Photo by STIL on Unsplash

Snob Effect Bagi Si Pemuja Gengsi

Syafira Putri Ekayani
Jadi Bagaimana?
Published in
5 min readJun 22, 2020

--

Seberapa konsumtif kamu?

Kamu lebih peduli sama merek baju yang kamu pakai atau fungsinya?

Apakah kamu biasanya menjaga jarak dengan orang-orang yang kamu rasa nggak se-level dengan kamu?

Kamu lebih mementingkan penampilan luar yang kelihatannya sukses atau perasaan puas dari dalam diri?

Jadi, pertanyaan di atas berkaitan dengan yang akan kita bahas kali ini, yaitu snob effect. Sebenarnya di Psikologi tidak ada pembahasan khusus tentang snob effect dan justru kata tersebut lebih sering digunakan dalam bidang mikro ekonomi, namun sepertinya orang-orang sudah umum menampilkan perilaku ini. So, mari kita bahas dari sisi perilakunya ya…

Snob effect ini berkebalikan dari bandwagon effect. Jika bandwagon effect menyebabkan orang beramai-ramai melakukan atau memiliki sesuatu yang banyak dilakukan orang lain, justru snob effect ini adalah kebalikannya. Snob effect membuat kamu membeli barang yang nggak dibeli sama orang lain agar lebih kelihatan mencolok. Biasanya, orang-orang yang terkena snob effect ini disebabkan ia ingin terlihat lebih mencolok dari orang lainnya. Kemunculan snob effect ditunjukkan oleh kondisi di mana konsumen akan tertarik untuk membeli produk eksklusif dan mahal, seperti berburu produk-produk high class untuk mendongkrak gengsi .Contoh lain dari snob effect ini adalah seperti memakai benda-benda bermerek, memilih kelas eksekutif untuk berpergian, dan sebagainya. Orang yang mengalami snob effect cenderung membeli barang yang berbeda dari orang lainnya dan terlihat mewah, meskipun dengan harga yang sangat tinggi.

Menurut Leon Seltzer, Psikolog Klinis di California, snob effect ini bisa berbahaya karena membuat seseorang cenderung merendahkan orang lain, bahkan secara ekstrim bisa mengalami gejala gangguan kepribadian narsistik . Narsistik yaitu kondisi seseorang ditandai dengan kebutuhan akan dikagumi yang tinggi, merasa lebih dari yang lain, dan merasa besar. Perbedaannya adalah orang yang mengalami snob effect masih mampu melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain, namun pada orang yang memiliki gangguan narsistik tidak mampu untuk memahami dunia orang lain.

Berdasarkan pernyataan Matsibekker, melalui pembahasannya mengenai psikologi konsumen, suatu produk akan terjual pada orang dengan karakteristik snob ketika produk tersebut secara khusus dibuat untuk menekan karakteristik snob mereka. Individu yang memiliki karakter snob cenderung membeli barang ketika ia merasa perlu membuktikan status sosialnya melalui produk yang dia beli tersebut. Berdasarkan teori, orang sebenarnya membeli sesuatu karena merasa butuh. Kebutuhan untuk menunjukkan identitas dan status bagi para snob membuatnya membeli suatu barang bahkan dengan harga tinggi, hal tersebut merupakan respon psikologis yang diberikan oleh orang yang mengalami snob effect. Snob effect membuat seseorang menukarkan barang yang ia beli dengan pembuktian status sosial yang akan ia dapat. Harga menjadi bukti dari kualitas produk yang ia beli, semakin mahal harganya maka semakin meningkat gengsinya, mereka tidak mau membeli barang dengan merek yang populer dan banyak beredar di masyarakat.

Snob effect VS Bandwagon effect

Snob effect dan bandwagon effect sama-sama dipengaruhi oleh nilai-nilai sosial, namun keduanya saling berseberangan. Snob effect berasal dari persepsi keunikan dari individu, sementara bandwagon effect berasal dari persepsi nilai sosial yang memunculkan harmoni atau kesamaan dari individu satu dengan individu lainnya.

Snob effect memerlukan dua pengaruh yaitu sosial dan pribadi. Pada snob effect, seseorang cenderung membeli barang dengan harga yang tinggi dengan motivasi untuk membedakan diri dengan orang lainnya dan menjadi satu-satunya orang yang memiliki barang tersebut. Sedangkan pada bandwagon effect, seseorang membeli harga yang cenderung lebih murah dan dimiliki hampir semua orang (populer).

Kok bisa terjadi snob effect?

1. Ketika produk mewah baru di-launching, seseorang membeli produk tersebut dengan pikiran bahwa akan mencegah orang lain membeli produk yang serupa ketika harganya tinggi.

2. Ketika seseorang yang lebih mementingkan status sosial melihat suatu produk tidak spesial, produk tersebut akan dikonsumsi oleh banyak orang. Sementara untuk memenuhi kebutuhan snob, dibutuhkan barang yang membuatnya berbeda dari lainnya, sehingga muncullah barang-barang mewah.

3. Ada beberapa orang yang merasa lebih baik dari pada orang lain. Bagi para orang yang mengalami snob, mereka memiliki harga diri yang lebih tinggi, bukan karena merasa insecure dan mereka tidak perlu memandang rendah orang lain.

4. Orang yang mengalami snob memiliki kebutuhan untuk berada pada kelompok yang lebih baik. Mereka mengalami high social dominance , yakni meyakini bahwa kelompok mereka lebih superior dan memiliki kekuatan lebih di masyarakatnya.

5. Genetik. Anak yang terlahir dari orangtua yang memiliki pengembangan pada rasa dan ketertarikan estetika tertentu cenderung mengikuti orangtuanya. Genetik juga mempengaruhi kecerdasan seseorang. Di tambah lagi, pola pengasuhan dan modelling dari orangtua akan mempengaruhi hal tersebut.

6. Kelas sosial atau lingkungan sosial. Seseorang yang terlahir dari keluarga yang memiliki nilai lebih di dalam masyarakatnya, seperti pendidikan, kekayaan, atau status akan cenderung mengembangkan hak istimewa karena telah terbiasa mendapat perlakuan khusus. Sehingga, mereka cenderung lebih pemilih.

Membebaskan diri dari snob effect

  1. Jangan terpengaruh.

Berusahalah memahami bahwa memang selalu ada yang lebih baik di antara dua orang, dan tidak menjadi lebih baik itu bukan suatu masalah. Ketika ada orang yang bersikap superior terhadapmu, tidak perlu direspon. Coba untuk tidak perlu iri dengan tas mahal, mobil, smartphone, dan sebagainya yang dimiliki orang lain. Kamu tidak perlu mempedulikan status simbol kamu berdasarkan barang-barang tersebut.

2. Pelajari dari mana perasaan snob itu berasal

Mungkin ada teman kamu yang suka pamer dengan kehidupan mewahnya, sehingga membuatmu merasa tidak memiliki apa-apa. Atau kamu merasa sering diremehkan orang di sekitarmu? Orang yang merasa kehidupannya cukup tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain. Apa yang dipamerkan oleh orang lain belum tentu menunjukkan ada yang kurang dari kita kok.

3. Hindari impuls yang membuatmu ter-trigger melakukan snob

Kamu mungkin pernah merasa ingin memiliki barang branded yang dimiliki temanmu, atau kamu ingin mendapat privilege seperti yang didapatkan temanmu. Padahal, kamu tidak perlu memiliki apa yang teman-temanmu miliki. Selalu berusaha untuk mengimbangi kehidupan orang lain justru akan membuat kamu lelah secara emosi dan juga finansial.

4. Banggalah dengan apa yang kamu miliki

Tiap manusia memiliki keunikannya sendiri. Kalau kamu merasa memiliki suatu kelebihan, maka kamu tidak perlu merasa iri dan mudah tertrigger oleh orang di sekitarmu. Biasanya orang cenderung merasa iri karena merasa kedudukan sosialnya terancam. Nah, kamu perlu memastikan agar kamu tidak cepat mengambil kesimpulan bahwa kamu sedang berada di situasi yang mengancam kedudukan sosialmu.

5. Pisahkan apa yang terjadi di masa lalu dengan masa kini

Seseorang biasanya memproyeksikan insekuritasnya di masa lalu ke kondisi sekarang. Ketika kamu merasa diremehkan oleh lingkungan kerjamu, hal itu mungkin membawa perasaan inferior pada saat kamu di masa kanak-kanak. Akhirnya, perasaan dari pengalaman inferior tersebut terbawa ke masa kini. Padahal, perasaan inferior tersebut mendorong seseorang secara otomatis untuk merasa iri. Jika kamu bisa memisahkan atau bahkan menghilangkan perasaan inferior itu, secara otomatis kamu tidak merasa iri. Bahkan, akhirnya kamu bisa fokus melakukan hal-hal lain yang membuatmu lebih bahagia.

6. Orang mengikuti snob effect biasanya juga karena merasa ingin mendapat perhatian lebih. Padahal, perhatian tidak selalu kamu dapat dari barang-barang yang kamu beli atau privilege yang kamu terima. Kamu bisa loh mendapat perhatian orang lain melalui percakapan yang menarik atau menjadi pribadi yang menyenangkan.

--

--

Syafira Putri Ekayani
Jadi Bagaimana?

Clinical Psychologist Candidate | Mental Health Enthusiast | Seseorang yang bahagia melihatmu tersenyum