#FP3D “NgabubuRead”: Menyemarakkan Ngabuburit dengan Gerakan Literasi

Literation Not Bombs
Literation Not Bombs
4 min readJun 3, 2017

Saat peran pemerintah sudah tidak bisa diandalkan lagi untuk menggiatkan gerakan literasi maka dari sana pula muncul inisiatif dari berbagai elemen masyarakat untuk menggerakkan literasi dengan cara mereka sendiri.

Tak syak lagi banyak bermunculan komunitas-komunitas hingga organisasi yang bergerak di bidang literasi. Tak perlu lagi rasanya membicarakan soal minat baca orang Indonesia berada pada titik terendah di antara banyak negara.

suasana saat ngabuburit di lapak baca yang dibentangkan FP3D (foto: instagram Rifdal Fadli)

Selain kurangnya peran pemerintah satu lagi yang menjadi momok dalam dunia literasi di Indonesia ialah masih adanya buku yang dilarang terbit — yang — dicap sebagai buku kiri.

Tak jelas mengapa warisan dari abad kegelapan ini masi diwariskan sejak orde baru hingga era keterbukaan reformasi saat ini.

Wajar jika masyarakat lebih suka kabar bohong asalkan itu sesuai dengan seleranya. Tak peduli kabar itu sampai merusak persatuan dan mulai tampak kebenaran dari anekdot “masyarakat kita lebih suka membaca broadcast media sosial tak penting ketimbang membuka lembaran-lembaran buku.

Demi gerakan pencerdasan informasi itulah muncul tanggung jawab dari golongan intelektual untuk mendekatkan literasi kepada khalayak.

Salah satu perkumpulan yang di dalam programnya mengusung gerakan literasi ialah Forum Pemuda Pemuda Pemudi Dharmasraya (disingkat dan selanjutnya di tulis FP3D).

logo FP3D (belum resmi)

FP3D merupakan sebuah forum yang didirikan di Dharmasraya pada 3 Maret 2017. Forum ini bertujuan untuk meningkatkan potensi pemuda pemudi di Dharmasraya.

Keanggotaan Forum yang diketuai oleh M. Iqbal ini terbuka bagi semua pemuda-pemudi di Dharmasraya baik itu pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum.

Di bulan ramadan kali ini — yang merupakan ramadan pertama — bagi FP3D sejak mereka resmi didirikan, mereka membuat satu gebrakan dengan membuat lapak buku.

Lapak buku ini mereka namai “Lapak Buku Pemuda Pemudi Kreatif Dharmasraya” bagi warga Dharmasraya yang suntuk mau kemana saat ngabuburit, datangi saja lapak mereka di samping Kantor Bupati Dharmasraya.

Lapak Buku dan Animo Masyarakat

Suatu hal yang baru akan menarik bagi orang yang melihatnya.

Begitu pula dengan lapak baca yang mereka buka ini. Sabtu (3/5) merupakan hari kedua mereka beroperasi menyajikan buku.

Renkas Wardoyo, salah satu pentolan FP3D yang kami kontak via seluler, yang menjabat sebagai wakil ketua forum tersebut membeberkan “Lapak baca ini merupakan salah satu terobosan untuk mengenalkan literasi kepada masyarakat setempat disamping untuk meningkatkan minat baca.”

Renkas juga berharap dengan adanya lapak baca ini masyarakat bisa mengakses buku dengan mudah.

Namun jalan tidak selalu mulus, salah satu kendala yang sedang mereka hadapi saat ini ialah kekurangan buku. “Saat ini kami masih sangat kekurangan buku,” tambah renkas. Masih menurut Renkas buku-buku masih dari satu sumber saja “Buku di sini, punya Rifdal hampir semuanya.” imbuhnya.

Renkas juga menyebutkan baru satu buku masuk untuk inventaris lapak baca mereka dari mahasiswa kampus III Unand, Dharmasraya. Senada dengan Renkas, Rifdal Fadli sekretaris umum FP3D yang dihubungi beberapa saat kemudian juga mengamini soal kekurangan buku ini.

Mengenai mekanisme membuka lapak baca, dijelaskan oleh Rifdal Fadli sebagai berikut “Setelah shalat Ashar kami mulai mengangkat buku ke tempat lapak, kemudian ada yang menjaga buku dan menerangkan kepada pengunjung soal buku apa saja yang dibentangkan di sana.”

Animo masyarakat kepada program yang mereka bikin selama bulan ramadan ini sangat antusias.

Hal itu terlihat dari bertambahnya jumlah pengunjung dari hari pertama.

Antusiasme masyarakat bertambah di hari ke dua “hari ini saja sudah ada 30 orang pengunjung” pungkas Rifdal Fadli.

Tanggapan positif pun berseliweran kepada forum ini.

Dari pantauan kami di grup Facebook mereka dan dari postingan-postingan media sosial anggota forum tersebut datang banyak komentar berupa puji-pujian terhadap kinerja mereka.

Tak ketinggalan polisi yang selesai bertugas pun menyempatkan datang ke lapak mereka “Ada empat orang polisi datang ke lapak kami untuk membaca setelah merazia balap liar, mereka minta agar buku-buku ditambah supaya tidak bosan.” Jelas Rifdal Fadli mengulang kembali pesan yang dituturkan polisi tersebut.

Mengenai kelanjutan mereka di dunia menjajahkan buku, Renkas Wardoyo berkomentar “mudah-mudahan ini akan terus berlanjut” kata renkas dengan harapan bahwa program di bulan ramadan ini merupakan bahan berpijak untuk ke depannya.

Terakhir harapan mereka “agar kawan-kawan yang ada di Dharmasraya jika memiliki buku untuk disumbangkan atau diletakkan di lapak mereka, mereka juga sangat mengharapkan dukungan agar tetap eksis ke depannya.”

Dodi salah seorang anggota forum tersebut yang saat ini sedang menyelesaikan studi di Padang, kami temui saat sela waktu setelah berbuka puasa mengungkapkan kekagumannya pada gebrakan baru rekan-rekan FP3D “Ini sangat bagus, di Dharmasraya itu kan jarang yang seperti ini. Kalau pulang nanti saya akan bawakan buku buat rekan-rekan di sana.” Terang Dodi.

Sebagai penutup, terima kasih kepada FP3D yang telah berusaha untuk menghidupkan kembali literasi di Dharmasraya. Semoga bertambah solid dan tidak terjebak dalam “romantisme sekejap” atau “pergulatan pemikiran antar anggota”, juga kepada pemerintah daerah untuk segera merespon kegiatan positif muda-mudi ini. (JRDA)

Ikuti terus perkembangan dan dokumentasi mereka di Grup Facebook FP3D https://www.facebook.com/groups/152809111865938/?fref=ts

--

--