Apalagi yang hendak Kau tanam Hari ini
selain harapan yang mencangkul-cangkul sendiri
ladang kenangannya.
Keringat adalah pupuk semesta yang jatuh
Jika kalian bersenjata peluru baja
Maka kami berperisai pengeras suara
Senjata kami kata-kata;
Kesaksian pada kebenaran
Hanya kata-kata
Hujan telah tiba bersama kereta Solo-JogjaSeorang lelaki tua keluar dari pintu keretaDengan tas lusuh dan topi pembelian isterinyaSepuluh tahun lalu dengan berat hatiIa menanam isterinya di tanah merah di sebelah mall terbaru
Adakah yang lebih romantis dari desingan senjata, sayang?
Dari tetes darah para mujahid yang berjihad dengan cinta penuh ijtihad
Dari pekik juang di antara reruntuhan tembok masjid, gereja, dan sekolahan
[caption id=”attachment_4512" align=”aligncenter” width=”960"]
Tenda Perjuangan Tolak Pabrik Semen. Foto: Print Woeloeng[/caption]
Oleh: Print Woeloeng
Silakan kau fitnah kamiKau ejek dan hina kamiKau olok-olokKau bilang kami…
[caption id=”attachment_4378" align=”aligncenter” width=”901"]
Ilustrasi: Moh. Dzikri Hendika[/caption]
setangkai kembanglayu di tanah di ujung Indonesia
[caption id=”attachment_4367" align=”aligncenter” width=”940"]
Aku berjalan dari timur yang kelamseabad setelah matahari menyingsingdari kelopak matamu yang mampu melahirkan puluhan ribu pulau,nyiur…
Oleh Hairus Salim*
Pada Ramadan seperti ini saya sering terkenang ketika mahasiswa dulu ikut mengelola secara partikelir kegiatan di Masjid IAIN (sekarang UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Seperti masjid-masjid kampus lain…
*Saut Situmorang
Sepasang matamu adalah hutan belantara leluhur yang dibabat demi perkebunan kelapa sawit dan pabrik kertas
Sepasang matamu adalah gunung-gunung suci yang dikeruk demi emas dan timahnya