australia, hanya satu dari enam perusahaan yang akan menggunakan pendapatan lebihnya untuk memperkerjakan lebih banyak orang dan menaikan gaji (Leigh, 2018).

Di Amerika serikat, gaji justru makin menurun setelah kebijakan ini diterapkan. Sementara itu, perusahaan besar seperti big pharma justru untung besar karena melemahnya sektor publik di bidang kesehatan (kitson, 2018).

4. Self-interest

Memang, kapitalisme mengatakan bahwa self interest akan membuat kemajuan ekonomi. Tapi, bila engkau pikirkan baik2. Bukankah VOC yang menjajah Indonesia adalah penjelmaan dari self interest pengusaha-pengusaha Belanda. Bukankah pembantaian orang
afrika oleh Belgia adalah wujud self interest dari raja Leopold untuk menguasai afrika? Bukankah peperangan di Eropa adalah wujud dari self interest penguasa2 eropa yang ingin memperluas kekayaan negaranya sendiri?

Semua orang memiliki self-interest. Namun pada Kapitalisme, beberapa kaum mampu mengalahkan self-interest mayoritas. Berakar dari sini, apakah benar Kapitalisme adalah sistem yang adil?

Versi video artikel ini dapat ditonton di channel Hipotesa yang berjudul “Dampak Sistem Kapitalisme

Sumber:

Team

--

--

Hipotesa Media
Hipotesa Media

Hipotesa is a media startup that gives education about politics, economy and generally speaking about what happens in the social world to general public.