Kisah 45 Truk PTPN X Membawa Tebu-Gula Dikawal Logee dan Menjadi Pilot Project untuk 9 Pabrik Gula

Leap
Leap Telkom
Published in
5 min readJul 22, 2022
Kolaborasi Logee dan PTPN X

Lagi-lagi kita menelan kenyataan pahit ketika membaca laman pemberitaan sebulan ke belakang mengenai impor gula yang mengalami kenaikan tertinggi selama Mei 2022. Bahkan Badan Pusat Statistik mencatat nilai impor gula dan kembang gula dengan kode HS 17 naik 106,8 juta dolar AS atau sekitar 38,2 persen dari bulan sebelumnya. Sementara kita tahu rata-rata produksi gula tebu nasional berada pada kisaran 2,1 hingga 2,3 juta ton. Angka ini bahkan belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi sebesar 3 sampai 3,2 juta ton per tahunnya.

Terang saja ini menjadi perhatian dan konsentrasi baik bagi pemerintah juga pihak-pihak yang bersentuhan langsung, tak terkecuali PTPN X.

Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan produksi panen tebu dan pengolahan pasca panen tebu menjadi gula di Pabrik Gula (PG), termasuk mengidentifikasi peluang ‘kehilangan’ (loses).

“Jangan-jangan loses-nya di angkutan nih, maka semua titik-titik yang berpotensi lose coba diminimalisir. Supaya potensi-potensi kebocoran tidak ada. Utamanya kita ingin loses itu zero!,” ungkap Febri Ari Marpaung, Kabag Tanaman — PTPN X.

Maka ketika Digital Business & Technology Leap Telkom mengadakan acara Roadshow Dir Digital Business bersama Telkom Regional 5 di Surabaya beberapa bulan silam, ibarat pucuk dicinta ulam pun tiba. PTPN X yang kala itu hadir sebagai undangan pada akhirnya bertemu dengan Logee, platform yang dikembangkan Telkom teruntuk ekosistem logistik.

Kolaborasi Logee dan PTPN X

Lemahnya Pencatatan Manual

Febri menceritakan kalau pencatatan manual yang selama ini berlangsung di PTPN X baik di perkebunan juga di pabrik bukan tidak mungkin berpotensi menyebabkan ‘loses’. Pencatatan, pengawasan, dan evaluasi semua dikerjakan secara manual. Dari kebun dicatat oleh security, kemudian nanti jumlahnya berapa dicatat. Lantas di pabrik dilakukanlah verifikasi. On Paper, semua seolah on the track tetapi siapa dan bagaimana bisa memastikan itu?

“Tentunya kalau kita semua by manual, dari segi kecepatan saja kita sudah lambat, kegiatan hari ini baru bisa kita ketahui informasinya keesokan harinya. Yang kedua, potensi loses juga tinggi karena menggunakan kertas kan. Lantas jika kita melihat kondisi kebun sebetulnya kita kan bisa memperkirakan potensi produksi misal sekitar 150 ton nih mestinya. Tetapi setelah kita tebang kok cuma 100 ton/Ha? Yang 50 kemana? Kita cek dan sebagainya, administrasi mendukung semua tetapi kan akhirnya menjadi pertanyaan kok bisa terjadi?,” jelas Febri.

Lebih lanjut, hal tersebut menimbulkan asumsi adanya loses di pengangkutan, maka semua titik-titik potensi tersebut musti ditutup. Agar kuantiti tebu yang ditanam, ditebang dan digiling benar-benar sesuai dan pas.

Untuk itulah beralih ke digital menjadi solusi yang paling nyata dan realistis.

“Pastinya, kita ingin memastikan bahwa dengan teknologi akan memudahkan manajemen. Sehingga kita bisa mengetahui yang terjadi di lapangan pada hari yang sama, waktu yang sama, real time posisi tebu kita itu ada berapa sih yang masuk ke PG, ada berapa sih yang sudah ketebang atau termuat? Pada dasarnya kita menginginkan visibilitas itu!,” tegas Febri.

Beralih Digital

Peralihan ke digital pada dasarnya berfungsi sebagai pengaman. Sudah barang tentu demi memastikan tebu yang ditebang benar-benar sampai ke pabrik gula untuk digiling, baik secara kuantitas dan kualitas yang sama, “harapan kita bisa lebih presisi dan lebih bisa memudahkan dalam pengambilan kebijakan atau keputusan”

Serangkaian diskusi demi diskusi dilakukan bersama Logee sejak April 2022 untuk menemukan senarai permasalahan dan tantangan yang dihadapi PTPN X serta bagaimana solusi yang dimiliki oleh Logee bisa termanfaatkan tepat sasaran. Akhirnya keluarlah SPK PTPN X untuk pemasangan device terhadap 45 truk pengangkut tebu-gula dari kebun ke PG menggunakan Logee Trans di PG Kremboong. Pemasangan tersebut telah dilaksanakan di minggu kedua bulan Juli 2022.

“Jadi, sebenarnya untuk Telkom Logee merupakan pilot project-nya kita. PTPN X sebetulnya punya 9 pabrik gula, salah satunya di Kremboong yang tahun ini kita lakukan uji coba untuk melakukan pemantauan 45 truk untuk kebun kita dan PG Kremboong”.

Febri juga menceritakan jika PTPN X menangani dua komoditas yaitu gula dan tembakau. Dan skema kebunnya ada yang kebun petani dan ada yang kebun milik PTPN X sendiri.

Pilot project-nya ini kan di kebun kita sendiri, kalau kebun petani biasanya kita sebut kebun rakyat memang belum kita ikutkan dalam pilot project. Karena memang cakupannya akan lebih luas dan potensinya luar biasa. Setahun itu kita hampir 100-an Milyar potensi kita memberikan kompensasi angkutan kepada petani. Kalau di pilot project ini bisa smooth seperti yang kita harapkan, harapannya tentu kelak bisa mengamankan potensi bantuan yang kita berikan ke petani sehingga benar-benar real dan tidak dipermainkan oleh oknum petani yang mungkin memainkan posisi jarak dan sebagainya,” papar Febri.

Logee sebagai Solusi

Dalam wawancara bersama Dumoli Haposan kemarin, Ia sempat memaparkan pula mengenai variabel dalam transportasi logistik. Pertama adalah jarak di mana barang bisa disimplifikasi menjadi dua yaitu full container load dan less container load. Full container load itu adalah barang yang sejenis dengan satu pemilik dalam satu box. Sedang Less container load, pemilik barang bisa lebih dari satu, begitupun dengan jenis barang.

Lantas variabel ketiga adalah armada itu sendiri yang bisa diklasifikasi ada colt diesel engkel, colt diesel double, mobil box, tronton, truk, trailer atau yang lebih besar lagi. Kemudian variabel ke empat adalah harga yang tentu saja melekat dengan variabel jarak.

Pemasangan device IoT pada ke-45 truk tadi dimaksudnya untuk melihat time stamp. Tidak sekedar pergerakan trus saja tetapi juga melihat pergerakan barang dan posisi secara real time. Sehingga visibilitas dan transparansi dapat terwujud. Karena visibilitas dan transparansi inilah yang pada akhirnya akan menyumbangkan efektifitas dan efisiensi. Bahkan Febri sudah bisa memetakan gambaran efisiensi yang bisa diperoleh PTPN X.

“Secara total kita belum bisa hitung memang karena baru dipasang, tetapi yang pasti kita sudah bisa menghemat tenaga kerja, seperti pencatat di kebun atau di PG. Dan terkait loses pasti ada tetapi belum berjalan meski dari dua sisi nanti kita bisa evaluasi. Yang pertama pasti kita akan mengurangi tenaga kerja, yang kedua adalah potensi loses terkait produktifitas yang akan kita kawal. Secara manual kita hitung kotensi kebunnya berapa dengan ini kita kawal, mungkin plus minusnya itu kalau cuma 5% itu wajar lah dalam perhitungan. Tetapi kalau missed-nya di atas itu, itulah potensi yang bisa kita amankan,” pungkas Febri.

Jika Leapers ingin turut mengembangkan digitalisasi di ekosistem Logistik dan ekosistem lain bersama Telkom, segera bergabung bersama kami! Temukan role yang sesuai dengan passion kamu di sini.

--

--

Leap
Leap Telkom

Telkom Indonesia kembangkan banyak produk digital di bawah Leap. Temukan rangkaian cerita mendigitalisasi bangsa lewat solusi digital yang Kami hadirkan!