Satu Genggaman, Satu Ancaman Mematikan

PanchoNgaco
Pancho Ngaco
Published in
5 min readOct 30, 2020
Foto dari Christian Wiediger di Unsplash

Kemajuan teknologi membawa kita pada digitalisasi besar-besaran. Semua yang dulu kita lakukan dengan susah payah, kini menjadi begitu mudah karena adanya produk-produk digital yang membuat segalanya terasa lebih praktis.

Salah satu produk dunia digital yang sangat canggih adalah ponsel pintar (smartphone). Alat komunikasi generasi terbaru ini menawarkan ribuan kemudahan dalam satu genggaman. Dulu, orang bertukar pesan jarak jauh dengan bantuan surat yang bahkan dikirimkan oleh burung dara. Digitalisasi kemudian membawa pertukaran pesan ini menjadi sama cepatnya dengan kilat berkat perangkat ponsel pintar. Ponsel pintar ini bahkan berfungsi multi sebagai pengingat, surat kabar, kamera, pemutar musik, remot TV, bahkan asisten pribadi.

Berkolaborasi dengan internet, ponsel pintar semakin sakti mandraguna. Dalam sentuhan jari, kita bisa melakukan apa saja. Kita bahkan bisa menggerakkan massa dan membangun revolusi hanya dengan koordinasi melalui pesan singkat di WhatsApp.

Bagaikan serigala berbulu domba, ponsel pintar yang menawarkan ribuan kemudahan, ternyata menyembunyikan satu ancaman. Meski jumlahnya hanya satu, aku merasa ancaman ini adalah ancaman yang paling mematikan di dunia. Ancaman itu adalah invasi privasi.

***

Bagiku, hal yang paling penting dalam kehidupan manusia adalah kedaulatannya atas diri sendiri. Ketika manusia kehilangan “ruang pribadinya”, maka orang itu kehilangan kedaulatannya. Hakikatnya sebagai manusia pun terkikis karena kemampuannya untuk mengendalikan diri sendiri berkurang.

Foto oleh Jason Dent di Unsplash

Invasi terhadap privasi manusia terjadi dengan begitu hebatnya sejak internet hadir. Invasi ini bahkan terjadi dengan begitu mudahnya melalui genggaman kita sendiri dalam bentuk ponsel pintar. Adanya ponsel pintar malahan membuat kita ikhlas menikmati invasi privasi tersebut.

Perangkat digital dalam genggaman bernama ponsel pintar pada dasarnya memang memberikan kita kemudahan untuk melakukan apa saja. Sebagai gantinya, kita harus ikhlas memberikan ruang terbuka untuk “mereka” membaca privasi kita dengan gamblangnya. “Mereka” ini adalah korporasi besar yang membutuhkan data kita untuk membuat produk-produk digital baru yang nantinya akan membuat kita terus ketergantungan dengan mereka, lagi, lagi, dan lagi.

Ribuan kemudahan yang kita nikmati dari ponsel pintar dalam genggaman membuat kita terlena. Kita merasa senang-senang saja ketika ponsel meminta akses biometrik (sidik jari dan wajah), hanya agar kita bisa lebih mudah mengunci dan membuka kunci ponsel kita. Kita merasa senang-senang saja ketika media sosial kita dengan hebatnya bisa menampilkan iklan atas produk yang ternyata diam-diam kita inginkan.

Kehadiran ponsel pintar dalam genggaman membuat kita bisa mengakses media sosial setiap waktu. Saat sudah begitu, terlena lah kita pada kenyamanan itu. Setiap hari kita bermain media sosial hingga berjam-jam. Kita membagikan apa saja, dari apa yang kita suka, apa yang kita pakai, ke mana kita berpergian, bagaimana kita hidup, hingga di mana kita hidup. Tak sekadar membagikan isi kepala, kita juga membagikan isi tas, isi kamar, bahkan isi pakaian dalam kita.

Selain bersosialisasi, ponsel pintar membawa toko serba ada ke rumah. Kita jadi bisa berbelanja apa saja dengan modal menggerakkan jari di layar ponsel, dari mana saja dan kapan saja.

Kenyataan di balik kepraktisan ini adalah konglomerasi korporat yang sibuk merekam pola konsumsi kita. Dengan perekaman itu, korporat bisa mengetahui apa yang kita butuhkan. Mereka kemudian akan menampilkan iklan atas produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan kita. Dari situ, kita akan dibuat tergoda untuk belanja terus menerus.

***

Foto oleh Sebastian Scholz (Nuki) di Unsplash

Perkembangan teknologi sudah sampai pada titik di mana kita bisa memiliki rumah pintar atau smart home. Rumah pintar ini bisa berfungsi otomatis untuk memudahkan kita beraktivitas. Dia bisa menyalakan dan mematikan lampu, menyalakan dan mematikan pendingin ruangan, menyalakan dan mematikan pemutar musik, mengunci dan membuka pintu, dan masih banyak lagi. Menariknya, kendali atas rumah pintar ini juga bisa kita lakukan melalui ponsel pintar dalam genggaman.

Tak hanya mengendalikan rumah, ponsel pintar juga dapat membantu kita mengendalikan hidup kita. Kita bisa mencatat aktivitas harian, mencatat daftar kegiatan yang harus dilakukan, memasang pengingat, hingga mencatat janji seperti layaknya sekretaris pribadi.

Selain itu, aplikasi dalam ponsel pintar ada jutaan jumlahnya, bahkan lebih. Setiap aplikasi meminta akses tertentu dari ponsel pintar kita. Karena kita membutuhkan manfaat aplikasi tersebut, kita jadi membuka akses lokasi, kontak, hingga memori penyimpanan ponsel kita, tanpa merasa curiga.

Sebagai ganti dari kemudahan tersebut, kita harus rela ponsel pintar membaca semua aktivitas termasuk pola kehidupan harian kita. Kita harus biarkan mereka yang ada di balik ponsel, bisa mengetahui lokasi kita, kontak yang kita, termasuk apa saja yang kita simpan dalam ponsel tersebut.

***

Hanya dari satu genggaman, kita bisa ditelanjangi dengan begitu mudah dan begitu ikhlasnya. Kehidupan kita pun telah sampai pada nihilnya ruang pribadi. Apalagi jika data kita dibobol oleh hacker yang bertebaran di dunia maya. Kamera dan mikrofon ponsel kita mungkin bisa menyala sewaktu-waktu tanpa kita sadari. Apa yang kita lakukan dan bicarakan, bisa terdengar oleh orang di luar sana yang jelas-jelas tidak kita kenali sama sekali.

Foto oleh Velizar Ivanov di Unsplash

Ketelanjangan ini pada dasarnya juga memudahkan orang yang tidak bertanggung jawab untuk melancarkan aksi kejahatannya. Misalnya, ketika kita membagikan foto anak kita di sekolahnya. Orang jahat akhirnya menjadi tahu siapa anak kita dan di mana ia bersekolah. Akhirnya, penculikan bisa dengan mudah terjadi (mungkin contoh ini terlalu ekstrim dan terkesan memaksa. Namun, kenyataannya hal ini pernah terjadi di dunia nyata).

Sayangnya, keringkihan teknologi satu ini tidak bisa kita hindari sama sekali. Mungkin ada cara-cara yang bisa kita lakukan untuk mengurangi risiko tersebut. Salah satunya bisa dengan memasang penutup kamera di ponsel (walaupun tetap saja, meski mereka tidak bisa melihat aktivitas kita, mereka bisa mendengarkan pembicaraan kita) dan tidak sembarangan memasang aplikasi yang kredensialnya meragukan. Kita juga bisa mengendalikan diri dengan tidak membagikan segalanya di media sosial.

Semoga kita bisa selamat.

--

--