Are We Ready for Society 5.0?

Kajian sebelumnya sudah membahas apa itu Society 5.0 dan bagaimana penerapannya dalam berbagai bidang. Sebagai rangkuman, Society 5.0 merupakan konsep baru yang diperkenalkan Jepang di tahun 2016 untuk mewakili bentuk kelima masa perkembangan dalam sejarah manusia, setelah secara kronologis berkembang dari berburu, bertani, industri, dan kini informasi[1]. Inovasi dari Revolusi Industri 4.0 memiliki resiko tersendiri dari segi kemanusiaan, beberapa diantaranya adalah penyempitan lapangan kerja dan ancaman bagi lingkungan[2]. Oleh karena itu Society 5.0 bertujuan untuk menyejahterakan kembali masyarakat dengan asimilasi teknologi yang dihasilkan RI 4.0, bukan sebaliknya. Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT) dan penggunaan Big Data dalam kegiatan sehari-hari merupakan fokus utama dari pemanfaatan teknologi tersebut. Tujuan yang ingin dicapai dari Society 5.0 adalah penyelesaian masalah sosial seperti kesenjangan, isu lingkungan, pemerataan fasilitas kesehatan, pendidikan, dan produksi energi terbarukan.

Pemanfaatan tersebut pun sedikit demi sedikit tercapai. Kesenjangan sosial dapat perlahan ditutup dengan pemerataan ekonomi yang lebih baik menggunakan financial technology, salah satunya peningkatan inklusi keuangan dengan kemudahan transaksi daring dan bantuan bagi UMKM untuk mengembangkan bisnisnya. Layanan keuangan yang diliputi fintech seperti investasi, pembayaran, peminjaman uang, dan manajemen finansial yang dioptimalisasi oleh analisis Big Data oleh perusahaan startup fintech memudahkan mereka untuk menciptakan inklusi keuangan di masyarakat demi peningkatan literasi keuangan. Literasi keuangan tidak hanya membawa perubahan dalam kehidupan individu namun juga membawa integritas dalam kualitas pasar.

Bagaimana dengan isu lingkungan? Sumber energi fosil yang kian menipis kini perlahan berganti seiring peningkatan efetivitas sumber energi terbarukan. Angin, surya, dan air sebagai sumber energi terbarukan memiliki unsur tak menentu seiring berubahnya cuaca dan membutuhkan prakiraan yang tepat untuk pemanfaatan mitigasi. Data Mining yang dilakukan perusahaan seperti Xcel dan Nnergix memungkinkan prakiraan cuaca yang lebih detail hingga 10 hari kedepan agar PLTA dapat melakukan mitigasi energi yang lebih efektif. Verdigris Technologies menawarkan penggunaan hardware yang ditempeli Internet of Things agar pemakaian energi hemat dan efektif. Satu lagi, Verv, membantu klien untuk mencatat dan membuat rekomendasi penggunaan energi di rumah.

Apakah semua ini masih akan berjalan jika Indonesia mendadak terkena bencana? Oleh karena itu manajemen bencana yang memadai diperlukan untuk mempersiapkan kemungkinan yang terbutuk. Pemanfaatan Big Data sebagai metode yang lebih akurat dalam memperkirakan dan memprediksi pola bencana sudah diakui UNDR (United Nations Disaster Risk Reduction) dan terbukti berhasil menyediakan prediksi yang lebih baik dalam semua tiga tipe bencana; bencana besar, pandemi, dan bencana mendadak. Salah satunya dapat dibuktikan dengan studi resiko geografis yang dihasilkan oleh citra satelit Landsat 5–7 dari tahun 1989 hingga 2012. Baik Big Data, Internet of Things dan pemanfaatan Artificial Intelligence dalam manajemen bencana pada dasarnya memiliki manfaat untuk optimalisasi mitigasi, deteksi dini, pengingkatan respons, dan pemulihan pasca bencana.

Namun dengan semua penerapan diatas, dan berkaca kembali dengan kondisi Indonesia, apa kondisi kita sudah memadai untuk menampung kemajuan dalam pemanfaatan teknologi tersebut? Contohnya dalam financial technology, OJK melansir bahwa menjamin perlindungan data nasabah seiring perkembangan teknologi fintech menjadi salah satu tantangan dalam langkah perwujudan Society 5.0 ini[3]. Dana pinjaman dalam P2P Lending bagi UMKM akan beresiko jika tidak diatur dalam Peraturan OJK (POJK) Nomor 77 Tahun 2016 dan illegal lending pun masih menjadi bayangan mengerikan bagi semua pengusaha. Belum lagi jika kita mempertimbangkan ketersediaan gawai dan teknologi yang memadai; apakah masyarakat memiliki akses untuk gawai yang memadai dalam mewujudkan inklusi ekonomi yang kita inginkan?

Beralih pada sektor energi. Direktur PT. Energy Biomassa Indonesia (EBI) Satrio Astungkoro menyebutkan bahwa 3 masalah utama dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia adalah teknologi, pendanaan dan ketersediaan bahan baku (biomassa)[4]. Konservasi energi masih mengandalkan dana pribadi perusahaan untuk digunakan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTB), ujar Satrio. Dengan pendanaan yang kurang mumpuni, pemanfaatan AI, Big Data dan IoT tentu belum efektif.

Dari segi mitigasi bencana, sudah banyak teknologi yang diterapkan dalam pemanfaatan pengumpulan data bencana yang lebih baik. Namun keterbatasan dana yang ada masih menimbulkan kesan bahwa mitigasi di Indonesia bersifat ‘darurat’ (seadanya). Kemungkinan adanya bias data juga meningkatkan resiko pengumpulan data yang salah, hingga berbahaya khususnya bagi Indonesia dengan sumber alam melimpah, berada ditengah Ring of Fire dan secara teknis bencana bisa terjadi kapan saja.

Lalu apa yang harus dilakukan Indonesia? Prinsip Society 5.0 yang mengintegrasikan dan memanfaatkan teknologi tersebut demi kesejahteraan manusia berarti kita harus berkaca pada situasi dan kondisi masyarakatnya terlebih dahulu, Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN) Bambang Prasetya menegaskan hal tersebut. Pemanfaatan sumber daya Indonesia dengan bonus demografi, pertumbuhan ekonomi menengah dan rata-rata usia produktif menuntut Society 5.0 di Indonesia untuk berorientasi pada demand, menyerap tenaga kerja dan memperhatikan kesejahteraan dari masyarakat, pekerja dan mitra kerjanya[5]. Studi kualitatif juga diperlukan untuk memastikan kesejahteraan masyarakat sebagai pekerja. Selain itu, tak kalah penting, pemihakan politik anggaran yang baik akan sangat mendukung kemajuan penerapan Society 5.0 di Indonesia.

Terlepas dari kondisi Indonesia sekarang, kemungkinan juga hambatan yang ada, masa depan Indonesia ada di tangan kita sebagai pemimpin dari generasi selanjutnya. Semua ini tidak akan terwujud jika bukan kita yang mengambil aksi.

Jadi mari tanyakan diri kita masing-masing; are we ready for Society 5.0?

[1] https://medium.com/@padjadjaranfestconference/what-is-society-5-0-457a2c0fe93a

[2] https://medium.com/@padjadjaranfestconference/mengapa-society-5-0-perlu-diaplikasikan-di-dunia-f715c383700a

[3] https://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/puq2kf428/ekonomi/fintech/19/07/16/puq25h383-perlindungan-data-nasabah-jadi-hambatan-fintech-berkembang

[4] https://finance.detik.com/energi/d-3098320/tiga-hambatan-utama-pengembangan-energi-terbarukan-di-ri

[5] https://ldfebui.org/wp-content/uploads/2019/01/PPT_Masyarakat50-Pembangunan-yang-Berfokus-pada-Manusia_Turro.pdf

Referensi

Data Protection. (2018). Retrieved from GOV.UK: https://www.gov.uk/data-protection

Idris, M. (2015, Desember 17). Tiga Hambatan Utama Pengembangan Energi Terbarukan di RI. Retrieved from detikfinance: https://finance.detik.com/energi/d-3098320/tiga-hambatan-utama-pengembangan-energi-terbarukan-di-ri

Padjadjaran Fest & Conference 2020 Substance Team. (2020, Agustus 3). Mengapa Society 5.0 Perlu Diaplikasikan di Dunia? Retrieved from Medium.com: PFC 2020: https://medium.com/@padjadjaranfestconference/mengapa-society-5-0-perlu-diaplikasikan-di-dunia-f715c383700a

Padjadjaran Fest & Conference 2020 Substance Team. (2020, Juli 21). Perbedaan Industrial Revolution 4.0 dengan Society 5.0. Retrieved from Medium.com: PFC 2020: https://medium.com/@padjadjaranfestconference/perbedaan-industrial-revolution-4-0-dengan-society-5-0-73838dd5448f

Padjadjaran Fest & Conference 2020 Substance Team. (2020, May 22). What is Society 5.0? Retrieved from Medium.com: PFC 2020: https://medium.com/@padjadjaranfestconference/what-is-society-5-0-457a2c0fe93a

Sennaar, K. (2019, July 9). Artificial Intelligence for Energy Efficiency and Renewable Energy — 6 Current Applications. Retrieved from emerj.com: https://emerj.com/ai-sector-overviews/artificial-intelligence-for-energy-efficiency-and-renewable-energy/

Wongkaren, T. S. (n.d.). Masyarakat 5.0: Pembangunan yang Berfokus pada Manusia. Retrieved from Lembaga Demografi FEB UI: https://ldfebui.org/wp-content/uploads/2019/01/PPT_Masyarakat50-Pembangunan-yang-Berfokus-pada-Manusia_Turro.pdf

Zuraya, N. (2019, Juli 16). Perlindungan Data Nasabah Jadi Hambatan Fintech Berkembang. Retrieved from Republika.co.id: https://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/puq2kf428/ekonomi/fintech/19/07/16/puq25h383-perlindungan-data-nasabah-jadi-hambatan-fintech-berkembang

--

--

Padjadjaran Fest & Conference 2021
Padjadjaran Fest and Conference

An event organized by FISIP Padjadjaran University students that consists of conferences, national seminar, debate competitions, and panel discussion.