Personal Branding Bukanlah Hal Mainstream

Firdausa Febi Alfaris
Komunitas Blogger M
4 min readMar 20, 2021

--

Manusia di dunia menurut United Nations — Department of Economic and Social Affairs sudah berjumlah 7.874.966.000 per tahun 2021 ini. Artinya ada hampir 8 milyar manusia yang hidup saat ini. Dengan begitu, tentu saja akan menjadi hal wajar jika kita ingin menjadi benar-benar berbeda dari yang lain. Karena peluangnya akan lebih kecil dari 0,000001%.

personal branding
Photo by Nick Fewings on Unsplash

Tidak akan mungkin kita akan menemukan manusia yang benar-benar berbeda dengan diri kita selama kita hidup di dunia. Sedangkan banyak dari kita yang ingin benar-benar spesial. Ingin menjadi lakon/pemeran utama di dunia ini. Bahkan untuk benar-benar berbeda dari seluruh manusia di Indonesia saja masih juga hampir tidak mungkin.

Apalagi, sebenarnya kita juga memiliki keinginan yang saling kontraproduktif. Pada saat kita ingin menjadi benar-benar berbeda dari yang lain, pada saat yang sama kita juga merasa nyaman saat ada orang lain yang memiliki kesamaan dengan kita. Apakah kita pernah menyadari itu?

Sebenarnya seperti artikel saya sebelumnya, kita tidak benar-benar ingin berbeda. Kita hanya ingin menjadi yang terbaik dari lingkungan yang isinya orang-orang serupa dengan kita. Artinya yang terbaik di sini adalah, melakukan semaksimal yang kita mampu dan terus meningkatkan kapasitasnya. Kita hanya ingin menang.

Lalu bagaimana dengan kutipan di buku yang berjudul “Purple Cow” — Seth Godin yang belakangan dipopulerkan oleh komika Pandji Pragiwaksono? Isinya kurang lebih “sedikit lebih beda lebih baik dari sedikit lebih baik”. Bukankah kita harus menjadi yang berbeda? Mungkin itu yang ada di pikiran kita.

Namun, tentu saja itu tidak serta merta harus begitu dan harus seberbeda yang kita bayangkan. Karena tidak mungkin kita bisa berbeda dari semua orang di saat kita juga nyaman memiliki kesamaan dengan orang lain. Rumit bukan? Ya kita memang rumit dan hanya mampu menyerap ilmu sangat sedikit dari banyaknya ilmu yang kita pelajari.

Marilah kita simpulkan bahwa sedikit lebih beda ini artinya benar-benar sesedikit itu. Tidak perlu berusaha terlalu keras untuk menunjukkan bahwa kita benar-benar berbeda dari yang lain. Karena pada dasarnya kita memang tidak akan benar-benar sama dengan orang lain juga. Sedari lahir kita sudah tercipta untuk menjadi beda.

Lalu, apakah dengan menjalani hidup yang mengalir saja tanpa kita arahkan sudah cukup? Tentu cukup. Tapi kita juga tidak ingin hidup dengan cukup saja kan? Jika memang begitu, lalu untuk apa ada konsep personal branding? Untuk apa perasaan ingin menang?

Tentu saja kita tetap perlu untuk mengarahkan aliran hidup kita untuk menjadi sosok yang selalu mendekati tokoh yang kita idam-idamkan untuk kita perankan. Kita selalu berusaha meng-improve diri untuk menyempurnakan diri kita. Untuk memuaskan hati kita dengan menjadi seseorang yang kita cita-citakan.

Meskipun harus disadari juga bahwa tidak akan semulus itu dan tidak ada jaminan 100% akan terwujud. Hidup hanya tentang mengambil kesempatan dan menghadapi risiko. Di mana kita tahu bahwa risiko dari memiliki cita-cita adalah lelah atau peluang gagal menggapainya. Jadi, kita juga harus menjalani peran yang kita inginkan dan menghadapi risikonya.

Saat ini, di dunia yang serba cepat ini, ilmu sangat mudah kita dapatkan. Kelas-kelas online banyak sekali yang bisa kita ikuti. Bahkan banyak seminar-seminar tentang personal branding atau kelas pelatihan skill apapun dengan embel-embel personal branding.

Kita ambil saja satu contoh kelas, misalnya saja Search Engine Optimization atau SEO writing. Kita belajar SEO untuk membranding diri kita. Hal ini saya rasa tidak begitu tepat.

SEO kita gunakan untuk kompetisi. Kita berlomba-lomba untuk menempatkan tulisan kita di halaman pertama yang Google tampilkan saat kita mencari sebuah kata kunci yang kita inginkan.

Ya benar bahwa itu adalah cara untuk memperkuat brand, tapi kurang tepat jika kita ingin melakukan personal branding. Karena kembali lagi, kita tidak menjadi berbeda, yang kita lakukan hanya menjadi yang terbaik.

Sayangnya, kita menjadi yang terbaik di satu sistem yang diciptakan oleh Google itu sendiri. kita berjalan di atas aturan baku yang ditentukan oleh Google. Tidak ada kebebasan berekspresi di sana.

Kenapa saya bilang seperti itu, karena saya pribadi merasa tidak nyaman dengan mengikuti gaya penulisan yang mengikuti SEO, begitu juga salah seorang teman saya yang merupakan penulis.

Yang saya coba utarakan adalah, dengan keinginan kita untuk membranding diri kita, seharusnya kita mengikuti arah yang ditentukan oleh diri kita sendiri dan memaksimalkan potensinya. Tentu saja di atas kehendak kita. Bukannya mengikuti arus utama atau mainstream.

personal branding
Photo by Sead Dedić on Unsplash

Setiap dari kita unik dan memiliki kespesialan masing-masing dan akan luar biasa jika dapat dioptimalkan. Manfaatnya akan terasa nantinya. Namun, dengan mengikuti mainstream, kita hanya akan memperbanyak saingan dan kesulitan menjadi benar-benar berbeda.

Oleh karena itu, make your own rule!

Buat landasan yang sesuai dengan dirimu dan maksimalkan. Meskipun akan sama dengan orang lain, lama-kelamaan akan berbeda juga jika sudah “jadi”.

--

--