Pake napza atau narkoba itu dianggap tabu, bodoh, tak bermoral, dan tentunya harus disembunyikan dari pengetahuan orang lain. Pake napza tentu ada dampak buruknya, dan dampak buruk itu bukan si pemakai-nya saja yang merasakan, tapi justru orang-orang di sekitar mereka. Pemerintah berusaha mengeliminasi napza dengan cara memeranginya habis-habisan, baik pengguna-nya, maupun produk napza-nya. Hasilnya, puluhan ribu pengguna masuk penjara, napza juga terus beredar. Hingga kini. Dalam hiruk pikuk itu, apa yang terjadi pada perempuan? Apakah perempuan diuntungkan dalam perang napza? Saatnya pengalaman perempuan diperhitungkan ketika mengatur kebijakan napza. Tujuannya sederhana. Agar negara ini berhitung, masih relevan-kah perang napza?