Lahirnya Tulisan: Akrofoni dan Abjad di dalam Tambang

Lutfhi Variant Hanif
BahasBahasa
Published in
6 min readMar 1, 2021

[Ini adalah bagian 5 dari seri Lahirnya Tulisan. Baca bagian sebelumnya jika kalian melewatkannya]

Photo by Ksenia Kudelkina on Unsplash

Setelah mendengar kabar tentang terjadinya perubahan besar-besaran di Mesir, kamu sesegera mungkin berlayar menuju Mesir dari China. Dalam perjalanan, kamu berpikir apa yang mungkin terjadi pada logogram-logogram Hieroglif Mesir Kuno. Apakah bentuk mereka berubah?

Kamu tidak sepenuhnya salah, tetapi juga sangat jauh dari kebenaran. Terdapat perbedaan tentang bagaimana Hieroglif Mesir Kuno dituliskan. Tetapi, perubahan besar yang sebenarnya terjadi adalah tentang bagaimana Hieroglif Mesir Kuno dibaca.

Setibanya di Mesir, kamu langsung berangkat menuju rumah di mana kamu sempat tinggal bersama seorang pemandu yang membawamu menjelajahi Mesir. Kamu bertanya tentang perubahan besar yang katanya sedang terjadi pada huruf-huruf Hieroglif Mesir Kuno.

“Kamu datang di waktu yang tepat,” kata si pemandu. Dia kemudian membawamu pada salah satu simbol yang pertama kali kamu lihat saat berada di Mesir. Tetapi, simbol tersebut kini tampak berbeda.

Kamu masih mengingat simbol-simbol tersebut berarti “rumah (milik) kamu”. Tetapi, kamu tidak ingat tentang keberadaan garis di bawah masing-masing simbol. Kamu bertanya tentang arti dari garis-garis tersebut.

“Mereka menandakan bahwa mereka adalah logogram, kawanku,” jawab si pemandu.

Tapi bukankah Hieroglif Mesir memang sedari awal adalah logoram? Si pemandu kemudian tersenyum lebar, “Tidak lagi, kawanku.”. Dia kemudian menuliskan kembali dua simbol di atas tanpa garis di bawah.

“Yang kamu kenal sebagai rumah, sekarang kita bisa sebut pr. Dan simbol yang menunjukkan kepemilikan, sekarang bisa kita sebut k. Menurutmu bagaimana cara membacanya?”

Tidak ada huruf vokal, pikirmu. Konsonan pr diikuti dengan konsonan k. Kemungkinannya bisa banyak: perak, parak, purik, puruk, dan lain-lain.

Kamu merasakan sesuatu yang tampak tidak asing di sini. Kamu merasa pernah menghadapi permasalahan ini sebelumnya. Masalah tentang ambiguitas cara membaca yang muncul akibat bunyi yang atau tulisan yang sama.

Gunakan saja karakter radikal untuk membedakan masing-masing makna, katamu. Si pemandu tampak takjub karena kamu telah menemukan jawabannya tanpa butuh banyak bantuan. Betapa dirimu telah menjadi cukup fasih dalam dunia tulisan, pikirnya.

Kamu berkesimpulan bahwa tiap kata, perak, parak, purik, dan puruk, memiliki karakter radikalnya masing-masing. Misalnya simbol batang logam untuk menunjukkan kata perak, atau simbol jarak untuk menunjukkan parak, yang berarti perpisahan, atau simbol rumah untuk menunjukkan purik, yang artinya pergi meninggalkan rumah karena marah, atau mungkin simbol air untuk menunjukkan kata puruk, yang artinya masukkan ke dalam air, lumpur, dan sebagainya.

Kamu kemudian tersadar apakah ini yang dimaksud dengan perubahan besar dalam Hieroglif Mesir Kuno. Ketimbang menggunakan simbol untuk menunjukkan kata atau ide, kenapa tidak menggunakan sekumpulan simbol yang menunjukkan suara saja yang dapat dihasilkan dalam suatu bahasa untuk dapat membuat seluruh kata dalam bahasa tersebut? Kalau misalnya dalam suatu bahasa hanya terdapat 26 suara, maka kita hanya perlu menghafal 26 simbol untuk masing-masing suara tersebut ketimbang ribuan logogram untuk menulis dan membaca dalam bahasa tersebut.

Ini adalah ide yang luar biasa. Kamu kemudian berpikir apakah ini adalah asal-usul alfabet, sistem tulisan yang kita gunakan sekarang?

Sebuah suara memanggilmu dari kejauhan. Suara tersebut adalah yang kamu dengar saat sedang berada di China.

“Hey! Kamu dari mana saja? Aku mencarimu dari tadi,” kata orang tersebut.

Apakah ini yang mau kamu tunjukkan padaku, tanya dirimu setelah melihat sebuah revolusi besar-besaran pada Hieroglif Mesir Kuno.

“Iya,” jawabnya, “tapi ini hanya sebagian dari yang ingin aku perlihatkan padamu. Sesuatu yang lebih hebat sedang terjadi di tempat tidak jauh dari Mesir. Ikuti saja aku.”

Sesuatu yang lebih hebat? Apakah ini momen kelahiran alfabet, pikirmu. Kamu kemudian pamit pada teman pemandumu dan pergi menjelajahi Gurun Sinai mengikuti arahan teman barumu. Beberapa saat kemudian, kalian singgah di sebuah tambang.

Teman barumu mengait tanganmu, sangat bersemangat untuk menunjukkan apa yang dia temukan. Ia menunjuk ke arah salah satu sudut dinding. Kamu melihat sesuatu:

Skrip Proto-Sinaitic dari pri.org

Kamu berusaha fokus, tetapi tidak mengerti apa yang sedang kamu lihat. Kamu menyadari sebuah simbol yang tampak familiar, sebuah simbol kotak yang terbuka di tengah. Tampak seperti simbol rumah dalam Hieroglif Mesir Kuno.

Teman barumu menepuk pundakmu, “Kawan, kuperkenalkan padamu: Abjad!”

Abjad! Kamu sudah tidak asing dengan Abjad. Ini adalah kelahiran alfabet, ucapmu dengan semangat.

“Alfabet? Apa itu? Sudah kubilang kan ini disebut Abjad?” temanmu tampak bingung. Kamu kemudian menatap temanmu, tidak kalah bingungnya. Abcd, kan? ucapmu.

“C? Kawan biar aku jelaskan padamu.”

Ia kemudian mengeluarkan sebuah batu dan mulai mengukir di dinding. Tidak lama kemudian, Ia menunjukkan hasil ukirannya:

Ia kemudian menjelaskan: gambar yang paling kiri adalah kepala kerbau yang disebut ‘alp’. Ia kemudian menunjuk kembali kepala kerbau tersebut dan berkata ‘a’ sambil sedikit tersedak. Kamu mengangguk pelan,

Ia kemudian menunjuk logo di sebelah. Itu adalah gambar rumah yang disebut ‘bet’. Ia menunjuk kembali pada gambar rumah dan berkata ‘b’. Kamu mengangguk kembali seperti menemukan sebuah pola.

Ia menunjuk pada gambar ketiga, sesuatu yang tampak seperti huruf ‘r’ kecil yang kamu kenal. Ia mengatakan bahwa ini adalah tongkat lempar yang disebut ‘gaml’. Ia kemudian menunjuk lagi pada gambar tongkat lempar dan menoleh padamu seolah menunggu jawaban. ‘g’, jawabmu ragu. Jawabanmu tepat! Temanmu pun tersenyum karena sepertinya kamu memahami apa yang sedang terjadi.

Ia menunjuk gambar yang terakhir. Gambar tersebut adalah gambar ikan yang disebut dilt. Ia kemudian menunjuk lagi pada gambar ikan dan menoleh kepadamu sekali lagi. Kini, kamu tidak lagi ragu dan mengatakan, “d!”. Tepat!

Pola yang kamu lihat barusan adalah Akrofoni. Ambil sebuah kata dan gunakan bunyi pertama dari kata tersebut sebagai huruf, misalnya kata ‘rumah’ untuk menunjukkan bunyi atau huruf ‘r’, atau ‘buku’ untuk bunyi atau huruf ‘b’. Versi yang mungkin kalian lebih kenal adalah Alfabet Fonetik NATO.

Ia kemudian kembali mengukir di dinding gua. 25 simbol untuk 25 suara yang berbeda-beda terukir di dinding gua:

Teman barumu itu kemudian meminta bantuanmu untuk menyebarkan huruf-huruf tersebut. Ia merasa kalau dunia akan sangat terbantu jika orang-orang dapat menggunakan sistem Abjad. Kamu sendiri tahu betapa kuatnya pengaruh Abjad dan kamu pun menyetujuinya.

Tetapi, kamu tidak tahu harus mulai dari mana. Tempat apa dalam masa sebelum adanya alfabet yang sangat berpengaruh pada kebudayaan di sekitarnya pada masanya dan di masa mendatang?

Ah, tentu saja, pikirmu sambil menyadari sesuatu. Tentu saja jika berbicara pada budaya sebelum alfabet yang paling berpengaruh, kita tidak bisa tidak membicarakan tentang Yunani.

Kamu meminta sebuah kertas papirus dari teman pemandumu di Mesir untuk mencatat huruf-huruf dalam tambang yang kemudian disebut dengan Proto-Sinaitik. Kamu memesan sebuah kapal dan bersiap-siap untuk menuju Yunani.

Pada saat itu, kamu mungkin belum menyadarinya. Tetapi, perjalananmu ke Yunani akan menjadi momen di mana alfabet yang kita kenal akan muncul untuk pertama kalinya.

--

--

Lutfhi Variant Hanif
BahasBahasa

Senang menghabiskan waktunya untuk mempelajari hal-hal baru dan mengonsumsi anime dan manga dengan porsi yang wajar.