Bentuk Aplikasi Podcast Idaman Bagi Saya

Aditya Hadi Pratama
Podcast Buku Kutu
Published in
4 min readApr 22, 2019
Photo by Jaz King on Unsplash

Seperti yang saya sebutkan di artikel tentang Cara Mudah dan Gratis Membuat Podcast, saat ini kamu bisa mendengarkan podcast lewat berbagai aplikasi mobile, seperti:

Saat ini, Spotify dan Soundcloud mungkin adalah aplikasi yang paling sering digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk mendengarkan podcast. Namun karena aplikasi tersebut awalnya dibuat hanya untuk pendengar musik, maka mereka tidak mempunyai fitur-fitur khusus yang dibutuhkan oleh para pembuat dan pendengar podcast.

Sebaliknya, Anchor dan Castbox memang dibuat khusus untuk para pembuat dan pendengar podcast. Namun entah mengapa, masih ada pula beberapa keterbatasan di aplikasi mereka yang membuat podcast belum bisa sampai di potensi maksimalnya.

Lalu bagaimana sebenarnya bentuk aplikasi podcast yang ideal menurut saya?

  • Bisa menampilkan statistik yang lengkap, mulai dari berapa orang yang mendengarkan, berapa kali mereka mendengarkan, di menit berapa mereka menekan tombol pause dan selama berapa lama, hingga di menit berapa mereka berhenti mendengarkan. Anchor sebenarnya sudah berusaha menampilkan data-data ini untuk podcast yang mereka distribusikan ke Spotify dan platform lain, namun belum sedetail yang saya harapkan.
  • Bisa menampilkan profil demografi pendengar secara spesifik, seperti jenis kelamin, usia, tempat tinggal, hingga minat mereka secara umum. Data seperti ini sangat berguna untuk ditampilkan kepada perusahaan yang ingin memasang iklan di podcast kita. Hal inilah yang membuat perusahaan-perusahaan itu banyak memasang iklan di platform lain seperti Facebook, Instagram, dan YouTube, yang bisa menampilkan data tersebut secara rinci.
  • Menyambung kriteria di atas, menurut saya sebuah aplikasi podcast yang baik harus bisa memberikan beberapa pilihan monetisasi (sarana untuk mendapatkan uang) yang efektif bagi pembuat podcast. Seorang pembuat podcast harus bisa dengan mudah memasukkan materi iklan di awal, tengah, atau akhir sebuah podcast. Ia juga bisa memilih untuk menjual podcast miliknya secara satuan, dengan metode berlangganan (subscription), atau justru membagikannya secara gratis dan memungkinkan pengguna untuk memberikan sumbangan (tip). Beberapa platform seperti Podbean memang mempunyai fitur monetisasi, tapi masih sangat terbatas.
  • Kekurangan dari sebuah podcast, bila dibandingkan dengan artikel di dalam website, adalah kata-kata di dalamnya tidak bisa dicari lewat mesin pencari seperti Google. Karena itu, penting bagi sebuah aplikasi podcast untuk mempunyai fitur pembuatan transkrip secara otomatis dari sebuah rekaman suara. Teknologi ini memang sedikit rumit, tapi setahu saya sudah ada yang melakukan ini dengan baik untuk rekaman suara dalam Bahasa Inggris.
  • Menurut saya, sebuah aplikasi podcast yang ideal adalah aplikasi yang inklusif, alias bisa digunakan oleh semua orang yang ingin membuat atau menikmati podcast. Spotify menurut saya masih kurang inklusif, karena kita harus membayar biaya langganan untuk menggunakannya. Demikian juga dengan Inspigo, yang tidak memungkinkan kita untuk langsung mengunggah rekaman suara ke dalamnya. Aplikasi yang inklusif menurut saya mempunyai potensi yang besar untuk mengalahkan aplikasi lain yang sifatnya lebih “eksklusif”. Apa artinya aplikasi tersebut harus gratis? Tidak juga, tapi mungkin mereka bisa mencoba model bisnis freemium, di mana pengguna baru harus membayar bila ingin fitur-fitur tambahan.
  • Mendukung binge-listening. Istilah ini saya pinjam dari para pengguna Netflix, yang menunjukkan para pengguna Netflix yang sering menonton beberapa episode dari sebuah serial film secara terus menerus tanpa jeda. Di Indonesia, aktivitas seperti ini mungkin lebih dikenal dengan istilah “Maraton Nonton”. Kebanyakan aplikasi podcast yang ada sekarang tidak terlalu mendukung aktivitas itu, karena mereka lebih memprioritaskan podcast yang secara rutin dibuat tanpa tema khusus, sehingga semua episode yang ada ditampilkan dalam bentuk daftar yang memanjang ke bawah. Aplikasi podcast yang ideal menurut saya sudah harus memperhitungkan para pembuat podcast yang ingin membuat karya secara tematik, seperti para pembuat serial di Netflix.
  • Dan terakhir, aplikasi podcast yang ideal menurut saya harus mendukung interaksi yang menarik antara pembuat podcast dan para penggemarnya. Bila seorang influencer di Instagram bisa menanggapi penggemarnya dengan teks di DM, maka sudah seharusnya seorang pembuat podcast bisa menanggapi pesan suara yang dikirimkan penggemarnya, dengan pesan suara juga. Hal ini sebenarnya sudah dibuat oleh Anchor, namun masih belum dimanfaatkan secara maksimal oleh para penggunanya.

Di Indonesia, setahu saya belum ada aplikasi podcast yang ideal (atau bahkan mendekati ideal) seperti yang saya inginkan. Saya sendiri masih “bergantung” pada Spotify, Anchor, dan Soundcloud yang begitu minim fitur, terutama dalam hal monetisasi.

Menariknya, secara teknologi, semua hal di atas sebenarnya sudah mungkin untuk dibuat saat ini. Seorang developer hanya perlu membuat berbagai fitur itu mempunyai UI/UX yang baik, sehingga bisa dimanfaatkan secara optimal.

Akankah kita bisa menggunakan aplikasi seperti itu dalam waktu dekat? Kita tunggu saja.

Catatan: Penulis mempunyai sebuah channel podcast tentang dunia literasi yang bernama Podcast Buku Kutu. Silakan kunjungi untuk mendengarkan review buku-buku menarik dari penulis.

--

--