How to deal with “Ego” while designing?

Nabilah Ulfah Aulia
lp-productdesign
Published in
4 min readJul 1, 2021
image by @nafaliafafa

“Ego” dalam KBBI berarti : aku; diri pribadi; rasa sadar akan diri sendiri; konsepsi individu tentang dirinya sendiri

The designer should be memvisualisasi suatu problem menjadi suatu solusi namun didalam proses memvisualisasikannya , seringkali dihadapkan dengan Ego atau bisa dibilang pandangan subjektif.

How to deal with it?

Let me tell you about my experience during designing, and deal with “my ego”.

Dulu pas awal — awal terjun di dunia UI/UX, dan belum ada guidance mengenai design proses dengan benar dan masih belajar sendiri, bisa dibilang “my ego”cenderung keras dan susah mendengar apa pendapat orang, beberapa pendapat orang sering malah bikin down dan menjudge diri sendiri, I always told to myself “emm dia bilang gini, design gue jelek ya?” namun, seiring berjalannya waktu, melewati beberapa pengalaman dengan beberapa tim dan bertemu dengan tipe orang dengan berbagai perspective, serta belajar dengan teman2 yang lebih senior, That opinian completely wrong, why? ketika uda bangun product, as a team banyak orang dari beberapa function terlibat disana. contohnya, untuk skala tim product paling kecil tu minimal ada 3 function ini ;

  1. PM ; memikirkan business strategy and how to make this product increase gmv,

2. Engineer ; memikirkan teknologi apa supaya appsnya gak down dan appsnya gak berat,

3. Product design (designer x researcher) ; memikirkan flow dan interface yang menarik supaya user bisa menggunakan aplikasi dengan mudah, dan mengerti penggunaannya.

Dari ketiga function ini aja uda berbeda perspective bukan? tim yang lebih besar lagi biasanya akan ada collaboration dari data scientist, marketing etc. Pengalamanku, sempat berkolaborasi dengan data scientist ; orang yang akan memberi insight dengan data faktual, kemudian dianalisis dan outputnya berupa rekomendasi atau solusi, (dengan adanya tim data ini, akan sangat membantu designer dan researcher dalam mengembangkan atau menciptakan suatu solusi, dukungan faktual dan rekomendasi dari expert akan sangat membantu untuk decision design. Subjektivitas kita as designer, dapat dimulai dengan melihat data, dan data pendukung inilah yang akan membantu kita untuk memperluas perspective, kemudian didukung lagi dengan Usability testing, dan coba untuk menanyakan ke teman-teman se tim untuk mendapatkan perspective lebih luas lagi.

Hal yang sering kulakukan sebelum Deliverables Design adalah melakukan Design kritik atau Sync design ; sync design dengan designer, sync dengan product dan sync dengan engineer. kenapa aku melakukan tiga kali sync dengan beberapa function yang berbeda? *ever mentioned on my previouse article ;

Being a Designer is not about just designing the interface, but how to become the bridge between user and machine, that’s why, a designer should bring the deliverable that the user can use clearly with the whole concern from the product (business, technical concern, and user).

Sync with the Designer

Di tahap ini, aku akan share ke temen-temen sesama designer untuk ngedapetin beberapa perspective dari flow dan ke estetikan interface, *kalau ada tim core biasanya ini diajak juga untuk mendapatkan perspective untuk komponen interfacenya. Output dari sync dengan designer :

  1. Is the provided solution, easy to use (flow)? *dari pertanyaan ini biasanya aku akan ngulik kesulitan/hal yang sulit dipahami dari beberapa insight teman2 sesama designer
  2. Is the provided solution, according to the actual component?
  3. Did the solution achieve the goal?
  4. Did the solution solved the problem?

Sync with Product [Project Manager & APM (Associate Product Manager) /PO (Product Owner)]

after dapat perspective dari sesama designer mengenai flow dan keestetikan interface, lanjutan design kritik biasanya ku lanjutkan dengan divisi product.

Output yang biasa ku cari dari design kritik/sync dengan tim product adalah ;

  1. Did the solution achieve the goal?
  2. Did the solution solved the problem?
  3. Did the solution make GMV grow?

Sync with Engineer

Selanjutnya, setelah dapat perspective dari designer dan product, pada step ini biasanya solusi akan lebih realistis, karna sudah mendapatkan perspective dari design team dan product, lalu kemudian dilanjutkan dengan menanyakan hal-hal yang bisa atau tidak bisa untuk direalisasikan, untuk sync dengan engineer biasanya akan agak berbeda dengan step-step yang kulakukan ketika sync dengan designer/product ;

Brief ;

Ngejelasin flow keseluruhan dan garis besarnya terlebih dahulu; goals dari productnya, problem apa yang mau disolve, lalu menceritakan flow productnya sendiri dari awal hingga akhir, tahapan disini engineer akan memberikan banyak pertanyaan mengenai corner case yang sering terjadi yang biasanya belum/tidak terfikirkan saat proses design, dan hanya terfikirkan oleh engineer.

Questions ;

  1. Would it be possible to implement (include micro-interaction *if needed)?
  2. Is there any corner case that’s missing? / hasn’t been discovered in this design?

Setelah melakukan beberapa design kritik/sync dengan team (designer, product, and engineer) hal selanjutnya adalah melakukan iterasi lagi, dan kembali lagi ke design proses mana yang perlu dilakukan iterasi tersebut.

“As designers and critics we must get out of our own head. Subjectivity, our inability to see as others do, can be a cruel master.”

“The point is if you want to create a truly compelling experience, don’t complain about your constraints; embrace them. And in doing so, set your creativity on fire!”

52weeksofux.com (https://52weeksofux.com/post/358515809/apples-ipad-for-what-audience)

Menarik bukan menjadi seorang designer? here some tips yang mungkin bisa dicoba untuk mengurangi ego ketika mendesign

Ubah mindset kita menjadi ;

  • Kritikan dari orang lain adalah suatu masukan yang nantinya akan mendukung product yang akan kita build menjadi lebih bagus,
  • kritikan dari orang lain merupakan bahan diskusi,
  • be Objective, objektifkan apa yang kamu fikirkan ; bisa dicoba dengan bayangkan dirimu sebagai orang lain yang sedang mencoba product yang sedang telah kamu buat,
  • Analogikan batasan adalah suatu ingredients, jikalau memiliki batasan yang makin banyak (Contoh batasan ; waktu/deadline dsb), makin banyak kombinasi yang bisa kita buat. Jadi, batasan bukan halangan untuk memperluas kreativitas.

Do you have any other tips or experience about how to deal with ego while designing too? don’t mind dropping the comment and give me some feedback, I would be happy 🙃 .

Thank you for reading, Hopefully, everyone can understand what I try to deliver, thank you 🙂 🙃

--

--