LOGEE: Supply Chain Digital Bridge

Leap
Leap Telkom
Published in
6 min readJun 25, 2022
Photo by Travel Mania on Shutterstock

Melanjutkan tulisan sebelumnya yang telah membahas mengenai wajah logistik Indonesia dan bagaimana digital sebagai satu-satunya cara mengefisiensikan biaya mahal, sekarang kita akan membahas mengenai skema digital Logee dalam melakukan bisnis logistik serta bagaimana benefit yang akan diperoleh ‘sahabat-sahabat’ Logee ketika sudah terintegrasi dalam ekosistem yang dibangun Logee.

Sekali lagi, Logee adalah sebuah platform Fourth Party Logistics (4PL) jembatan digital rantai pasok yang mengerjakan transportasi dan distribusi barang jadi dalam B2B. Masih bersama Natal Iman Ginting, Head of Digital Vertical Ecosystem Telkom.

Supply Chain Digital Bridge (SCDB)

Main idea yang diusung Logee adalah menjembatani rantai pasok dalam logistik ekosistem secara efektif dan efisien. Secara umum, Supply Chain Digital Bridge (SCDG) Logee adalah platform yang mengintegrasikan elemen-elemen di dalam rantai pasok ke bentuk digital dalam sebuah aplikasi atau website. Muaranya menghemat cost dan go green karena meminimalkan limbah kertas yang akan berdampak panjang pada kelestarian lingkungan, plasma nutfah, dan sebagainya jika ingin digali lebih jauh. Kemudian, yang tidak kalah penting adalah memunculkan visibilitas arus barang atau distribusi, ini penting!

Singkatnya adalah bagaimana Logee mentransformasi digital proses bisnis principal agar proses bisnis tersebut go digital, menjadi lebih murah dan visibility-nya bisa disesuaikan.

“Karena kita sudah tahu problemnya, jika orang mau mengotomasi sistemnya maka kita siapkan aplikasi,kita punya produk Logee Truck, Logee Port, Logee Intermoda, Logee Order, Logee Sales, Logee Fulfillment, Logee Visibility dan Logee Tracking. Semua itu adalah cara agar orang bisa mendigitalkan prosesnya. Setelah menjadi digital, karena ini adalah suatu ekosistem maka dia perlu connect ke tempat lain. Trucker perlu koneksi ke pelabuhan contohnya dan itulah yang dilakukan melalui platform,” terang Natal.

Logee sebagai 4PL platform memfasilitasi orang menjadi digital dan mengkoneksikannya. Demikianlah ciri dari jembatan digital rantai pasok yang muaranya adalah memberi kemudahan orang-orang untuk going digital dan terkoneksi.

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, apa untungnya?

Dirangkum dari penjelasan di atas bahwa ada 3 keuntungan yang bisa diperoleh, yang pertama memudahkan pelaku bisnis logistik untuk going digital, yang kedua mentransformasikan model bisnisnya, kemudian yang ketiga dan terpenting adalah terkoneksi dalam ekosistem.

Lantas, setelah digital apa yang bisa dinikmati?

Ketika sebuah lini bisnis telah terkoneksi dengan lini lain di lingkaran ekosistem, lini bisnis tersebut akan merasakan manfaat yang nyata, seperti cost akan turun dan utiliti atau penempatan aset akan naik atau meningkat. Utiliti yang dimaksud di sini jika bisa digambarkan misal, saat pelaku bisnis logistik sudah masuk ke dalam ekosistem, maka Ia akan tahu kondisi gudang mana yang available, apakah gudang tersebut kosong dan bisa diisi kembali atau tidak.

Begitu pula dengan truk, bisa diketahui apakah dapat mengangkut muatan baru atau tidak. Yang jelas, cost pasti akan turun, visibility terjadi dan trace tracking memantau sampai di mana status barang mampu dilakukan. Hal ini menjadi penting terlebih ketika sekarang order sudah beralih digital. Kalau saat masih non digital dulu supplier cukup mendorong barang satu langkah ke depan yaitu ke distributor saja, distributor pun cukup dorong ke grosir. Dan untuk proses konvensional ini, warung yang akan datang berbelanja ke grosir yang biasanya mereka akan kehilangan omset karena harus tutup toko selama berbelanja.

“Ditambah pula masing-masing pemain ternyata memiliki network sendiri, sales punya truk sendiri, distributor punya truk sendiri, pun gudang-gudang sendiri karena tidak mungkin bercampur dengan yang lain karena mereka bersaing dan itulah yang membuat utility rendah,” tambah Natal.

Ketika pelaku atau pemain bisnis logistik tidak bisa memenuhi order online saat ini maka market dia bukan tak mustahil dicaplok oleh kompetitor. Sementara principle pada saat sekarang banyak yang tidak mengerti barang mereka laku terjual di mana di level ritel. Itu sebab kebutuhan online sangat mendesak.

Perlu juga diingat jika arus barang logistik cenderung satu arah dari kota ke desa-desa atau ke warung-warung. Sementara barang dari desa bisa dikata tak terkontrol sewaktu dibawa naik ke kota, semisal sayur, buah juga barang UMKM. Maka Logee mengambil inisiatif untuk mengerjakan logistik barang dari ‘bawah’ ke ‘atas’.

Bagaimana caranya?

Tentu saja yang pertama adalah dengan digitalisasi dan mengkoneksikan transportasi dan distribusi , lantas yang kedua adalah mengkonsolidasi inventori, konsolidasi pengantaran, konsolidasi order sehingga masing-masing membangun jaringan inventori dan bisa dimanfaatkan bersama (sharing).

Apakah Logee menyediakan gudang?, “Ya! Tetapi sifatnya non aset, kita pakai aset pihak lain seperti PT. Inti misalnya yang dilengkapi dengan peralatan dan platform agar orang bisa menggunakan ini untuk memenuhi demand-nya”.

Apa yang Dilakukan Logee?

Menilik elemen-elemen dalam ekosistem rantai pasok logistik ada supplier, manufacturer, distributor, market aggregator, ritel, dan customer. inilah yang dilayani oleh Logee.

Ritel atau outlet biasanya berupa warung, kios atau juga bumdes. Market aggregator adalah channel seperti grosir misalnya Pasar Digital UMKM (PaDi UMKM), atau bisa juga distributor yang memiliki legacy bekerjasama dengan manufacturer. Sedang supplier jelas lah pemilik barang baik yang asalnya dari kota ke desa ataupun barang kecil dari desa naik ke kota.

Permasalahan muncul di tiap lini seperti kalau kita tengok yang terjadi antara supplier ke manufacturer, kita bisa melihat ada permasalahan transportasi di sana, high logistic cost, high inventory, lack of demand, transparency dan lain sebagainya. Pemicunya tak lain adalah pengangkutan yang tidak terjadwal. Truk perlu menunggu di pelabuhan yang mungkin butuh waktu seharian, atau bahkan bisa beberapa hari ketika sampai di pabrik menunggu bongkar muat karena tidak ada transparansi dan penjadwalan.

Sementara supplier dari desa, itu lebih rumit lagi.

“Seringkali dia tidak tahu harga komoditas dia itu berapa, angkut saja dulu kan? Intinya tidak ada visibility. Kalau ini diukur sebetulnya, sangat menyedihkan! Bayangkan saja Anda sudah menanam 3 bulan lamanya, ketika panen dibawa orang, Anda tidak memiliki kepastian. Begitu yang mengangkut sudah sampai di Kota Bandung misalkan, harus menunggu pula karena belum tahu kapan dibongkar karena baru deal. Itu pun iya kalau harga bagus, kalau tidak?,” ungkap dia.

Sedang di kategori industri, misal truk mengantar teh untuk suatu perusahaan besar, kebiasaannya truk tidak tahu kapan akan dibongkar karena bisa jadi sudah ada 100 truk lain yang terlebih dahulu antre, atau bisa jadi juga di lain kesempatan begitu datang langsung dibongkar lantaran tak ada antrian. Sekali lagi, kondisi tak terjadwal menyebabkan semua menjadi cost. Truk yang tak dianggarkan menginap bisa jadi bengkak lantaran sandar lebih lama.

“Kalau dijadwalkan tentu bisa lebih efisien dan ketika pulang memungkinkan untuk mengangkut barang lain. Anda pun bisa membuat perencanaan. Itulah utilitas!,” ulang Natal menegaskan pentingnya utilitas.

Ia pun menjabarkan bahwa di sisi manufacturer jika tidak mengerti pentingnya visibilitas, maka stok akan tidak bersesuaian dengan demand.

Skema mudahnya seperti ini, pemilik warung atau outlet atau ritel tidak perlu lagi menutup toko untuk berbelanja ke grosir. Cukup berbelanja lewat aplikasi Logee Order maka barang akan diantar langsung ke toko.

Untuk manufacturer jika ingin melakukan pengantaran barang ke warung tidak perlu repot dalam pendistribusian dan penyimpanannya jika terkendala jarak dan treatment. Manufacturer bisa menaruh barang ke Gudang Logee dan kalau ada order maka Logee yang akan melakukan pengantaran ke warung atau outlet.

Untuk supplier supaya lebih efisien maka tinggal menggunakan Logee dalam pendistribusian ke manufacturer. Tinggal pakai Aplikasi Logee sebagai proses digital yang sudah mencakup tagihan, order, surat jalan dan lain-lain sehingga tidak lagi menggunakan kertas dan prosesnya ringkas.

Inilah kiranya gambaran mengenai kesemua lini dalam rantai pasok terkoneksi dalam satu ekosistem. Logistik sering disebut aliran barang, uang dan informasi. Maka, komponen di dalam jembatan digital rantai pasok itu tak lain adalah tiga serangkai itu tadi.

Sejak awal mindset yang dibangun Logee adalah platform yang disebut dengan ecosystem platform mindset artinya jelas bahwa Logee bukan pemain di bisnis logistik.

“Platform membuat kita tidak mau bersaing melainkan melayani principal dengan lebih baik dan bersikap netral,” tegas Natal.

Lantas, sebagai Jembatan Digital Rantai Pasok atau Supply Chain Digital Bridge (SCDB), Logee berkapasitas mengintegrasi digital dengan aset yang dimiliki oleh Telkom, yaitu Cloud, Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligence yang bisa di customize untuk logistik. Dengan demikian, teranglah bahwa digital adalah satu-satunya alasan mengefisiensi proses bisnis dalam rantai pasok.

Apakah Leapers tertarik untuk menjadi bagian yang berperan serta menjadi solusi yang diberikan Telkom? Jadilah digital talent dari produk-produk digital Telkom dan temukan peluangmu di Careers Telkom!

--

--

Leap
Leap Telkom

Telkom Indonesia kembangkan banyak produk digital di bawah Leap. Temukan rangkaian cerita mendigitalisasi bangsa lewat solusi digital yang Kami hadirkan!