Lahirnya Tulisan: Kemunculan Alfabet di Yunani

Lutfhi Variant Hanif
BahasBahasa
Published in
5 min readMar 4, 2021

[Ini adalah bagian 6 dari seri Lahirnya Tulisan. Baca bagian sebelumnya jika kalian melewatkannya]

Photo by Constantinos Kollias on Unsplash

Di perjalanan menuju Yunani, kamu mulai berpikir bagaimana abjad-abjad Proto-Sinaitik ini dapat berevolusi menjadi alfabet yang kita kenal. Fungsi abjad-abjad tersebut mungkin sama, dimana satu simbol mewakili satu suara, tetapi bentuknya sangat berbeda jauh.

Pikiranmu kemudian terganggu ketika seseorang menepuk pundakmu. Kamu melihat seseorang yang bertudung yang membawa beberapa kantung di lengannya. Ia mengatakan bahwa Ia merasa tertarik dengan bentuk-bentuk unik di kertas papirus yang sedang kamu pegang.

“Kamu sebut apa ukiran-ukiran ini?” tanya dirinya.

Kamu menjelaskan bahwa itu adalah abjad. Kamu menjelaskan fungsi dan sifatnya serta hal-hal apa saja yang bisa dilakukan oleh abjad tersebut.

Orang bertudung itu mengangguk-ngangguk dan tersenyum lebar. Ia memperkenalkan diri sebagai seorang pedagang, dan sebagai pedagang, Ia tahu bagaimana mengetahui mana-mana saja yang merupakan barang bagus. Ia setuju bahwa abjad-abjad tersebut dapat membawa perubahan besar.

“Aku sedang berusaha mencatat beberapa hal terkait perdaganganku. Aku sudah mencoba menggunakan beberapa simbol buatanku sendiri, tapi sangat susah ketika orang lain tidak mehamami simbolku atau memiliki simbol lain yang berbeda denganku. Abjad ini bisa memudahkan aku dan teman-temanku.”

Ia kemudian mengundangmu untuk berpergian bersama dirinya untuk menyebarkan abjad-abjad Proto-Sinaitik yang kamu miliki. Kamu menyetujui ajakannya. Dengan demikian arus perjalananmu sedikit berubah; kamu dan teman pedagangmu memutuskan pergi menuju kota Byblos, Phoenicia.

Kota Byblos, Phoenicia, dari shorthistory.org

Phoenicia adalah koloni dagang terbesar di Laut Mediterania pada masanya. Ketika kamu singgah di pelabuhan Byblos, kamu langsung disambut dengan hiruk pikuk pedagang dan lalu lalang orang-orang. Teman pedagangmu langsung mengajakmu beranjak menuju rumahnya.

“Yang pertama kita harus lakukan untuk mempopulerkan abjad ini adalah untuk membuat simpel bentuknya,” kata teman pedagangmu membuka percakapan, “Maksudnya, simbol-simbol ini masih cenderung susah untuk digambar dan bisa saja nanti menimbulkan kebingungan karena bentuk simbol yang sama digambar dengan cara yang berbeda-beda.”

Daftar abjad Proto-Sinaitic

Kamu dan teman pedagangmu kemudian menghabiskan waktu untuk mempersimpel bentuk abjad Proto-Sinaitik. Usaha kalian tidak selamanya mulus. Tidak semua orang yang kalian temui kemudian mengadopsi bentuk yang kalian ciptakan; beberapa bahkan membuat versi abjadnya sendiri berdasarkan versi yang kalian buat.

Para penguasa Phoenicia kala itu mengetahui apa yang kalian sedang lakukan. Mereka menyadari kemudahan yang ditawarkan oleh abjad-abjad tersebut; satu simbol untuk satu suara. Orang-orang kini tidak harus susah payah menghapal ratusan hingga ribuan simbol untuk menulis.

Raja-raja di Phoenicia kemudian menggunakan abjad-abjad Proto-Sinaitik yang sudah dibuat lebih simpel untuk mengukir tulisan di peti mati para raja. Abjad-abjad yang digunakan untuk ukiran di peti mati para raja tersebut kemudian dikenal sebagai Alfabet Phoenicia.

Daftar Alfabet Phoenicia, dari wikipedia.org

Dengan bentuknya yang jauh lebih simpel dan pengaruh Phonecia sebagai koloni perdagangan, alfabet-alfabet tersebut dapat menyebar dengan lebih cepat dan luas ketimbang abjad-abjad Proto-Sinaitik. Kamu dan teman-teman pedagangmu kemudian berpesta untuk merayakan kesuksesan Alfabet Phoenicia.

Di tengah suasana pesta tersebut, kamu teringat dengan hal yang menjadi pikiranmu dalam perjalanan menuju Phoenicia: hal ini masih tampak jauh dari alfabet yang kamu kenal selama hidupmu. Tidak terlena dengan kesukesan Alfabet Phoenicia, kamu memutuskan untuk melanjutkan perjalanmu yang sempat berganti arah. Kamu memutuskan untuk segara berangkat menuju Yunani.

Teman pedagangmu mendukung idemu tersebut. Ia mengatakan bahwa orang-orang Yunani adalah klien bisnisnya. Jika mereka dapat mengadposi Alfabet Phoenicia, maka bisnis akan semakin lancar.

Kamu kemudian diberikan kontak salah satu kenalan teman pedagangmu. Esok harinya, kamu pamit pada teman pedagangmu dan berlayar menuju Athena, Yunani.

Pelabuhan Piraeus, Athena, dari pinterest.com

Suasana di Athena tidak kalah ramai dari apa yang kamu saksikan di Byblos. Kamu mendengar seseorang memanggil namamu dari keramaian. Itu adalah orang Yunani yang teman pedagangmu maksud.

“Aku sudah mendengar kabar kalau kalian telah membuat sesuatu yang menarik,” kata orang Yunani tersebut, “cukup hebat untuk orang-orang barbar seperti kalian.”

Kamu merasa canggung karena orang-orang Yunani memiliki sentimen negatif terhadap orang-orang yang tidak berbicara bahasa mereka dan mengikuti budaya mereka. Tetapi, kamu tetap menjelaskan Alfabet Phoenicia sebaik yang kamu bisa.

“Ya, ya. Ini tentu sesuatu yang sangat berguna. Tapi, jika kami, orang-orang Yunani, ingin menggunakannya, tentu kami harus memperbaiki ukiran-ukiran barbar ini,” lanjut orang Yunani tersebut.

Salah satu bagian yang Ia kritisi adalah tidak adanya huruf vokal, “Kalian orang-orang barbar cuma berbicara dalam konsonan saja, memangnya?”. Alfabet Phoenicia memiliki banyak sekali huruf tetapi memiliki banyak kekurangan.

Kamu dan orang Yunani tersebut kemudian menghabiskan beberapa waktu untuk menyesuaikan Alfabet Phoenicia dengan kebutuhan di Yunani. Salah satu sumbangsih terbesar dari pengembangan ini adalah penambahan huruf vokal. Kini sistem satu simbol untuk satu suara sudah semakin lengkap dengan ditambahkannya huruf vokal.

Perbandingan Alfabet Phoenicia dan Yunani, dari wikipedia.org

“Nah, dengan begini, alfabet-alfabet ini tampak lebih baik untuk digunakan,” kata orang Yunani tersebut.

Walaupun tidak sepenuhnya mirip, kamu sangat mengenal beberapa simbol dari Alfabet Yunani tersebut: simbol A, B, E, F, Y, Z, H, I, K, M, N, O, P, T dan X. Apa yang baru saja kamu saksikan adalah kelahiran alfabet seperti yang telah kita kenal sekarang.

Tentu alfabet-alfabet tersebut masih akan berubah seiring diadopsinya alfabet-alfabet tersebut oleh banyak budaya dan penyesuaian yang dilakukan oleh masing-masing budaya. Kamu merasa takjub karena dari perjalanan menuju 45.000 tahun yang lalu dari sebuah Gua di Sumatera Selatan, kamu kini telah melihat sistem tulisan yang sudah sangat tidak asing bagimu.

Kamu kemudian memutuskan untuk rehat sejenak. Kamu telah merasa bahwa kamu sudah berkelana cukup jauh dalam menelusuri sejarah Lahirnya Tulisan.

Tetapi, ketika kamu mengingat masih betapa banyaknya bentuk tulisan-tulisan yang lain selain Alfabet, kamu tentu tahu bahwa perjalanan Lahirnya Tulisan tidak berhenti di Yunani. Perjalanan kita masih akan berlanjut.

Referensi:

  1. Saya mengambil gambar Kota Byblos dari https://www.shorthistory.org/ancient-civilizations/mesopotamia/phoenicia/phoenician-cities-byblos-and-sidon/
  2. Saya mengambil gambar daftar Alfabet Phoenicia dari https://en.wikipedia.org/wiki/Phoenician_alphabet
  3. Saya mengambil gambar Pelabuhan Piraeus dari https://id.pinterest.com/pin/745345807061373821/
  4. Saya mengambil gambar daftar Alfabet Phoenicia dan Yunani dari https://en.wikipedia.org/wiki/History_of_the_Greek_alphabet#Restructuring_of_the_Phoenician_abjad

--

--

Lutfhi Variant Hanif
BahasBahasa

Senang menghabiskan waktunya untuk mempelajari hal-hal baru dan mengonsumsi anime dan manga dengan porsi yang wajar.