Pesantren Startup: Cara Dapatkan Ide Kreatif

Dea Chandra Marella
Labtek Indie
Published in
4 min readJun 4, 2018

Akhir-akhir ini istilah startup begitu ramai dibicarakan, namun apakah sebenarnya startup itu? Startup adalah sebuah bisnis yang mengutamakan kecepatan dan ketepatan serta dirancang untuk menciptakan produk dan jasa di tengah ketidakpastian yang ekstrim (Ries, 2011). Selain itu, startup juga kerapkali menemukan model bisnis yang tepat secara berulang dan berkala (Carter, 2011). Istilah startup sendiri merupakan kata serapan dari Bahasa Inggris yang menunjukkan sebuah bisnis yang baru dirintis. Maka, startup bisa bermakna sebuah perusahaan rintisan, merujuk pada semua perusahaan yang terhitung baru.

Membangun dan menjalankan sebuah startup memang diperlukan ide-ide kreatif, sayangnya ide-ide kreatif seringkali tidak mudah untuk didapatkan. Ketika Anda tetap memaksakan diri untuk mendapatkan sebuah ide untuk startup, bisa jadi justru keterpaksaan tersebut malah akan menghasilkan ide yang kurang tepat.

Menurut Paul Graham, selaku Founder Y Combinator, potensi sebuah startup seharusnya tidak terlalu dipikirkan sejak awal. Ide-ide kreatif dapat Anda uji coba secara langsung selama menjalankan startup. “Yahoo, Google, Facebook dan Apple, semuanya tidak didesain untuk menjadi perusahaan, awalnya mereka hanya merupakan proyek sampingan” ungkap Paul yang dikutip dari techinasia.com.

Keresahan mengenai ide-ide kreatif dalam startup pun dibahas di dalam acara Pesantren Startup yang digawangi oleh Bandung Initiative Movement (BIM) dengan tema Membangun Bisnis Zaman Now pada Hari Sabtu, 2 Juni 2018 dari pukul 8 pagi di Bandung Creative Hub.

Foto Bersama Panitia dan Peserta Pesantren Startup 2018 (Sumber: Panitia Pesantren Startup 2018)

Pesantren Startup adalah workshop mengenai startup yang dilaksanakan di Bulan Ramadhan dengan narasumber berpengalaman di bidang bisnis dan startup. Kegiatan ini mengundang orang-orang dari berbagai latar belakang sebagai peserta umum yang ingin mendapat pengetahuan mengenai startup. Hadir narasumber-narasumber yang mengisi kelas atau disebut stage dengan tema yang berbeda. Pada kesempatan tersebut, Seterhen Akbar dari Labtek Indie diberi kesempatan untuk mengisi Stage 3: Product Development dengan tema “Gimana sih ngide kreatif di startup?”

Tiga Cara Ngide Kreatif di StartUp

Saska menyampaikan tiga tips untuk memiliki ide kreatif di start up (Sumber: Panitia Pesantren Startup 2018)

1. Identifikasi Masalah

Design thinking adalah framework dasar dalam menerapkan tips ini. Startup perlu mengenali masalah-masalah apa yang terjadi dan sedang dihadapi sehingga dapat menentukan (men-define) satu masalah utama yang ingin didapatkan solusinya dari suatu produk. Cara menentukan masalah yang tepat adalah dengan memilih masalah yang inspiring dan actionables.

Guna meyakinkan jika masalah yang akan diangkat tersebut memang benar-benar inspiring dan actionables, Anda dapat mengembangkannya dengan cara menyusun design challenge, yaitu mengubah permasalahan menjadi kalimat tanya dan dampak apa yang ingin diraih? Dengan rumus kalimat sebagai berikut:

Bagaimana kita bisa (kata kerja) (apa) + untuk (siapa) + sehingga (perubahan yang diharapkan)?

2. Non Linear Thinking

Proses menemukan solusi seringkali menghadapkan kita dengan hal-hal yang messy dan tidak beraturan. Tapi jangan khawatir, proses mencari dan menemukan solusi memang berasal dari hal-hal yang kerap berantakan atau bahkan tidak tersusun sesuai proses umum. Namun dari ketidakberaturan tersebut Anda dapat menemukan dan mempelajari sebuah pola dan menemukan masalah yang perlu didapatkan solusinya.

Dalam proses ideasi atau fase di mana ide-ide kreatif dihasilkan untuk menyelesaikan masalah memang diperlukan beberapa kali proses diverging dan converging. Diverging adalah fase mengeluarkan sebanyak mungkin ide untuk mengejar kuantitas dan converging adalah fase mengelompokkan ide-ide yang dihasilkan untuk mencari pola/tema dan menentukan prioritas. Perlu diingat, selama proses diverging, para peserta dipersilakan untuk mengeluarkan ide-ide tanpa dibatasi, dikomentari ataupun dikritisi, sebanyak-banyaknya. Anda bisa merujuk pada model Double Diamond untuk melakukan proses ini.

Double Diamond (Sumber: https://medium.com/good-design/visualizing-the-4-essentials-of-design-thinking-17fe5c191c22)

3. Utilize other people’s brain

Dengan melakukan ideasi, tentunya akan memunculkan banyak ide dan pandangan berbeda dari banyak orang. Oleh sebab itu, sangat penting untuk melakukan ideasi secara bersama dengan peserta yang setidaknya berjumlah lebih dari tiga orang.

Seperti yang telah dibahas di atas, Anda bisa mencari masalah dengan cara berpikir yang tidak linear. Artinya, Anda dan teman-teman bisa juga dapat memulainya dengan proses ideasi ini. Proses pengumpulan ide atau dikenal dengan fase ideasi ini sangat berguna untuk menemukan ide dan pendapat baru yang inspiring.

Tips tambahan

Jangan biarkan ide-ide kreatif Anda hanya sekadar ide-ide belaka, wujudkanlah dalam sebuah prototype! Tampilkan apa yang ada di kepala Anda menjadi sesuatu yang dapat dilihat secara nyata sehingga mendapatkan gambaran yang tepat. Remember, don’t come to the meeting without prototype. Saska juga menerapkan hal ini agar setiap orang di dalam Labtek Indie membuat idenya menjadi prototype, meski semuanya memerlukan proses dan waktu yang tidak sebentar serta waktu yang terus-menerus dan berkesinambungan.

Sebagai perusahaan riset, desain dan pengembangan produk teknologi, Labtek Indie hadir untuk para enterprise yang sedang menghadapi digital disruption dan mengalami proses tranformasi digital. Dalam prosesnya, Labtek Indie menggunakan design thinking yaitu pendekatan human centered design yang digunakan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi agar solusi yang dihasilkan tepat guna. Kami sangat membuka diri untuk berdiskusi dengan Anda yang sedang menghadapi masalah terkait pengembangan produk teknologi.

Klik disini untuk berdiskusi dengan kami.

--

--