Overthinking itu Tidak Ada

Firdausa Febi Alfaris
Komunitas Blogger M
3 min readJun 19, 2021

Sejak isu kesehatan mental melejit di kalangan anak muda sebenarnya sudah banyak juga berbagai hal aneh yang terjadi.

Masih terkait dengan tulisan saya sebelumnya, suatu keadaan dimana kita mulai berpikir atas sesuatu yang di luar kendali kita, biasa kita sebut dengan overthinking, menjadi marak juga. Sebagaimana isu kesehatan mental yang terus menyebar.

Photo by Muhmed El-Bank on Unsplash

Apakah peningkatan pemahaman kita terkait kesehatan mental itu buruk?

Tentu saja tidak, peningkatan awareness tidak pernah menjadi hal buruk. Setidaknya bagi saya. Segala hal akan lebih baik jika kita paham dengan isunya. Oleh karena itu saya sangat mendukung transparansi dalam informasi apapun.

Lalu, jika hal tersebut tidak buruk, kenapa harus saya angkat menjadi sebuah keresahan? –ya, semua tulisan saya selalu berdasarkan pada keresahan. Tentu karena ada faktor lain yang membuatnya memiliki ujung yang tidak membuat kita lega atas bertambahnya wawasan kita tadi.

Saya coba sedikit melakukan generalisasi, mungkin informasi dan wawasan kita sudah berkembang namun tidak dengan karakter kita. Tentu tidak semua dari kita seperti itu. Tapi saya berani mengatakan jika sebagian besar seperti itu.

Penyebabnya bisa bermacam-macam. Salah satunya adalah, ketika kita mendapatkan ilmu baru, kita tidak mempraktikkannya langsung, tapi kita malah membahasnya ngalor-ngidul­ dan menjadi teori liar. Adapun yang langsung praktik, namun info yang didapatkan hanya sepotong sehingga terjadi miskonsepsi. Mungkin saja ada penyebab lain, seperti rasa malas dan kekolotan kita.

Oke, kita kembali ke bahasan utama. Jika memang overthinking itu tidak ada, lalu kenapa banyak orang yang merasa berpikir keras hingga susah tidur dan tidak bisa fokus dalam bekerja? Menurut saya, hal tersebut bukanlah overthinking, itu hanya kegelisahan kita atas sesuatu yang di luar kendali kita.

Photo by Tingey Injury Law Firm on Unsplash

Biasanya hal tersebut terjadi ketika kita memikirkan sesuatu yang belum tuntas dan sedang stuck dalam posisi itu. Entah karena memang diluar kendali atau malas mencoba, namun intinya ada sesuatu yang tidak dapat segera diselesaikan.

Nah, hubungannya dengan awareness kita mengenai kesehatan mental apa?

Saya rasa perasaan tersebut bukan hal baru, bukan hal yang baru muncul setelah isu kesehatan mental menjadi ramai. Bahkan, bagaimana jika namanya kita ubah namanya, daripada overthinking bukankah lebih pas jika kita sebut overfeeling?

Lalu, kenapa pada paragraf di atas saya sebut sebagai ‘perasaan’? Karena sebenarnya kita tidak benar-benar berpikir. Coba ingat, istilah organik dari kata tersebut bukankah ‘gelisah’?

Kita semua sudah biasa gelisah sejak dahulu. Setiap ada sesuatu yang tidak tuntas dan tidak bisa segera kita selesaikan, kita biasa merasa gelisah. Selain itu, saya tidak begitu senang dengan istilah overthinking yang biasa kita gunakan saat ini.

Berpikir adalah sebuah aktivitas mulia. Aktivitas yang membedakan kita dengan binatang. Dari proses berpikir, kita bisa memajukan peradaban, merawat alam, dan mengetahui yang baik dan buruk.

Hadirnya istilah overthinking saat ini seolah menunjukkan bahwa ‘terlalu menjadi manusia itu tidak baik’. Padahal banyak kebijakan konyol yang terjadi di dunia saat ini, atau negara kita ini karena kurangnya proses berpikir. Kurang dihargainya para pemikir, mengabaikan ilmuan, para ahli, para profesor. Kebanyakan hanya berdasarkan rating.

Padahal dengan berpikir keras, manusia bisa membedakan yang baik dan buruk. Boleh jadi yang buruk itu lebih disukai. Tapi apakah kita mau di dunia yang hancur karena salah pilih?

Tentu perasaan tetap harus dilibatkan, tapi ingat juga bahwa perasaan suka dan tidak suka itu sangat bergantung pada kondisi. Sifatnya tidak stabil. Proses berpikir tidak boleh diabaikan. Mendapatkan hal yang disuka memang menyenangkan, membuat hidup lebih ‘hidup’. Tentu saja itu sangat penting.

Namun, benang merah dan gol yang ada di depan, membutuhkan proses berpikir untuk mencapainya. Jadi mari kita biasakan banyak berpikir. Think as much as you can, tidak ada istilah overthinking. Menurut saya, berpikir adalah sebuah bentuk syukur atas nikmat yang telah Allah berikan untuk kita, manusia. Mari kita nikmati.

--

--