Preprint bukan duplikasi apalagi plagiarisme

Dasapta Erwin Irawan
Good Science Indonesia
5 min readFeb 22, 2017

Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang preprint. Berulang kali saya menulis tentang ini, ini salah satunya, dan mungkin bukan yang terakhir.

gambar dari thebluediamondgallery CC-BY-SA

Berikut definisi Preprint.

Credit: Authorea

Definisi preprint

Masih banyak definisi lainnya yang bisa anda cari dengan mudah. Tapi intinya sama. Pendeknya Preprint adalah dokumen ilmiah yang dipublikasikan sebelum dikirimkan ke suatu media jurnal untuk menjalani peer-review.

Apakah preprint ini barang baru?

Buat anda yang merasa ini jenis baru. Salah. Preprint bukan genre baru.

Kawan-kawan anda dari bidang fisika dan matematika sudah lama punya repository ArXiv. Sekarang sudah banyak repository preprint untuk berbagai bidang. Beberapa bisa anda temukan di server Center for Open Science ini. Jadi banyak sekali bukan.

Komponen preprint

Tapi makalah ini idealnya memiliki identitas semua makalah ilmiah dalam prosesnya, termasuk DOI. Jadi sebuah makalah preprint akan memiliki latar belakang, data, analisis, dan kesimpulan serta komponen-komponen penting lainnya. Berikut ini anatominya.

Saderi, Daniela; Polka, Jessica (2018): Anatomy of a preprint. figshare. Poster. (tautan)

Apakah preprint bisa dirujuk?

Bisa. Lihat gambar di atas. Preprint dapat dirujuk bilamana memang relevan dengan makalah anda (baca juga artikel saya Masih tentang preprint dan post print), dengan catatan:

  1. anda harus sadar bahwa dokumen preprint belum menjalani peer review, artinya, bisa jadi selain penulis, baru anda yang membacanya. Oleh karenanya, bacalah dengan kritis.
  2. karena no 1, maka bersiaplah untuk menjalin komunikasi dengan penulisnya untuk mengklarifikasi beberapa hal yang mungkin belum jelas. Sebuah gerakan Pre-Review mempromosikan peer review untuk preprint.
  3. karena salah satu alasan preprint adalah untuk mempromosikan transparansi dalam riset, maka anda perlu menanyakan komponen data mentah dan proses analisis kepada penulis. Mintalah mereka mengunggahnya bila anda belum menemukannya.

Apakah preprint mengganggu alur publikasinya di jurnal?

Mestinya tidak. Kenapa?

Karena preprint bukan duplikasi apalagi plagiarism!

Berikut argumentasinya:

  1. preprint adalah dokumen yang hak ciptanya sepenuhnya ada di tangan anda sebagai penulis. Ini persis seperti kalau anda membuat kue dengan resep yang baru atau hasil modifikasi dari resep lain. Anda pasti akan mendokumentasikan resepnya kan, baik itu resep baru atau hasil modifikasi. Apakah anda dilarang untuk menjualnya? Tidak kan? Tapi mungkin anda perlu bersiap saat calon pembeli menanyakan: sertifikasi halal, sertifikat BPOM, bahkan resepnya, untuk lebih meyakinkan bahwa kue itu layak mereka makan. Pendek kata, karena preprint masih sepenuhnya milik anda (dan tim penulis lainnya), maka terserah anda.
  2. preprint adalah hasil olah pikir awal. Bisa jadi masih mentah atau ada yang keliru, karena itu bacalah dengan kritis, kontak penulisnya secara langsung untuk melakukan klarifikasi dan verifikasi. Idealnya terjadi olah pikir dalam setiap dokumen ilmiah, termasuk preprint. Jadi mestinya penulis justru bisa mengklaim bahwa makalah yang dikirimkannya ke jurnal telah diunggah sebagai preprint dan telah mendapatkan beberapa masukan dari pembaca (lampirkan masukan-masukan itu).
  3. untuk alasan ekonomi, mengunggah preprint adalah aktivitas yang dianjurkan terutama saat makalah versi peer review-nya terbit di jurnal yang non open access (OA). Dengan cara ini, pembaca akan mendapatkan versi gratis (versi OA) dari makalah anda. Cek kebijakan jurnal tentang preprint di direktori Sherpa-Romeo atau laman Journal Archiving Policy di masing-masing jurnal.

Ada beberapa penerbit jurnal yang juga mengelola server preprint, misal: MDPI dengan Preprints, PeerJ dengan PeerJ Preprints. Jadi bagi anda pengelola jurnal atau reviewer, yang sedang terpukau dengan piranti lunak pendeteksi TurnitIn atau iThenticate, jangan kaget kalau makalah yang sedang direview ternyata sudah muncul daring sebagai preprint. Juga jangan kemudian menolak (reject) makalah itu, karena anda belum punya hak apa-apa atas dokumen itu. Yang bisa anda lakukan adalah:

  1. cek surat pengantar pengiriman jurnal, siapa tahu penulisnya telah menyatakan bahwa makalah telah diunggah sebagai preprint dalam surat. Kalau belum, kontak penulisnya, lakukan komunikasi yang baik untuk mengetahui barangkali ada perubahan yang dilakukan pada versi yang dikirimkan ke jurnal.
  2. cek berbagai komentar yang diberikan pembaca kepada preprint. Sampaikan berbagai komentar ini kepada para peer reviewer yang anda tugaskan untuk memperkaya komentar mereka.
  3. mestinya ada nomor 3, sebentar, belum keluar dari kepala saya.

Apa yang tidak dapat anda klaim dari preprint?

  1. Preprint tidak dapat diklaim sebagai dokumen yang telah menjalani peer review. Kenapa? Jelas karena preprint belum menjalani peer review. Jadi walaupun preprint anda telah mendapatkan banyak komentarpun, tetap anda tidak dapat mengklaimnya sebagai dokumen yang telah menjalani peer review. Kenapa? karena saat ini proses peer review yang diakui hanyalah yang dilaksanakan oleh jurnal.
  2. Preprint tidak dapat diklaim untuk naik pangkat. Kenapa? baca no 1.
  3. Preprint tidak dapat diklaim sebagai luaran riset formal. Kenapa? baca no 1. Tapi anda dapat menggunakan preprint dan menyertakan tautannya untuk menunjukan kepada Pemberi Dana bahwa riset anda telah disebarluaskan dan telah mendapatkan perhatian dari masyarakat. Tapi perkembangan saat ini menunjukkan beberapa Pemberi Dana Riset internasional, seperti Wellcome Trust, European Research Council, UK Research and Innovation (UKRI), NIH, dan beberapa lainnya telah mengakui preprint sebagai salah satu luaran riset (daftar dari ASAPbio).
  4. Preprint tidak dapat diklaim sebagai syarat kelulusan studi. Kenapa? Baca no 1. Tapi kalau anda menyebarluaskan dengan baik dan benar, maka anda bisa menarik komentar dan masukan dari pembaca yang bermanfaat untuk studi anda.
  5. Preprint tidak dapat diklaim untuk mendapatkan insentif. Kenapa? Baca no 1.

Mungkin ada hal-hal administratif lainnya yang tidak dapat diklaim dari sebuah preprint.

Di mana tempat untuk mengunggah preprint?

Berikut beberapa lokasi untuk mengunggah preprint:

  1. rekomendasi pertama adalah Repositori Kampus anda sendiri,
  2. repositori terbuka dan gratis, seperti: ArXiv, BioRxiv, OSF preprint family, Figshare, Zenodo, Preprints, PeerJ Preprints, dan banyak lainnya.
  3. blog pribadi dengan domain perguruan tinggi atau domain pribadi.

Berikut beberapa argumentasinya:

a). Kenapa anda perlu memprioritaskan Repositori Kampus? Agar pembaca tahu, institusi asal anda secara formal. Cara ini juga dapat meningkatkan jumlah akses ke laman perguruan tinggi anda. Kekurangan, bisa jadi tidak ada DOI untuk dokumen anda. Biasanya DOI dilanggan oleh perguruan tinggi hanya untuk jurnalnya.

b). Untuk lokasi jenis no 2, bagusnya adalah selalu ada DOI yang disematkan ke preprint anda. Selain itu, spasi penyimpanannya cukup besar, bisa dalam skala giga byte per file. Kekurangannya, personal branding, karena tidak diunggah ke repositori kampus.

c). Untuk lokasi no 3, kelebihannya anda punya otorisasi penuh atas preprint anda. Tapi punya kekurangan yang sama dengan argumentasi nomor 1.

Penutup

Jadi ada beberapa pesan penutup:

  1. Jadi pendek kata, preprint tidak dapat menggantikan makalah yang telah terbit di jurnal. Jadi manfaatkan preprint sesuai kapasitasnya.
  2. Melalui artikel ini, dengan mempromosikan preprint, saya tetap mendorong anda untuk tidak menulis makalah ke jurnal. Manfaatkan preprint untuk meningkatkan kualitas makalah yang anda kirim ke jurnal. Jadi jelas ya, saya tidak pernah meng-encourage siapapun untuk tidak mengirim makalah ke jurnal.
  3. Preprint tidak lain adalah upaya pribadi atau komunal untuk mempercepat klaim atas hasil riset. Tidak lebih.

Bila anda ingin lebih yakin lagi, silahkan membaca beberapa tautan berikut ini:

Follow akun twitter @INArxiv_ID.

--

--

Dasapta Erwin Irawan
Good Science Indonesia

Dosen yang ingin jadi guru | Hydrogeologist | Indonesian | Institut Teknologi Bandung | Writer wanna be | openscience | R user