Selalu uji designmu dengan prototyping

Dwinawan
Insight
Published in
4 min readOct 22, 2017

Andi menghabiskan beberapa hari untuk membuat sebuah design app, dimana app tersebut berfungsi untuk menyajikan berita terbaru sesuai dengan selera penggunanya setiap hari.

Andi sangat yakin dengan design nya, setelah design nya jadi… Andi langsung menyerahkan semua design nya ke divisi pemrograman.

Setelah beberapa minggu pengerjaan akhirnya app nya telah selesai dan siap untuk dirilis. Setelah aplikasi itu mulai di download dan digunakan oleh beberapa orang… banyak komentar keluhan dari para pengguna.

Ada yang bilang “Tombol search nya gak ada ya?”, padahal Andi sudah membuat nya di pojok kanan atas, tapi entah kenapa mereka tidak menyadarinya.

Ada yang bilang “ini cara baca artikelnya gimana?, udah diklik judul artikelnya tapi enggak mau kebuka” , Andi tidak menyangka bahwa pengguna akan memencet judul artikel untuk membuka artikel, sedangkan Andi membuat interaksi untuk membuka artikel harus memencet gambar / thumbnail nya.

Karena banyaknya keluhan tersebut, Maka Andi harus merubah design aplikasi tersebut. Dan mau tidak mau divisi pemrograman harus bekerja lagi untuk mengerjakan design terbaru dari Andi

Andi bisa saja mengetahui keluhan keluhan tersebut diawal jika Andi membuat prototype dari design app nya dan kemudian diujikan kepada orang orang.

Mengenal Prototyping

Kita semua membuat design dengan menggunakan asumsi/perkiraan. Kita membuat sebuah design tombol dan berasumsi para pengguna bisa mengetahui itu adalah tombol. Tapi apakah asumsi kita benar?

Cara paling mudah untuk mengetahuinya adalah dengan membuat sebuah prototype dari design yang kita buat dan kemudian melihat bagaimana orang orang memakainya.

Jenis Jenis Prototyping

Kita bisa membuat protoype dengan menggambar di kertas. Kita bisa mulai menggambar dari halaman ketika pertama kali user masuk app , lalu halaman setelah user memencet tombol, lalu dilanjutkan halaman halaman lain. Prototype jenis ini disebut Paper Prototyping.

Untuk pengujiannya, Anda bisa menunjukkan user halaman awal, lalu minta dia untuk melakukan sesuatu. Ketika dia memencet suatu tombol maka ganti kertas dengan halaman yang sesuai dengan yang ia pencet.

Keunggulan metode ini adalah kita bisa dengan cepat mengujikan design atau konsep design yang sedang kita pikirkan kepada user.

Kita bisa juga membuat prototype dari hasil design yang sudah kita buat. Lalu menghubungkan antar halaman design tersebut menggunakan Marvel, Invision atau tools lainnya. Prototype ini disebut Digital Prototyping.

Silahkan coba untuk mengklik klik Prototype diatas.

Untuk pengujian Digital Prototype ini mirip dengan Paper protoype. Hanya saja karena ini sudah berbentuk digital Anda bisa menaruh prototype ini di hp Anda dan bisa mengujikannya dengan memberikan hp Anda yang sudah terdapat prototype ini ke user.

Keunggulan metode ini dibanding Paper Prototyping adalah kita tidak perlu mengganti ganti kertas dan juga tampilan prototype telah terlihat secara detail.

Kita bisa juga menggunakan HTML, CSS, JS untuk membuat prototype produk yang berbasis website atau mobile web. Atau menggunakan XML atau XCode untuk membuat prototype produk yang berbasis aplikasi mobile. Cara ini disebut dengan Native Prototyping.

Untuk pengujian nya mirip dengan Digital Prototyping.

Keunggulan dari metode ini dibanding dengan dua jenis lainnya adalah lebih interaktif dan user bisa melihat transisi di tiap halamannya serasa mencoba produk sesungguhnya.

Lebih baik pakai cara yang mana?

Semuanya tergantung dari :

  • Berapa lama Waktu yang Anda punya untuk mendesain?
  • Sedetail apa Anda ingin mencari tahu reaksi user dalam menggunakan design Anda?
  • Jika Anda ingin membuat Native Prototyping, Apakah Anda memiliki team yang siap untuk membantu Anda menyiapkan prototype tersebut?

Apapun metode yang Anda gunakan, Inti dari mengujikan prototyping adalah melihat bagaimana user menggunakan design yang kita buat. Sehingga kita mengetahui bagian mana saja dari design Anda yang bisa ditingkatkan.

Bagaimanapun design Anda pasti akan diuji. Entah itu saat proses pembuatan design ataupun setelah aplikasi atau website yang Anda rancang telah dirilis. Dan dari kedua kondisi tersebut efek yang ditimbulkan pun tentunya akan berbeda.

Ripping up code is very expensive. Ripping up a prototype is not, especially if it’s just a piece of paper — Kara Pernice

Artikel ini adalah terjemahan dari beberapa sumber dengan beberapa tambahan.

Sumber:
1. https://www.nngroup.com/articles/ux-prototype-hi-lo-fidelity/
2. https://www.youtube.com/watch?v=JMjozqJS44M&t=14s

Untuk mengetahui cara mengujikan prototype: https://medium.com/insightdesign/mari-mencoba-melakukan-usability-testing-bagian-1-persiapan-3cb5616b0612

Semoga bermanfaat :)

--

--

Dwinawan
Insight

Co-Founder Paperpillar • UI Designer • Love to create design exploration on dribbble.com/dwinawan • Have a question? find me on twitter.com/dwinawan_