Tips Jitu UX Writing: Telling Story Through Words

Neraca Cinta Dzilhaq
Pegadaian Design
Published in
5 min readJul 27, 2023
Photo by Icons8 Team on Unsplash

UX Writer dan copywriter biasa ternyata punya perbedaan yang signifikan, lho! Tahukah kalian, bahwa menjelaskan sebuah desain itu butuh skill. Karena bagaimanapun juga, sebuah instruksi dalam aplikasi itu harus tetap jelas, sesuai dengan persona brand, namun juga menarik.

Sama seperti posisi lainnya dalam sebuah tim, UX Writer memiliki role yang berbeda dan khas. Kalau kalian berpikir bahwa UX Writer hanya menerima kerjaan untuk membuat copywriting, kalian salah besar! UX Writer harus mempersiapkan diri dengan mumpuni sebelum mendalami perannya. Mereka harus tahu deadline project sampai kapan, resources yang tersedia apa saja, konteksnya seperti apa, limit karakter dalam desainnya, dan lain-lain.

Selain itu, dalam menulis copywriting untuk aplikasi, UX Writer sering terhantui oleh keterbatasan waktu dan keterbatasan ide. Kreativitas memang jadi kunci yang sangat penting bagi UX Writer untuk menghasilkan copywriting yang tepat sasaran bagi sebuah aplikasi. Maka dari itu, wajib bagi UX Writer untuk menjaga kreativitasnya, sekaligus mempersiapkan pekerjaannya dengan matang.

Daripada berpusing-pusing, saya akan melanjutkan untuk sharing dari konten sebelumnya, yaitu 5 Prinsip UX Writing yang Wajib Diketahui Pemula dengan tips-tips yang bisa kalian terapkan untuk ‘bercerita’ lewat copywriting kalian. Tips ini saya ambil dari buku Writing for Designers yang ditulis oleh Scott Kubie.

a. Persiapan

membuat mind map adalah salah satu cara untuk memetakan ide
Buatlah mind mapping untuk mengumpulkan ide. Photo by Niels Bosman on Unsplash

Seperti yang saya sampaikan dalam artikel sebelumnya, UX Writing harus memperhatikan seperti apa user persona, mengambil intisari dari hasil riset atau diskusi yang berjalan dalam tim, project brief, wireframes, dan task flows. Pokoknya, kumpulkan sebanyak-banyaknya ide untuk menyusun copywriting-mu. Setelah inspirasi terkumpul, kamu bisa menggunakan metode mind mapping untuk mengklasifikasikan setiap ide yang baru kamu kumpulkan, lalu mengidentifikasi berbagai kemungkinan ide lainnya. Jika sudah terkelompokkan, cobalah mencoret-coret dulu. Proses ini dinamakan free writing.

Tips nomor 1: Kumpulkan dan organisir ide dengan rapi untuk mendapatkan inspirasi menulis.

b. Komposisi

Tips kedua ini sangat penting pada saat kamu mulai membuat copywriting. Menyusun kata-kata yang cocok memang susah, tapi kamu bisa latihan dengan teknik one at a time. Misalnya, kamu mau membuat placeholder. Kerjakan itu dulu. Gunakan ide untuk membuat tulisan sebanyak-banyaknya. Kemudian, kalau kalian membuat error messages, buatlah juga beberapa variasi. Kuncinya adalah mindful dengan apa yang kamu tulis. Jangan lompat-lompat.

gunakan waktu untuk membuat tulisan sebanyak-banyaknya
Mulailah menulis sebanyak-banyaknya! Photo by lilartsy on Unsplash

Lalu, bagaimana kalau kita takut bahwa copy yang kita tulis kurang akurat? Scott Kubie menasehati kita untuk kembali kepada objectives. Misalnya, kalau kamu mau menulis copywriting di halaman onboarding. Di halaman ini, kamu harus memberikan kesan yang bagus terhadap aplikasi supaya user tergerak menggunakannya. Katakanlah, aplikasi kamu adalah aplikasi keuangan yang punya keunggulan bebas biaya admin. Maka dari itu, objectives dari copywriting kamu adalah memperkenalkan benefit dari bebas biaya admin ini kepada user.

Jangan lupa, ya! Ketika kamu menulis, gunakanlah kata-kata yang sesuai dengan user persona dan tone of voice!

Tips nomor 2: Jadilah penulis yang mindful, dan perhatikan kembali tujuan penulisan copy yang kamu buat!

c. Editing

Setelah menulis copywriting, alur selanjutnya adalah memberikannya kembali pada tim kita untuk meminta feedback. Mengapa hal ini penting? Bisa jadi tim punya pendapat atau insight yang berbeda terkait copy tersebut.

Kalau sudah dapat feedback, yang bisa kita lakukan selanjutnya adalah mengeditnya sebelum finishing.

proses mengedit melibatkan umpan balik dari anggota tim
Mengedit melibatkan feedback dari tim. Photo by Jason Goodman on Unsplash

Tapi ingat, ketika mengedit copy, pastikan draft awal jangan dihapus, ya!

Tujuan menyimpan draft awal dari copy memungkinkan untuk:

  1. Memberikan referensi kepada tim untuk pengembangan desain.
  2. Melakukan comparison (perbandingan) dengan mudah antar perubahan.
  3. Keeping tracks dari setiap versi copy yang kamu buat.

Sedikit tips dari saya, kamu juga bisa mengandalkan plugin di Figma untuk membantu kamu mengedit. Plugin yang saya rekomendasikan adalah Ditto.

tampilan halaman web ditto
Tampilan halaman web Ditto.
tampilan plugin figma ditto
Tampilan plugin Figma Ditto.

Melalui plugin Ditto, kamu bisa mengidentifikasi dengan mudah mana copy yang perlu diedit dari sebuah desain. Setiap perubahan yang dibuat juga akan disimpan dalam cloud sehingga bisa kamu tinjau ulang.

Tips nomor 3: Kamu bisa mengandalkan plugin untuk mengedit tulisan kamu.

Nah, setelah mengedit selesai, kini waktunya untuk tahap terakhir, yaitu finishing!

d. Finishing

Sebelum handover desain, ada baiknya untuk melakukan recheck dan review terakhir. Hasil review ini bisa kamu dapatkan dari masukan user saat melakukan UT (usability testing). Maka dari itu, UX Writer juga penting untuk berpartisipasi dalam UT untuk melihat masukan-masukan dari user terkait desain dan copy yang dibuat.

Masukan dari Usability Testing sangat penting. Photo by David Travis on Unsplash

Pada tahap finishing ini, kamu masih punya kesempatan untuk memastikan setiap copy terhubung dengan halaman-halaman yang tersedia di aplikasi. Jangan sampai ada yang terlewatkan. Apalagi, jika copy tadi merupakan kunci user menuju sebuah link.

Perhatikanlah apabila link tersebut mengharuskan user untuk membuka dialog box, downloading file, atau open a new window. Gaya ‘bicara’ kamu saat menulis semestinya mengarahkan user untuk melaksanakan perintah-perintah tersebut dengan efektif dan efisien.

Perhatikan juga spacing, besar kecilnya huruf, penyebutan istilah, dan tanda baca yang kamu gunakan, ya! Kesalahan-kesalahan kecil seperti itu bisa berpengaruh pada UI saat di-develop nantinya oleh engineer.

Tips nomor 4: Gunakan waktu untuk memeriksa semua tulisanmu!

Penutup

Nah, itu dia beberapa tips yang bisa kamu terapkan untuk membuat copywriting di dalam aplikasi dengan efektif dan efisien. Namun, karena proses UX Writing itu membutuhkan jam terbang, latihan terus menerus juga harus kamu lakukan setiap saat dan setiap waktu. Jadi, jangan takut kalau kamu masih di tahap memulai. Kuncinya adalah terus berusaha dan menambah skill. Tetap semangat, ya!

Buat kamu yang pengen tahu lebih banyak ilmu seputar UI/UX Design, jangan lupa follow terus artikel menarik kami di Pegadaian Design!

Referensi:

  • Kubie, S. (2018). Writing for Designers. New York: A Book Apart.

--

--

Neraca Cinta Dzilhaq
Pegadaian Design

UX Writer, aspiring UI/UX researcher, psychologist, content creator, and blogger who is interested in mental health and technology.