Masalah Literasi di Indonesia; Bukan hanya Perkara Rendahnya Minat Baca!

Menelisik lebih jauh permasalahan literasi di Indonesia.

Devito Putra
Komunitas Blogger M
3 min readJul 15, 2024

--

Komunitas Literasi Remaja (Dok. Pribadi)

Jika dikatakan secara definitif, literasi adalah suatu kemampuan. Kemampuan untuk membaca, menulis, menghitung, dan memecahkan masalah. Literasi merupakan dasar kemampuan semua orang untuk berfikir, juga menelaah informasi yang didapatkan. Lantas kenapa Indonesia masih tergolong sebagai negara dengan tingkat literasi yang sangat rendah? Apakah karena minat baca masyarakat kurang? Apakah karena kurikulum yang tidak relevan?

Saya ingin mendasari argumentasi saya berikutnya melalui literasi membaca. Saya rasa, tidak ada gunanya literasi digital, literasi budaya, dan lain sebagainya, jika seseorang tidak didasari oleh literasi membaca. Menurut saya, membaca adalah pondasi dari literasi. Dengan membaca, manusia dipaksa untuk berfikir dan menelaah informasi. Maka dari itu, membaca adalah faktor utama yang harus terlebih dahulu digalakkan dan dibiasakan agar tercipta bangsa yang berkemampuan tinggi literasi.

Lantas apakah masalah literasi di Indonesia hanya karena rendahnya minat baca masyarakat?

Saya rasa, tidak. Saya membangun komunitas saat masih berusia 15 tahun. Komunitas saya bergerak di bidang literasi. Saya bersama sekumpulan teman saya berusaha menyebarluaskan akses buku. Dari situ pikiran saya terbuka, masalah literasi di Indonesia bukan hanya perkara rendahnya minat baca. Tetapi juga karena akses buku yang tidak merata.

Perpustakaan Nasional (perpusnas) mendukung opini saya. Indonesia darurat buku, rasio penyebaran buku di Indonesia mencapai 1:90. Artinya, 1 buku ditunggu oleh 90 orang. Jadi, bagaimana minat baca ingin ditingkatkan jika akses terhadap bukunya tidak ada? Buku digital menjadi solusi yang ditawarkan Perpusnas. Tetapi, bagaimana dengan daerah yang sampai sejauh ini belum mendapatkan akses internet? Masalahnya hanya terus berputar-putar disitu saja, sampai akhirnya tidak ada penyelesaian konkret yang dilakukan pemerintah.

Hampir 3 tahun saya mendirikan komunitas yang berbasis literasi. Saya rasa, kegiatan membaca harus dibiasakan sedari dini. Jangan cekoki anak dengan gawai, berikan buku bacaan edukatif dengan visual yang menyenangkan. Itu yang selalu saya terapkan, toh, anak suka membaca buku asalkan bukunya memang mereka suka. Dari kebiasaan membaca buku yang disuka, niscaya anak jadi suka membaca. Begitu juga dengan kita.

Saya selalu menanamkan prinsip kepada anak-anak bahwa buku dan perpustakaan bukan suatu hal yang menyeramkan. Saya berusaha memberikan suasana perpustakaan yang menyenangkan, sehingga kegiatan membaca jadi tidak sukar dilakukan. Dari situ kombinasi ampuh menanamkan bekal minat baca tercipta. Ada akses buku yang anak suka, suasana yang mendukung, dan tempat yang menyenangkan.

Saya ingin memberikan usulan kepada Perpusnas. Buat saja armada perpustakaan keliling di setiap desa yang ada di Indonesia. Rutinkan kegiatan membaca setiap hari, rekrut orang-orang kompeten yang akan mendampingi anak-anak dalam kegiatan tersebut. Setiap hari, pindah dari satu kampung ke kampung lain sampai balik lagi ke kampung awal. Lakukan selama 1 tahun saja, niscaya anak terbiasa melakukan kegiatan membaca, menyukai buku bacaan, hingga tercipta hasil yang memuaskan; minat baca meningkat pesat!

Ah, mustahil ya? Anggarannya dari mana?

Saya sangat terbuka dengan kritik, saran, dan masukan untuk tulisan saya kedepannya. Mohon disampaikan!

Ingin kenal lebih jauh? Silahkan ikuti Instagram @devitopps

--

--

Devito Putra
Komunitas Blogger M

Penulis amatir yang sedang belajar menyampaikan gagasan lewat tulisan. Terbuka atas segala kritik, saran, dan masukan. Kenali saya di Instagram @devitopps.