p^01

HULU TAK BERHILIR

Adaptasi atas Novel ^Salah Asuhan^

Irsyad Ridho
indonesia^mula

--

Upaya pertama proyek ini adalah mengutak-utik kemungkinan lain untuk membaca novel Salah Asuhan karya Abdoel Moeis. Proses pembacaan itu berujung pada lahirnya karya monolog yang berjudul “Hulu Tak Berhilir”. Naskah adaptasi ini pernah dimainkan oleh aktor Erostian di panggung belakang Atelir Ceremai pada 16 Juni 2022.

Naskah ini mencoba mengulik bagaimana jika tokoh Hanafi di Novel Salah Asuhan itu dihidupkan kembali untuk menggugat pengarangnya sendiri, yaitu Abdoel Moeis.

Ilham pertamanya muncul dari penafsiran Keith Foulcher, Indonesianis dari Australia itu. Dalam kajiannya terhadap biografi Abdoel Moeis, dia melihat betapa novel Salah Asuhan itu sebenarnya lebih rumit dan ambigu daripada sekadar penyederhanaan tafsir tentang kemenangan budaya “Timur” atas “Barat seperti yang selama ini kebanyakan disangka orang, yaitu sebagai sindiran terhadap sikap pro-”Barat”. Tafsir simplistik itu kemudian dikukuhkan sebagai bagian dari bangunan nasionalisme Indonesia.

Padahal, Abdoel Moeis terjepit dalam dilema yang serius. Sejak kekalahannya dalam arena pergerakan nasional di pertengahan 1920-an, sulit baginya untuk tetap meyakini sikap politik kooperatifnya terhadap Belanda. Namun, sikap kultural yang lebih radikal untuk membobol batas rasial dari kerangka kolonialisme juga tak bisa dia ambil. Sayangnya, posisi tengah- tengah tampaknya sudah tidak relevan baginya saat itu.

Lantas, bagaimana? Kebimbangan, ratapan, juga jalan buntu, itulah yang kemudian membayang dalam novelnya. Dia pun kembali pada kaidah romantik novel Balai Pustaka: mematikan tokoh-tokoh utamanya.

Persis seperti yang sudah ditempuh oleh novel Sitti Nurbaya enam tahun sebelumnya. Dalam konteks ini, campur tangan para redaktur penerbitan Hindia Belanda itu tentu tidak bisa pula diabaikan.

Dilema Abdoel Moeis harus dipecahkan. Untuk itulah Hanafi perlu dihidupkan kembali. Dulu dia dimatikan sebagai jalan buntu romantik. Maka, pembacaan saat ini perlu menggali jalan tembus untuk keluar dari jalan buntu itu. Gugatan yang dulu tidak mampu diungkapkan oleh Abdoel Moeis, kalaupun dia ingin, kini harus diperdengarkan. Itulah strategi adaptasi “Hulu Tak Berhilir”.

--

--

Irsyad Ridho
indonesia^mula

Dosen. Naratolog. Pendukung komunitas seni di Atelir Ceremai, Jakarta.