Design Thinking: Sebuah Solusi Untuk Meningkatkan Nilai Produk

Rizal Nur Shiddiq
UX Orbit Design
Published in
4 min readJun 7, 2019

Berbicara tentang desain, tentu kita tidak dapat memisahkannya dengan keindahan, seni, estetika, dan semua hal yang menurut hati kita nyaman. Karena sesuatu tampak indah, menarik, dan bagus dikarenakan hati menerjemahkannya demikian.

Lebih dari itu, desain bisa menjadi salah satu jalan memecahkan permasalahan. Suatu hal yang kompleks dan luas, bila kita memadukannya dengan desain maka akan menjadi hal baru yang lebih sederhana tanpa mengurangi nilai yang ada sebelumnya. Bahkan bisa jadi lebih baik dan lebih nyaman dipandang.

Kita tentu sadar bila hidup ini tidak terlepas dari segala macam permasalahan. Keadaan tersebut menjadikan manusia ke dalam dua tipe. Tipe pertama adalah orang yang membiarkan masalah itu menggeluti dirinya tanpa ada usaha untuk menyelesaikannya. Adapun tipe kedua adalah orang yang berusaha menyelesaikan masalah tersebut sedini mungkin.

Mulai Berpikir Ala Design

Sebelum itu, pernahkan kita menyadari bahwa mendesain sebuah kursi, meja dan peralatan kantor lainnya dibutuhkan proses pemikiran yang tidak sederhana? Seorang pengrajin kursi misalnya, Ia harus memilih bahan-bahan terbaik serta mengukur berapa berat dan tinggi badan orang yang akan menggunakan kursinya nanti. Dengan memikirkan hal-hal tersebut diharapkan dapat mengurangi kesalahan yang bisa terjadi selama proses pembuatan kursi, sehingga kursi tersebut menjadi nyaman saat digunakan.

Karena nantinya apa yang kita desain akan digunakan oleh banyak orang, maka merancang suatu produk berbeda rasanya dengan membuat sebuah karya seni.

Mulai berfikir seperti desainer akan mengubah cara pandang kita bahkan cara pandang sebuah organisasi/perusahaan dalam mengembangkan produk, layanan, proses dan strategi bisnis mereka. Pendekatan ini oleh IDEO disebut dengan design thinking. Design thinking memungkinkan orang yang tidak memiliki latar belakang sebagai desainer untuk mulai berpikir kreatif agar dapat mengatasi berbagai macam tantangan.

Photo by Sean Patrick Murphy on Unsplash

Design Thinking

Sebagaimana namanya, “Design Thinking”, dalam kata sederhana dapat kita terjemahkan menjadi “berpikir desain”. Konsepnya, design thinking tidak hanya berfokus pada penentuan secara rasional dan finansial tetapi secara perasaan. Fokusnya adalah pendekatan kepada manusia (Human Centered Design) atau user-centeric.

Menggunakan pendekatan user-centeric dapat mendorong kita untuk membuat berbagai inovasi sesuai kebutuhan pengguna. Nantinya inovasi tersebut dapat mengarahkan produk atau layanan kita pada keunikan dan keunggulan yang kompetitif.

Mengacu pada artikel yang ditulis oleh Sarah Gibbons di nngroup, membagi proses design thinking menjadi 6 tahapan.

1. Empathize

Pada tahap ini, kita harus bisa bagaimana menjalankan sebuah riset guna mengumpulkan data-data mengenai hal apapun seputar kebutuhan pengguna seperti apa yang pengguna kerjakan, katakan, pikirkan dan rasakan saat menggunakan produk atau layanan kita.

Mulailah menempatkan diri sebagai pengguna sehingga kita dapat benar-benar memahami kebutuhan pengguna. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan wawancara, observasi kehidupan pengguna, dan cara lainnya.

Sebetulnya banyak cara untuk mendapatkan empati pengguna, namun umumnya cara yang paling sering digunakan adalah user interview yang didukung dengan data analitik. Besar harapan nantinya kita dapat menyamakan prespektif kita dengan pengguna, Sehingga produk yang kita desain akan benar-benar sesuai dengan pemikiran dan perasaan pengguna.

2. Define

Setelah kita mengerti kebutuhan pengguna, maka kita perlu menggambarkan sebuah ide atau pandangan pengguna yang akan menjadi dasar dari produk atau aplikasi yang akan dibuat.

Pada bagian ini kita sudah dapat memprediksi peluang untuk berinovasi dan mengidentifikasi kebutuhan pengguna yang belum terpenuhi pada produk kita.

3. Ideate

Tahap berikutnya adalah mengumpulkan ide. Banyak sekali metode atau teknik dalam mengumpulkan ide-ide seperti Brainstorm, Brainwrite, Worst Possible Idea dan SCAMPER. Kita bisa menggunakan teknik yang mana yang memang efektif dan nyaman digunakan oleh kita dan anggota tim. Intinya jangan batasi ide-ide yang kita miliki.

Mungkin akan muncul ratusan ide-ide sebagai alternatif solusi masalah yang akan kita pecahkan. Perlu diingat, tidak ada ide yang terlalu berlebihan dan jika kita berdiskusi bersama dengan tim, jumlah mayoritas ide-lah yang harus kita utamakan.

4. Prototype

Pada tahap ini, kita mulai mengembangkan ide-ide yang telah terkumpul menjadi produk nyata yang sederhana. Selama proses prototype, kita mulai mempertimbangkan dampak dan kemungkinan yang akan terjadi pada produk akhir nantinya. Apakah nantinya ide kita masuk akal, tidak mungkin diterapkan atau akan terjadi apa nantinya jika ide kita diterapkan.

5. Test

Setelah prototype selesai, lakukanlah uji coba testing kepada pengguna. Catatlah baik-baik berbagai hal yang nantinya bisa menjadi data untuk meningkatkan kualitas produk kita. Tanyakanlah pada pengguna apakah prototype ini sudah sesuai atau perlu diperbaiki. Jika perlu diperbaiki, maka perbaikilah prototype kita sesuai dengan feedback dari pengguna. Tentu saja, kitapun dapat memberikan saran lain agar nantinya prototype menjadi lebih baik.

Terus ulangi ujicoba ini dan terus lakukan perbaikan hingga kita merasa permasalahan tersebut sudah berhasil terselesaikan.

6. Implement

Penting, pastikan bahwa solusi yang kita hasilkan sudah terwujud dan tepat -sasaran dengan kebutuhan user.

Penutup

Design thinking sebenarnya adalah sebuah berfikir secara mendalam yang dimiliki oleh kita semua namun “tertutup” oleh praktek pemecahan masalah yang terkadang lebih konvensional.

Setiap orang dapat berpikir kreatif, hanya saja apakah kita mau menerapkan cara berpikir kreatif atau design thinking tersebut ke tempat dimana kita bekerja dengan lebih baik lagi.

Metode ini sangat menarik karena dapat diterapkan diberbagai ranah ilmu pengetahuan. Seperti dapat meningkatkan penjualan dan nilai produk di pasar, meningkatkan kinerja bisnis, dan memperbaiki efisiensi waktu produksi.

Design thinking saat ini telah banyak diadopsi oleh perusahaan-perusahaan yang ingin mendorong inovasi pada organisasi mereka. Apakah kita akan mengadopsinya juga?

Terima kasih

Sumber dan Referensi

  1. https://www.nngroup.com/articles/design-thinking/
  2. http://adpii.org/2018/01/mengenal-design-thinking/
  3. https://www.gamelab.id/news/34-memecahkan-masalah-menggunakan-design-thinking
  4. https://medium.com/@mahisadd/yuk-berkenalan-dengan-design-thinking-54c7afcdc9fe
  5. https://sis.binus.ac.id/2017/12/18/design-thinking-2/

--

--