Ramadhan Bertokoh (bag. 2)

Bagus Poetra
Penacava
Published in
17 min readMay 23, 2020

Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan amalan. Salah satunya adalah belajar. Pada tulisan ini, semoga kita dapat belajar banyak dari tokoh-tokoh yang dituliskan di sini. Tokoh yang ditulis merupakan tokoh muslim yang hidup dalam dua abad terakhir baik di dalam maupun luar negeri. Tulisan tokoh ini diunggah setiap hari selama bulan ramadhan 1441 H/2020 M di instagram @bgs_poetraa. Ini adalah bagian kedua dari tulisan Ramadhan Bertokoh.

Baca bagian pertama di sini.

16. K.H. AHMAD DAHLAN

Bernama kecil Muhammad Darwis, ia lahir di Kauman, Yogyakarta pada tahun 1868. Lahir dan besar dari keluarga abdi dalem di Kauman membuatnya dekat dengan lingkungan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Ia adalah keturunan ke-12 dari Sunan Gresik.

Ia pergi haji dan menuntut ilmu di Mekkah ketika berusia 15 tahun. Di sana lah pertama kalinya ia berinteraksi dengan pemikiran al-Afghani, Abduh, Ridha, dan Ibn Taimiyyah. Sepulangnya pada tahun 1889, ia mulai menggunakan nama Ahmad Dahlan dan menikah dengan Siti Walidah yang kelak dikenal sebagai Nyai Ahmad Dahlan.

Sebelum mendirikan Muhammadiyah, beliau banyak terlibat dengan organisasi masyarakat kala itu seperti Jam’iyatul Khair, Boedi Oetomo, Sarekat Islam, dan Comite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad saw. Perjuangannya mendirikan Muhammadiyah sebenarnya didukung oleh keraton. Akan tetapi, kondisi pemerintahan kala itu membuat langkahnya terhambat akibat birokrasi.

Beliau melihat umat yang saat itu sedang merosot. Persoalan mistisme dan arah kiblat masjid adalah di antara yang ia amati. Bermula dari pembenahan kiblat masjid, ia menjalankan langkahnya dalam pembaharuan islam di tanah Jawa. Ia kemudian mendirikan Muhammadiyah pada tahun 1912 dan baru mendapatkan izin resmi dari Pemerintah Hindia-Belanda pada 1914. Hanya dalam beberapa tahun suara reformasinya diikuti di berbagai kota di Jawa dan menjadi salah satu organisasi islam terbesar di Nusantara.

Ia pernah berkata,

“Apabila pemimpin-pemimpin negara dan para ulama itu baik, maka baiklah alam. Dan apabila pemimpin-pemimpin negara dan para ulama itu rusak, maka rusaklah alam (masyarakat) dan negara.”

Muhammadiyah yang ia dirikan telah menjadi organisasi besar yang memiliki aset dan kader di berbagai kota di Indonesia. Kiprah dan kontribusinya untuk masyarakat juga telah diakui selama seabad ini. Ia telah menjadi ulama teladan yang membawa semangat pembaharuan.

Ialah K.H. Ahmad Dahlan.

17. K.H. MUHAMMAD HASYIM ASY’ARI

Beliau lahir pada tahun 1871. Melalui jalur ibunya, ia merupakan keturunan kedelapan dari Jaka Tingkir (Sultan Pajang). Ayahnya adalah seorang pimpinan pesantren di Jombang.

Perjalanannya menuntut ilmu dilakukan selama masih di Jawa dan ketika berhaji ke Mekkah. Di Mekkah, beliau berguru kepada banyak ulama. Salah satu gurunya adalah Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi yang juga merupakan guru dari K.H. Ahmad Dahlan.

Ia mulai mendirikan pesantren di Tebuireng ketika pulang. Berawal dari tempat yang sulit dan santri yang sedikit, pesantrennya kian lama berangsur-angsur menjadi besar. Sampai saat ini, Tebuireng telah banyak mewarnai gambaran pondok pesantren di Indonesia.

Setelah terjadinya beberapa peristiwa penting di Timur Tengah, urgensi membentuk organisasi islam semakin mencuat dalam benaknya. Pada tahun 1926, setelah melakukan istikhoroh dan meminta nasihat dari guru-gurunya, ia kemudian mendirikan organisasi yang kelak akan menjadi organisasi islam terbesar di Asia Tenggara, Nahdhatul Ulama (Kebangkitan Ulama). K.H. Hasyim Asy’ari menjadi Rais Akbar pertama dan satu-satunya karena setelahnya hanya disebut Rais Aam.

Mbah Hasyim pernah berkata,

“Sungguh kebenaran bisa lemah karena perselisihan dan perpecahan. Sementara kebathilan kadang menjadi kuat sebab persatuan dan kekompakkan.”

Selain merupakan seorang ulama besar, K.H. Hasyim Asy’ari juga adalah tokoh penting dalam kebangkitan bangsa. Perjuangannya melawan Belanda telah diakui oleh orang-orang sehingga memantaskannya menjadi salah satu tokoh pahlawan Indonesia.

Ialah Hadratussyaikh Kiai Haji Muhammad Hasyim Asy’ari.

18. K.H. AGUS SALIM

Ia lahir di Gadang, Sumatera Barat, pada tahun 1884. Ayahnya memberi nama Masyudul Haq dengan harapan ia besar menjadi “pembela kebenaran”. Ia lulus dari sekolah menengah Belanda, Hogere Burger School dengan nilai paralel tertinggi di HBS se-Hindia-Belanda.

Ia berangkat ke Jeddah untuk bekerja sebagai Konsulat Belanda, sekaligus berguru pada pamannya, Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, yang juga merupakan guru dari K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari. Di tahun 1915, ia bergabung dengan Sarekat Islam (SI) dan menjadi pemimpin kedua setelah Tjokroaminoto. Orang kerap menyebutnya dengan julukan “The Grand Old Man” atau “Pak Tua Besar” ketika menapaki puncak karirnya di politik pada tahun 1946–1950.

Ia pernah diejek ‘mirip kambing’ oleh lawan politiknya. Tapi ejekan itu diterima dengan halus. Terang saja karena ia adalah seorang cendekiawan muslim senior yang sejak muda sudah menampakkan kecerdasannya. Ia mampu berbicara fasih dalam sembilan bahasa.

Dengan kemampuan dan pengalamannya di bidang hubungan internasional, ia dipilih sebagai menteri muda luar negeri pada kabinet Sutan Sjahrir II dan III, serta menjadi menteri luar negeri pada kabinet Amir Sjarifuddin dan Hatta. Setelah berhenti dari politik pada tahun 1953, ia beralih menjadi penulis buku.

Ia pernah berkata,

“Memimpin adalah menderita, bukan menumpuk harta.”

Kepiawaiannya menjadi teladan bagi para penerusnya. Sebagai cendekiawan muslim, ia telah memberikan pengaruh besar dalam mempertahankan kedaulatan negara Indonesia.

Ialah Haji Agus Salim.

19. MUHAMMAD ASAD

Ia lahir dari keluarga Yahudi pada tahun 1900 di Lemberg, Astro-Hungaria (sekarang Ukraina). Bernama asli Leopold Weiss, ia merupakan keturunan rabbi Yahudi. Ayahnya, mengubah tradisi, bekerja menjadi pengacara. Weiss sudah mempelajari banyak kitab Yahudi dan menguasai bahasa Ibrani sejak kecilnya.

Ia mulai mengenal islam ketika tinggal di Yerusalem atas undangan pamannya yang merupakan seorang psikoanalis pengikut Sigmund Freud. Perkenalannya dengan islam mengantarkannya menjadi mualaf di Berlin pada tahun 1926 dan berganti nama menjadi Muhammad Asad.

Di Barat, Asad dikenal sebagai “The bridge between Islam and The West” atau “Jembatan antara Islam dan Barat”. Sebagai jurnalis, ia banyak menulis mengenai koreksi terhadap pandangan umum Barat terhadap Islam. Salah satu karyanya yang berjudul Islam at The Crossroads (1934) menjelaskan bagaimana Asad melihat cinta sebagai salah satu alasannya memilih Islam. Ia banyak bertutur menganai hakikat cinta dalam mencintai banyak hal, termasuk mencintai Tuhan.

Orang mengenalnya sebagai jurnalis, pemikir, ataupun cendekiawan. Karya-karyanya menjadi jalan bagi Barat mengenal Islam dengan pandangan positif. Ia juga menulis The Message of The Quran (1980) yang menjadi Magnum Opusnya. Asad juga dikenal sebagai ahli tafsir dan politikus muslim. Oleh Sir Iqbal, ia pernah diajak menyusun tatanan negara Pakistan, meskipun sedikit kecewa karena pada akhirnya negara tersebut tak seperti yang ia harap.

Asad dalam bukunya pernah berkata,

“Islam bagiku bak karya arsitektur sempurna. Segala bagiannya secara harmonis dipahami saling melengkapi satu sama lain. Tak ada yang sia-sia dan kurang. Menghasilkan sebuah tatanan seimbang yang absolut dan ketenangan yang teguh.”

Karyanya bisa jadi telah menjadi wasilah bagi Barat untuk mampu menerima Islam dengan terbuka. Asad telah menunjukkan bahwa Islam pada hakikatnya mengajarkan cinta di dunia yang penuh peperangan.

Ialah Muhammad Asad.

20. MUHAMMAD ALI JINNAH

Karachi adalah tempatnya lahir. Catatan sekolah menulisnya lahir pada tahun 1876, walau ia sendiri mengakui dilahirkan pada tahun 1875. Ayahnya adalah saudagar kaya yang pindah ke Karachi bersama istrinya tak lama setelah menikah.

Ia diminta oleh Ayahnya untuk pergi ke Inggris untuk belajar berbisnis. Akan tetapi Jinnah lebih memilih untuk bersekolah di bidang hukum di The Inn of Court School of Law. Ia kemudian menjadi pengacara dengan mempelajari sistem politik Britania Raya. Dari sana ia kulai berasosiasi dengan ide-ide liberalisme dan nasionalisme.

Di kala penjajahan Inggris itu, para nasionalis baik dari golongan hindu maupun muslim India secara aktif menyuarakan independensi dari penjajahan, tak terkecuali Jinnah. Ia mulai berkecimpung di dunia politik ketika bergabung dengan Kongres Nasional India pada tahun 1906, dan pada tahun 1913, Jinnah bergabung dengan Liga Muslim India.

Sama seperti yang lain, Jinnah juga berusaha menyuarakan hak-hak warga India dan muslim dalam bernegara. Tokoh besar yang juga berpengaruh dalam hidupnya adalah Sir Iqbal yang sudah dianggap seperti mentor baginya.

Ia pernah berkata,

“Berpikirlah ratusan kali sebelum memgambil keputusan. Tetapi setelah memutuskannya, berdirilah sebagai lelaki dalam memegangnya”

Perjuangannya di Pakistna membuat Mahatma Gandhi menjulukinya sebagai “Qowaidul Azam” atau “Pemimpin Agung”. Ia merasakan manisnya kemerdekaan Pakistan sebagai negara muslim meski hanya setahun. Tetapi ia telah menjadi contoh dari tekad yang kuat dalam menyongsong kemerdekaan manusia.

Ialah Muhammad Ali Jinnah.

21. SAID NURSI

Lelaki kurdi ini lahir pada tahun 1877. Keluarganya adalah muslim yang taat dan sederhana. Dari ibunya lah ia belajar agama dan terinspirasi untuk menekuni persoalan keislaman.

Sedari kecil ia telah tertarik kepada ajaran sufisme. Bermodalkan otak yang tajam dan ingatan yang kuat, ia mempelajari ilmu-ilmu islam di sekolah maupun luar sekolah. Gurunya sendiri, Syaikh Fetullah Effendi, menjulukinya sebagai “Bediuzzaman” atau “Keajaiban Zaman” karena keluasan pengetahuannya.

Setelah kalah pada Perang Dunia 1, Kesultanan Utsmani mengalami kemunduran yang signifikan. Menanggapi hal itu, Mustafa Kemal yang merupakan petinggi militer kala itu melakukan reformasi dan membentuk Republik Turki yang kelak melakukan berbagai upaya sekulerisasi dan deislamisasi terhadap Turki. Hal ini ditentang oleh para ulama sufi termasuk Said Nursi.

Ia menghabiskan puluhan tahun dalam pengasingan akibat tekanan Kemal. Tetapi selama pengasingan, ia berhasil melakukan banyak kerja yang justru membuat pemerintah semakin geram. Ia mendirikan gerakan Nursiyah yang ketika ia wafat telah memiliki ribuan pengikut di Turki. Pemikirannya pun dapat ditemukan pada karyanya selama pengasingan yang berjudul Risalah an-Nur. Sebuah ulasan mengenai Al-Quran yang menjadi salah satu karya penting islam di abad ke-20.

Nursi pernah berkata,

“Tiada daya untuk lepas dari kegelapan yang pekat dan tiada kekuatan untuk mendapatkan cahaya yang terang, kecuali dengan pertolongan Allah swt.”

Ia bisa dibilang menjadi tokoh saksi yang melihat perubahan Turki Utsmani dari kesultanan yang besar menjadi republik yang sekuler. Tapi itu tidak menghentikan langkahnya dalam mengatakan yang benar, meski harus diterpa banyak tekanan.

Ialah Bediuzzaman Said Nursi.

22. ABDUL KARIM Al-KHATTABI

Bernama asli Muhammad, ia lahir pada tahun 1883 di Agadir, Maroko. Ayahnya adalah seorang tetua dari suku Amazig di koloni Spanyol saat itu. Karim mempelajari quran dan bahasa arab dari ayahnya, sebelum ia pergi belajar di Universitas Qorowiyyin pada umur 19 tahun.

Ia kemudian menjadi seorang qadhi di usia yang sangat muda kala itu. Hal ini berkat hubungan keluarganya dengan koloni Spanyol di Maroko. Namun hal itu tidak bertahan lama karena politik di masa Perang Dunia 1 membuatnya tidak menyukai Spanyol dan dipenjara. Pada tahun 1920, ia memulai gerakan perlawanannya bersama kerabat dan pendukungnya melawan koloni Spanyol.

Peperangannya melawan Spanyol pada tahun 1921 merupakan kemenangan yang telak. Pasukannya mampu memukul mundur tentara Spanyol sehingga mengalami kekalahan berat. Meskipun kesulitan mengkonsolidasi suara di dalam negerinya, Karim tetap bekerja keras menjadikan pasukan Rif sebagai pasukan efektif melawan Spanyol.

Namun kemenangan itu harus berbalik ketika ia terpaksa melawan Spanyol dan Perancis secara bersamaan. Kekuatan gabungan Spanyol-Perancis pada tahun 1925 berhasil mengalahkan Pasukan Rif. Karim dan keluarganya kemudian diasingkan ke Pulau Réunion di Samudera Hindia selama 20 tahun. Karim pada akhirnya diberi perlindungan oleh Raja Faruq di Mesir. Akan tetapi, perlawanannya untuk membebaskan Maroko terus hidup sampai akhir hayatnya.

Ia pernah berkata,

“Di mana pun kolonialisme menang, kita kalah. Di mana pun kemerdekaan menang, kita juga menang.”

Dunia mengenalnya sebagai salah satu penemu taktik gerilya yang pertama kali. Perlawanannya bahkan menginspirasi Che Guevarra dan banyak tokoh pejuang kemerdekaan lain.

Ialah Muhammad bin Abdul Karim al-Khattabi.

23. MOHAMMAD ABDUS SALAM

Ia lahir pada tahun 1926 di Punjab (sekarang Pakistan). Daerah kelahirannya adalah kawasan miskin. Ia menghabiskan waktu kecil di sana sebagaimana anak yang lain. Tetapi Salam merupakan anak yang jenius. Ia meraih nilai matrikulasi tertinggi untuk Universitas Punjab ketika baru berusia 14 tahun.

Salam adalah seorang Fisikawan Teori. Ia mengambil program master di kampus yang sama dan meraih beasiswa untuk menjalani pendidikan doktoral di Cambridge. Di umurnya yang ke-25, tesisnya di bidang elektrodinamika kuantum berhasil merebut penghargaan internasional.

Kecerdasannya itu mampu mengantarkan Salam menjadi peraih Nobel di bidang Fisika pada tahun 1979 bersama kedua rekannya, Sheldon Glashow dan Steven Weinberg. Ketiganya bekerja sama menemukan teori electroweak pada tahun 1968 yang dalam dunia fisika teori merupakan batu pijakan dalam memahami teori unifikasi fenomena alam. Ia menjadi muslim pertama yang berhasil meraih piala bergengsi dunia sains modern tersebut.

Ia menjabat sebagai Menteri Sains dan Teknologi Pakistan pada tahun 1960. Perannya di Pakistan membuatnya mendapatkan julukan “Bapak Sains” atas program-programnya selama menjabat. Malangnya bagi Salam, ia harus pergi dari Pakistan setelah pemerintah memberi pernyataan resmi mengenai pengeluaran golongan Ahmadiyah dari status muslim, golongan yang sedari kecil merupakan aliran yang dianut keluarga Salam. Meskipun demikian, Salam tetap mencintai negaranya dan menunjukkannya melalui perbuatannya selama pergi dari Pakistan.

Salam pernah berkata,

“Inilah efek iman bagi semua fisikawan: semakin dalam kita mencari, semakin banyak keajaiban yang mencengangkan, semakin kita akan terpesona.”

Sumbangsihnya terhadap ilmu fisika telah diakui oleh para ilmuwan di dunia. Salam menjadi contoh bahwa seorang muslim yang bergama pun bisa hidup berdampingan dengan, bahkan menguasai, sains dan teknologi.

Ialah, Mohammad Abdus Salam.

24. YASSER ARAFAT

Ia lahir pada tahun 1929 Di Kairo, Mesir. Nama lengkapnya adalah Muhammad Yasser Abdur Rahman Abdur Rauf al-Qudwa al-Huseini. Ayahnya adalah seorang pedagang tekstil. Ketika umur lima tahun, ibunya meninggal dan Yasser dikirim ke Yerusalem untuk tinggal bersama kerabatnya.

Riwayat masa kecilnya tidak banyak diketahui dengan pasti dan ia juga sering mengklaim hal-hal tertentu seperti perkuliahannya di Universitas Texas yang sampai sekarang belum terkonfirmasi. Tetapi yang jelas adalah bahwa perjalanannya menjadi tokoh Palestina diwarnai kebenciannya kepada Zionisme Israel selama masa mudanya.

Ia bersama rekan-rekannya mendirikan Fatah pada tahun 1958. Fatah menjadi organisasi perlawanan terhadap Israel yang mengkampanyekan perlawanan kepada warga Palestina. Negara-negara Arab yang pada tahun 1964 membantu membentuk Palestine Liberation Organization (PLO), kewalahan dalam perang enam hari melawan Israel pada tahun 1967. Setelah kekalahan itu, PLO diambil alih Yasser yang menjadi ketuanya pada tahun 1969.

Yasser menarik perhatian dunia hingga pada akhirnya ia diundang untuk berbicara di forum PBB pada tahun 1974. Setelah panjang perjuangan yang ia lalui, pada tahun 1993, dilakukanlah Perjanjian Oslo yang menetapkan kedaulatan Palestina atas Gaza dan Tepi Barat. Peristiwa ini juga mengantarkan Yasser meraih nobel perdamaian pada tahun 1994.

Ia pernah berkata,

“Siapapun yang berdiri membela keadilan tidak mungkin dianggap sebagai seorang teroris.”

Sepak terjangnya membuat dia memiliki banyak posisi di mata dunia, baik sebagai pahlawan maupun sebagai musuh. Pengaruhnya di Palestina mewarnai berbagai kontroversi. Akan tetapi, Yasser tetaplah orang yang telah menuliskan namanya di sejarah, meski tak luput dari bermacam salah.

Ialah Yasser Arafat.

25. CUT NYAK DHIEN

Ia lahir dari keluarga bangsawan Aceh pada tahun 1848. Cut Nyak Dhien kecil merupakan anak yang cantik. Ia dididik langsung oleh orang tua dan guru dalam hal agama dan rumah tangga. Banyak yang menyukainya. Ia kemudian dinikahkan pada usia 12 tahun dengan seorang anak uleebalang (pejabat pemerintahan Aceh) yang bernama Teuku Cek Ibrahim Lamnga.

Perang dengan Belanda sudah berkobar saat itu. Ketika suaminya gugur dalam pertempuran pada tahun 1878, ia sangat sedih sekaligus murka. Ia bersumpah mengusir Belanda dari tanahnya. Ia menikahi Teuku Umar pada tahun 1880, sebagai janjinya untuk menerima pinangan lelaki yang mau membantunya mewujudkan sumpah tersebut.

Ketika Umar juga tewas pada tahun 1899, lahirlah murka keduanya. Ia terus berjuang melawan meskipun sampai kondisi kesehatannya memburuk. Salah seorang bawahannya berniat baik untuk menjalin kesepakatan dengan Belanda untuk menyerah dengan syarat perlakuan khisus kepada Cut Nyak Dhien. Tetapi itu merupakan pengkhianatan besar bagi perjuangan wanita tangguh itu. Inilah murka ketiganya.

Ia kemudian ditangkap dan diberi perawatan oleh Belanda, sesuai perjanjian bawahannya. Karena khawatir kembali mengamuk, Belanda mengasingkan Cut Nyak Dhien di Sumedang hingga ia mengembuskan nafas terakhir di sana. Barulah setelah Indonesia merdeka makamnya bisa ditemukan atas permintaan gubernur Aceh saat itu. Ia kemudian dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional.

Cut Nyak Dhien pernah berkata,

“Kita tidak akan menang bila masih terus mengingat semua kekalahan.”

Cut Nyak Dhien hidup dan meninggal sebagai manusia merdeka. Ia adalah perwujudan nyata dari kekuatan seorang perempuan besar dari tanah serambi mekkah.

Ialah Cut Nyak Dhien.

26. KARTINI

Ia lahir pada tahun 1879. Ayahnya, seorang bangsawan jawa, menikahi ibunya dari kalangan warga biasa. Dengan darah bangsawan, ia bergelar R.A. yang berarti Raden Adjeng, yang setelah menikah berganti menjadi Raden Ayu. Kartini kecil bersekolah di Europese Lagere School, sebuah sekolah yang umumnya untuk anak-anak Belanda. Meski hanya sekolah sampai usia 12 tahun, ia tidak berhenti mengembangkan pengetahuannya.

Kartini adalah pembelajar alami. Ia membaca banyak sekali tulisan dari surat kabar dan buku yang membentuknya menjadi seorang penulis yang baik. Tulisan-tulisannya ia kirim ke surat kabar dan kawan-kawannya di Belanda. Sebuah kumpulan suratnya diterbitkan di Belanda setelah ia wafat dengan judul Door Duisternis Tot Lich dan diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu beberapa tahun setelahnya dengan judul Habis Gelap, Terbitlah Terang. Karya ini yang kemudian menjadi pokok pemikiran Kartini.

Jika orang beranggapan bahwa Kartini bukanlah pahlawan yang bertempur langsung dengan Belanda, itu memang benar. Selama hidupnya, ia sama sekali tidak pernah berperang. Akan tetapi Kartini menuliskan pemikiran yang mendasari gagasan nasionalisme di Hindia-Belanda. Sitisoemandari Soeroto (1979) menyebutkan bahwa Kartini “menduduki tempat khusus dalam sejarah Indonesia Modern sebagai Ibu Nasionalisme”. Berbeda dengan anggapan populer yang menyebutkan Boedi Oetomo sebagai penggagas awal nasionalisme Indonesia.

Selain dikenal sebagai tokoh emansipasi wanita, Kartini memiliki kontribusi penting dalam pendirian ide kemerdekaan Indonesia. Gagasan Kartini pada tulisannya mendasari pendirian kelompok nasionalis, salah satunya adalah Kartini Club yang dibangun oleh Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo.

Kartini pernah berkata,

“Tiada awan di langit yang tetap selamanya. Tiada mungkin akan terus menerus terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita, lahir pagi membawa keindahan. Kehidupan manusia serupa alam.”

Ia ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1964. Meskipun usianya begitu muda, gagasannya terus bertahan sampai sekarang.

Ialah Raden Ayu Kartini.

27. NYAI AHMAD DAHLAN

Ia dilahirkan dengan nama Siti Walidah pada tahun 1872 di Kauman, Yogyakarta. Ayahnya adalah seorang kiyai penghulu di Kauman yang kemudian berprofesi sebagai saudagar batik. Ayahnya juga yang mengajarkannya mengaji dan belajar agama.

Meski sekolahnya semasa kecil tidak formal, keinginannya untuk berkecimpung di dunia pendidikan dijembatani oleh pernikahannya dengan Muhammad Darwis alias K.H. Ahmad Dahlan. Keduanya, pasangan serasi, saling mendukung impian masing-masing.

Sebagaimana ia mendukung suaminya mendirikan Muhammadiyah, ia juga didukung oleh K.H. Ahmad Dahlan mendirikan Sopo Tresno pada tahun 1914. Sopo Tresno adalah majelis ilmu yang diikuti oleh buruh wanita di pabrik batik keluarganya dan wanita lain sekitarnya. Setelah berkembang menjadi majelis besar, Sopo Tresno diresmikan sebagai organisasi bernama Aisyiyah.

Perannya cukup besar di organisasi tersebut maupun di Muhammadiyah. Sejak suaminya wafat, ia terus menjadi tokoh Muhammadiyah hingga mendapatkan julukan Ibu Muhammadiyah. Ia juga berasosiasi dengan tokoh-tokoh revolusi lainnya selama perjuangan kemerdekaan.

Ia pernah berkata,

“Perempuan sebagai pendamping suami juga memiliki hak untuk menjadi pintar.”

Tidak banyak yang tahu bahwa beliau adalah salah satu tokoh penting dalam perjuangan emansipasi perempuan di Indonesia. Ia telah memberikan contoh sebagai perempuan yang merdeka dan bekerja sama dengan laki-laki dalam memajukan bangsa.

Ialah Nyai Ahmad Dahlan.

28. RAHMAH EL YUNUSIYAH

Ia lahir pada tahun 1900 di Padangpanjang, Sumatera Barat. Keluarganya adalah pemeluk agama yang baik. Ia amat dekat dengan kakaknya, Zainuddin Labay El Yunusy, dan sering belajar darinya. Rahmah sangat menghormati kakaknya yang memiliki ilmu yang luas itu.

Kakaknya juga mendirikan sebuah sekolah, tempat Rahmah ikut belajar. Akan tetapi, melihat keterbatasan akses kaum perempuan di sana, Rahmah kesulitan menerima pelajaran dengan baik. Ia kemudian berpikiran untuk mendirikan sendiri sekolahnya yang akan dikhususkan bagi perempuan. Ia kelak mendirikan Madrasah Diniyah lil Banat atau Sekolah Diniyah Putri, sekolah pertama yang didedikasikan khusus untuk perempuan.

Mendirikan sekolah adalah upaya yang tidak ringan. Kakaknya wafat pada tahun 1924. Tokoh panutannya tidak lagi bisa mendukungnya menjalankan sekolah. Gempa bumi di Sumatera juga meruntuhkan bangunan sekolah saat itu. Ia berusaha agar sekolah tidak tutup dengan mencari sumber dana lewat berbagai tempat. Diniyah nyatanya tidak pernah tutup dan terus bertahan sampai sekarang.

Kiprahnya tidak berhenti sampai sana. Selama perjalanan kemerdekaan, ia berkali-kali berhafapan dengan Jepang dan Belanda. Ia bahkan dipenjara ketika tertangkap saat Belanda melakukan agresi. Setelah itu, ia juga sempat bergabung di kancah politik meski tidak begitu lama.

Ia pernah berkata,

“Perempuan sebagai pendamping suami juga memiliki hak untuk menjadi pintar.”

Diniyah seperti menggantikan posisi suami dan anak dalam kehidupannya. Karena itu pula ia dihargai oleh Universitas Al-Azhar dengan gelar kehormatan Syaikhah, pertama kalinya honoris causa itu disematkan kepada seorang perempuan. Perjuangannya sangat patut diteladani, bukan hanya oleh perempuan, melainkan juga oleh para lelaki.

Ialah Rahmah El Yunusiyah.

29. RASUNA SAID

Ia lahir di Maninjau, Sumatera Barat, pada tahun 1910. Keluarganya adalah bangsawan Minangkabau. Dengan latar belakang tersebut, Rasuna kecil mampu mengenyam pendidikan yang baik. Ia adalah satu-satunya santriwati di Pesantren ar-Rasyidiyah.

Selepas dari sana, ia melanjutkan ke Diniyah lil Banat milik Rahmah El Yunusiyah. Dari Rahmah, ia banyak belajar mengenai bagainana mengelola pendidikan perempuan dengan baik. Kiprah Rasuna tidak lepas dari haluan gerakan Rahmah baik di pendidikan maupun di politik.

Orang-orang mengenalnya sebagai orator ulung. Ia sangat pandai berpidato. Isi pidatonya sering sekali menyinggung penjajahan yang dilakukan Belanda sehingga ia jadi perempuan pertama yang dikenai pasal ujaran kebencian oleh pemerintah kolonial.

Setelah keluar dari penjara, ia melanjutkan kuliah di Padang. Ia kemudian juga menerbitkan surat kabar yang menyuarakan perjuangan kaum wanita. Pandangannya lebih condong kepada gurunya, Rahmah El Yunusiyah, alih-alih dengan Kartini. Selepas proklamasi, sepak terjangnya masih berlanjut di pemerintahan.

Perjuangannya terangkum dalam perkataannya,

“Majukan perempuan dengan pendidikan agar mereka merdeka.”

Pendidikan, jurnalistik, ataupun politik, jika umurnya lebih panjang lagi, ia kelak akan menambahkan bidang lain dalam perjuangannya memerdekakan bangsa, lebih khusus untuk kaum perempuan.

Ialah Hajah Rangkayo Rasuna Said.

30. MOHAMMAD HATTA

Hatta lahir pada tahun 1902 dengan nama asli Mohammad Athar. Orang tuanya berasal dari Minangkabau. Ketika ayahnya wafat pada usia hatta yang baru delapan bulan, ia dibawa dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga ibunya yang taat beragama.

Ia bersekolah di Jakarta dan kemudian melanjutkan ke Belanda. Di Belanda, ia bergabung dengan Perhimpunan Hindia-Belanda yang kemudian bersama teman-temannya ia ganti menjadi Perhimpunan Indonesia, sebuah simbol pergerakan antipenjajahan.

Karena upayanya itu, juga dengan sikapnya selama di Eropa, ia dipenjara Rotterdam. Ia juga pernah diasingkan ke Digul lalu ke Banda Neira. Meski demikian, sepak terjangnya melawan penjajahan masih terus berlangsung selama hidupnya.

Hatta berjanji bahwa ia baru akan menikah setelah Indonesia merdeka. Ketika ia menikah, ia menjadikan bukunya sebagai mas kawin. Hatta memang dikenal sebagai pecinta buku. Bahkan ketika di pengasingan, ia membawa buku-buku untuk menemaninya. Ia merasa merdeka ketika dengan buku, meski dipenjara.

Hatta pernah berkata,

“Pahlawan yang setia itu berkorban bukan untuk dikenal namanya, tetapi semata-mata membela cita-cita.”

Sejarah mencatatnya sebagai proklamator Indonesia, di samping Soekarno. Ia adalah tanda nyata bagaimana pendidikan mampu membawa manusia menuju gerbang kemajuan.

Ialah Drs. Mohammad Hatta.

EPILOG: RAMADHAN BERTOKOH

Dunia bergerak karena ramainya manusia. Setiap hari, sejarah dunia ditulis dan didirikan. Manusia-manusia pemberani, pembelajar, dan pemimpi telah menggerakkan sejarah dunia menjadi seperti sekarang. Kenyataan masa kini, itulah buah perbuatan manusia zaman dulu. Kenyataan masa depan, itulah kehendak manusia zaman sekarang.

Mempelajari para tokoh masa lalu membuat kita penasaran. Mereka menjalani waktu tanpa tahu masa depan apa yang sedang mereka nyatakan. Akan tetapi, mereka tetap bergerak meraih mimpi dan cita-citanya, sambil menorehkan sejarah di tinta para aksarawan.

Mereka bukanlah malaikat yang tidak memiliki cacat dan sisi buruk. Tapi mereka juga bukanlah iblis yang tak punya hati serta hasrat ilahiyah. Mempelajari kisah hidup para tokoh tidaklah mudah. Apalagi kalau kita menganggap mereka sebagai makhluk tanpa cela. Mereka tetaplah manusia. Namun jalan hidup mereka telah memberikan kita pengetahuan mengenai betapa merdekanya manusia menentukan takdir hidupnya.

Manusia kiwari membentuk kenyataan masa yang akan datang. Dengan mempelajari kiprah para tokoh, semoga manusia ini menjadi semakin waras akan perannya, dan menjadi semakin yakin bahwa Tuhan memberikan kesempatan bagi hamba-Nya yang mau menabur benih kebaikan, meskintanpa kehadirannya di masa depan.

Mari belajar sejarah. Mari mengambil pelajaran. Mari menerapkannya di masa kini, untuk membentuk dunia di masa depan.

Tabik.

--

--

Bagus Poetra
Penacava

Civil Engineer | Renewable Energy | Ordinary Science Guy | Writing, Philosophy, and Music |