Influencers, Assemble!

Dini Octavia
inhandsagency
Published in
5 min readMay 1, 2020
Illustration by: https://www.instagram.com/ferdidarmawan/

Dampak krisis memang paling terasa bagi para pengusaha UMKM. Apalagi sejak ada gerakan physical distancing atau jaga jarak fisik, himbauan untuk tetap #dirumahaja semakin digalakkan kepada setiap masyarakat di belahan dunia manapun. Imbasnya, banyak sekali pusat perbelanjaan yang harus tutup. Hal tersebut tentu saja berpengaruh pada sebagian besar pelaku bisnis yang biasa menjajakan produknya secara offline, misalnya di restoran atau toko-toko.

Untuk kembali membangun bisnis, berbagai strategi pun dilakukan, mulai dari mengembangkan jaringan pemasaran via online, mengandalkan platform ojek dan belanja online, serta menggencarkan digital marketing lewat media sosial. Namun, berbagai strategi tadi dirasa tidak cukup untuk bisa menjaring customer dan mengembalikan kondisi seperti semula. Karena bagaimanapun, produk UMKM tidak sama halnya seperti produk-produk dari brand raksasa yang bisa mudah dijangkau di toko kelontong dekat rumah.

Fenomena ini memaksa para pelaku bisnis UMKM untuk menggencarkan penjualan melalui media sosial. Seperti yang kita pahami, di saatnya bisnis lainnya collapse karena pandemi, internet dan media sosial tetap mampu menunjukkan eksistensinya. Bahkan, kita jadi lebih sering menggunakan media sosial dan platform digital. Tidak hanya untuk berinteraksi dengan orang lain, tapi juga untuk memenuhi kebutuhan harian.

Di antaranya maraknya strategi digital marketing yang gencar dilakukan, seperti lebih sering upload konten promo dan diskon, atau menggunakan ads atau iklan di Instagram dan facebook, jasa influencer juga semakin diminati.

Influencer dan Daya Tariknya

Sejauh ini, belum ada terjemahan baku terhadap ‘Influencer’ di KBBI. Namun, jika mengutip dari kumparan.com, Influencer adalah orang-orang yang punya followers atau audience yang cukup banyak di social media dan mereka punya pengaruh yang kuat terhadap followers mereka, seperti artis, selebgram, blogger, youtuber, dan lain sebagainya.

Ada banyak faktor mengapa seorang Influencer mempunyai basis followers atau pengikut yang besar, di antaranya seperti kepribadian yang dikagumi oleh penggemarnya, konten-konten yang menarik, Influencer tersebut khusus mendedikasikan akunnya untuk me-review suatu bidang usaha tertentu, dan lain sebagainya. Apapun alasannya, keberadaan basis penggemar yang begitu besar menandakan bahwa sang Influencer mempunyai daya tarik yang tidak bisa dihindarkan.

Menurut studi yang bertajuk Global Trust in Advertising, Nielsen mengumumkan bahwa teknik word-of-mouth marketing atau lebih dikenal dengan pemasaran dari mulut-ke-mulut, masih menjadi teknik marketing yang paling ampuh. Dalam studi tersebut, disebutkan bahwa 83% orang memilih untuk membeli barang yang direkomendasikan oleh orang-orang yang mereka percaya.

Di sinilah daya tarik seorang Influencer berada, Mereka seakan punya daya untuk meyakinkan orang-orang untuk percaya akan pilihannya, dan mengkonversi audience menjadi potential customer. Meski tidak bisa dijadikan alasan terkuat peningkatan sales, namun jasa influencer yang telah mempromosikan suatu produk di laman media sosialnya, tidak bisa dianggap remeh juga. Setidaknya, sebuah brand pun juga akan mendapatkan exposure dan brand awareness dari si Influencer yang bersangkutan.

Di masa pandemi seperti ini, asumsi bahwa Influencer menjadi salah satu tools paling ampuh untuk menggaet audience yang lebih besar semakin terbukti. Pasalnya, atensi orang-orang akan semakin banyak teralih ke media sosial. Dari poin tersebut, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa orang-orang akan lebih banyak melihat konten di media sosial, termasuk konten Influencer yang di-follow. Di sinilah brand akan mengambil kesempatan untuk menggunakan jasa Influencer untuk membantu mempromosikan produknya.

Empati Di Tengah Pandemi

Kami mengutip judul artikel Inhands minggu sebelumnya khusus untuk paragraf ini. Kami tahu, bahwa kesempatan Influencer untuk melebarkan sayap menjadi semakin besar, karena media sosial menjadi pusat atensi nomor satu untuk mengusir jenuh selama physical distancing. Namun, kami juga akan selalu mengingatkan kamu bahwa memanfaatkan keadaan di masa krisis bukanlah cara yang bijak untuk mendapatkan untung.

Ketika kami kemarin menulis artikel ‘Empati Di Tengah Pandemi’, kami belajar bahwa ada cara-cara yang bijak dalam menunjukkan empati kepada publik dari kaca mata pelaku bisnis/brand manager. Namun ternyata, teori bijak di media sosial ala Ogilvy ini juga bisa diterapkan oleh Influencer. Pada dasarnya, Influencer juga sama halnya dengan brand. Jika brand memiliki produk, Influencer juga memiliki jasa sebagai objek yang ditawarkan. Jika brand perlu waktu yang panjang untuk membangun sebuah brand image yang dipandang baik dan dipercaya publik, Influencer pun juga membangun personal brandingnya dari nol,

Influencer, assemble!

Ada banyak hal yang bisa kamu lakukan sebagai seorang Influencer. Apalagi di tengah keadaan sulit seperti ini. Semisal, kamu bisa membantu pelaku bisnis untuk mempromosikan produknya di laman media sosial kamu secara cuma-cuma, atau memberikan diskon rate card bagi brand kecil atau menengah yang ingin bekerjasama denganmu. Meski begitu, ada beberapa hal yang mesti kamu ingat sebelum menjalan ‘misi kemanusiaan’ ini. Coba cek, list di bawah ini:

  1. Be the hero.
Source: https://twitter.com/didietmaulana/status/1250218025036288000?s=08

Didiet Maulana, seorang desainer kemukaan di Indonesia mungkin bukan menjadi Influencer pertama yang menggagas ide ini. Namun, langkahnya ini jelas memberikan ide positif bagi Influencer lainnya untuk mengikuti jejak yang sama. Lewat tagar #MariMajuBersama di Twiter, Didiet Maulana mencoba membantu kawan-kawan pelaku bisnis UKM untuk tetap bisa melanjutkan bisnisnya.

2. Jangan asal terima endorse

source: Instagram @tasyafarasya

Kalau yang ini, biar Tasya Farasya saja yang menjelaskan. Masih ingat akan IG Story @tasyafarasya yang mengkritik selebgram untuk jangan asal menerima endorse? Yep, yang satu ini penting banget untuk selalu kamu ingat. Meskipun niat kamu baik dan hanya ingin membantu, namun salah-salah memilih endorse produk yang berbahaya atau tidak terpercaya, pada akhirnya hanya akan merugikan lebih banyak orang

3. Pertahankan rate card

Iya, paham, mungkin kamu juga punya banyak kebutuhan yang harus dipernuhi. Tapi kayaknya menaikkan rate card di tengah mewabahnya pandemi seperti ini, bukanlah langkah yang bijak. Meskipun lagi-lagi ini merupakan 100% hak kamu, namun coba pikir-pikir lagi yuk, jika kamu ingin tetap mengambil langkah ini.

4. Buat konten yang menarik, bukan asal template.

source: https://twitter.com/KemenPU/status/1254708116496592896

Semakin banyak waktu luang ketika lagi #dirumahaja, berarti semakin banyak konten yang diproduksi dan berseliweran di media sosial. Kalau sudah begini, jangan salahkan orang lain ketika mereka melewatkan kontenmu yang dianggap terlalu biasa dan membosankan. Meski kamu lagi banyak orderan untuk endorse produk/jasa, tapi jangan lupakan kualitas kontenmu ya. Lagi-lagi, konten merupakan nyawa seorang Influencer, karena dari konten yang menarik itulah, kamu jadi punya basis follower seperti sekarang.

Selain bisa mengikuti tren konten kekinian seperti ‘Pass the Brush Challenge’ atau ‘Roti Meses Challenge’, kamu juga bisa ciptakan challenge versimu sendiri.

--

--