PENTING! Cara Desainer Bekerja dalam Industri Desain.

Apa sih yang sebenarnya pengen kamu tahu dari Prinsip Design dan implementasinya dalam dunia pekerjaan? Begitulah setidaknya tulisan ini bercerita.

Rudityas Wahyu
uxmarker
9 min readJun 27, 2020

--

Photo by Headway on Unsplash

*Disclaimer:
Tulisan ini bercerita tentang pengalaman pribadi sewaktu menjadi pemateri dalam acara online conference yang diadakan oleh DiLo Yogyakarta.

Topik yang diberikan dari pihak DiLo adalah tentang Principle UI/UX Design in Digital Design Industries. Pertama kali dapat topik ini langsung saya memutar kepala kekanan kiri atas bawah dan akhirnya pusing, bingung mau ngobrolin apa. Karena topik yang menurut saya lumayan berat untuk disampaikan. Salah satu alasannya adalah industri itu luas banget Bos, sedangkan saya ini masih lum banyak makan garam dalam perindustrian.

Demi berbagi dan saling membantu untuk para new designer serta menebar manfaat ke banyak orang, saya memberanikan diri untuk mengambil langkah maju. ***Maju itu kedepan, kalau mundur kebelakang, dan masuk itu kedalam, sedangkan kalau keluar, hmm apa ya?***……

Namun dalam sesi ini saya mencoba sedikit mengubah topiknya dengan memberikan perspektif dari sisi Designer bukan dari Design sebagai objeknya.
Berbicara mengenai industri sendiri setidaknya para desainer ini bisa dibagi dalam 3 ranah dalam memperjuangkan design mereka yaitu:

  1. Designer as a Lonely Wolf (Freelancer)
    Dimana designer disini bertindak sebagai Individual Contributor (IC) dalam sebuah project contract based design.
  2. Designer In-House Product Team.
    Dimana designer bagian dari sebuah tribe yang biasanya ikut dalam agile development.
  3. Designer in Design Agency.
    Dengan keadaan yang serba unpredictable, dituntut untuk PALUGACO (apa lo mau gua coba). Mostly use waterfall development.

Jadi, tulisan ini saya lebih ngomongin tentang Prinsip yang sebaiknya dimiliki oleh si Designer atau bisa juga untuk design practitioner (((sebaiknya lo!)))

Sebelum lanjut lebih dalam membaca tulisan ini, yuk kita definisikan dulu.

Photo by Alvaro Reyes on Unsplash

Apa Itu Design Principle dan Apa Fungsinya ?

Menurut hemat saya Design Principles adalah Value Statement yang terkait dengan tujuan sebuah produk. Atau istilah lebih kerennya dalam bahasa inggris

Design Principles is A value statement that is tied to the goals of the product.

sedangkan apabila kalian googling Design Principle bakalan ketemu banyak banget yang menjelaskan disana. Mulai dari berbagai macam istilah yang jarang-jarang didengar oleh telinga hingga yang susah dicerna bagi para muggle (non-designer) ada puluhan bahkan ratusan design principles disana. Tapi, bagi saya definisi yang mudah dipahami bisa diambil dari InteractionDesign.org *bukan mau promo. Kalau mau ikutan coursenya bisa klik link ini ya!

Design principles are fundamental pieces of advice for you to make easy-to-use, pleasurable designs.

Jadi bisa dibilang fungsi dari Design Principles itu sangatlah penting bagi Designer ataupun Design Team untuk membuat keputusan terbaik bagi pengguna mereka untuk produk atau layanan yang sedang mereka kerjakan.

Photo by Joshua Earle on Unsplash

Design Principles is Guiding stars for designers.
They ensure designers make the best decisions for their users for the product or the services they’re working on. — nngroup

Setelah sedikit memahami definisi dari design principles setidaknya kita, Hah Kita???? kamu aja kali.
Bisa mulai belajar sedikit demi sedikit prinsip design yang sudah mudah kita akses di internet atau yang sudah kalian pelajari dari design school. Ada berbagai macam principles dalam dunia perdesainan mulai dari Heuristic Evalution, law of ux, Usability Aesthetic, Golden Ratio, Human Centered Design(Please baca dengan nada nyinyir ya! e.g. isibility……) dan berbagai macam jargon kata para blackbelt designer disono, yang sangat tidak direkomendasikan untuk dibaca dan dipahami oleh para muggle dalam satu hari saja.

Jadi, saya mencoba menyampaikan dalam tulisan ini dengan bahasa manusia yang lebih sederhana. Setidaknya ada 5 Prinsip berdasarkan my personal experience yang bisa diterapkan oleh desainer ketika berjuang:

1. Be Empathetic

Maksudnya apa? maksudnya adalah kita sebagai desainer sebaiknya bisa berempati dengan user, tim maupun stakeholders.
Kenapa? jawaban sederhananya adalah

“People Ignore Design that Ignores People”— Frank Chimero

Photo by Josh Calabrese on Unsplash

Sebagai designer kita tidak hanya memiliki tugas untuk menciptakan sesuatu yang menarik secara visual, tetapi juga mempertimbangkan target audience maupun user. Kita harus bertanya siapa target user dan audience ini. Bagaimana perilaku mereka kesehariannya? Berapa umur mereka? Apakah mereka laki-laki atau perempuan? Di mana mereka tinggal? Apa fokus utama mereka? bahkan sampai penghasilan tahunan rata-rata mereka? Dan lain sebagainya. Kita tidak bisa egois dan merancang design sakwudelmu dewe (sesuai dengan kemauan kita sebagai designer).

Perlu diperhatikan juga berempati itu berbeda dengan bersimpati, dimana banyak diantara kita (*termasuk saya) masih sering hanya bersimpati daripada berempati. Mengenai perbedaan antara empati dan simpati bisa dilihat di video berikut.

Brené Brown on Empathy — The RSA Channel

2. Collaboration

Maksudnya berkolaborasi, meskipun ada diantara kita sebagai individual contributor ataupun seorang freelancer yang bekerja sendirian dalam sebuah project design, kita tetap tidak bisa bekerja sendirian kita pasti akan berkerjasama dengan oranglain.

Photo by Akson on Unsplash

Kenapa berkolaborasi? terlepas dari seberapa banyak bakat desainer yang dimiliki sebuah perusahaan IT ataupun non-IT semua memerlukan kerja tim untuk melakukan proyek yang sukses.

Team Work Makes Dream Works

Seperti halnya juga kata-kata dari liverpool yang coba saya pinjam untuk saya sertakan dalam artikel ini.

You Will Never Work Alone.

Congrats! bagi pendukung liverpool, setelah sekian lama penantian akhirnya juara premiere league.

3. Fluid & Adaptive

Mau bagaimanapun juga kita sebagai designer dituntut untuk mudah beradaptasi menghadapi setiap keadaan dan tantangan. Kok bisa? Sederhananya, entah kita bekerja di product team inhouse, freelancer ataupun di agency, kita tidak lepas dari bekerja untuk sebuah service atupun product dari entitas perusahaan itu. Dan setiap perusahaan ataupun product memiliki fase yang berbeda sehingga mengakibatkan focus goalnya pun menjadi berbeda pula.

Photo by Jeremy Bishop on Unsplash

Sebagai contoh, product yang berada di fase introduction. Dalam prinsip product lifecycle product yang berada pada fase ini akan lebih mementingkan focus untuk mendapatkan user dan market fit terlebih dahulu. Berbeda dengan product yang berada di fase growth ataupun di fase maturity atau retention yang berfokus pada kepuasan pelanggan.

Yang perlu diperhatikan juga, desain proses tak seindah tulisan — tulisan case study dari designer yang telah terpublikasi di medium dengan susunan yang rapi nan berurutan enak untuk dibaca.

Design process is messy.

Sebagai designers kita juga memiliki tugas membantu memecah kompleksitas proses dan membuat kekacauan itu dapat dikelola dengan baik.

While a good process isn’t purposefully messy, there is a lot we can learn about good processes by breaking down and understanding the mess — Andrew Kriebel

Jadi, ya ya ya, kita harus pandai-pandai beradaptasi dengan metode ataupun keadaan yang kita hadapi, Be Like Water!

4. Deliver Progress and Outcomes

Kenapa Progress?
Alasanya adalah Managers want to see progress.
Maksudnya meskipun kita kerja sebagai IC kita tetap dibawah seorang Product Manager ataupun Poject Manager yang mana mereka terbiasa membuat plan dan roadmap untuk melihat progress dari setiap tim yang mereka handle. Jadi kita sebagai designer memberikan hasil dari progress kerjaan kita.

Photo by William Iven on Unsplash

Terus masalahnya dimana?
In my opinion, Designers memang punya keahlian untuk discover the problems dan punya curiosity yang tingi akan tetapi hal ini dapat menjadi permasalahan sendiri ketika berkolaborasi dengan tim lain.
Sebagai contoh ketika dapat sebuah ide katakanlah ketika stakeholders melempar ide ke tim designers, designers memiliki rasa ingin tahu yang tinggi akan problem apa yang ingin mereka solve, alih alih menerima mentah mentah ide dari permasalahan yang dilempar, designer cenderung untuk menarik mundur kebelakang dan mulai megobservasi, mengamati perilaku user sehingga menghasilkan banyak isue dan membuat ide lagi, lagi, lagi dan lagi. Hal ini terkadang membuat managers going crazy. Makanya perlu kejelasan product roadmap dan scope pekerjaan yang jelas diawal diberikan kepada designers sehingga bisa deliver progress sesuai dengan problem yang akan diselesaikan.

Kenapa outcomes?
Sebelum menjawab alasanya perlu diketahui perbedaan dari output, outcomes dan Impact dalam Design.

Output
Sesuatu yang kita hasilkan, Berhubungan dengan “apa yang kita lakukan” dan bersifat mudah dilacak (dihitung). Sebagai contoh dalam interface design di sebuah apps ataupun website bisa seperti:
- Desain halaman baru dari prosess signup.
- Desain halaman baru dari prosess login.
- Desain halaman baru dari prosess checkout.
dll.

Outcomes
Perubahan setelah mengimplementasikan output. Berhubungan dengan “perbedaan yang ada dalam lingkup kecil.” Bersifat sedikit sukar untuk dilacak(dihitung). Sebagai contohnya adalah:
- Peningkatan rasio dari user sign-up.
- Peningkatan rasio dari waktu aktif user didalam apps (Behaviour).
- Peningkatan rasio dari kepuasan pengguna.
dll.

Impact
Perubahan yang kita lihat seiring berjalannya waktu. Melihat “apa perbedaan yang ada di dunia.” setelah kita deliver output, dan outcomes. Hal ini yang sangat susah untuk dihitung atau dilacak apabila kita bekerja sebagai freelancer yang bekerja dalam waktu terbatas, katakanlah kontrak 1–3 bulan.
Contoh impact ini bisa berupa:
- ROI Return on Investment dari perubahan ux design
- Brand Awarness bisa juga termasuk dalam impact ini
- Market share
- Service profitable
dll.
*maaf untuk bagian Impact ini belum terlalu paham karena belum sempat sampai menghitung ROI. Untuk penjelasan lebih lanjut bisa baca di buku Lean UX dan buku product development lainnya.

Jadi, alasan kenapa outcomes karena lebih mudah untuk dilacak daripada impact. Meskipun tidak memungkiri Impact itu sangat penting dan hal ini bukan efek dari 1 divisi design saja tapi whole element dalam sebuah organisasi.

5. Experiment to learn

Prinsip yang kelima dalam tulisan ini yang bisa diterapkan bagi teman-teman designer yaitu berani bereksperimen, karena dengan bereksperimen kita bisa belajar bagaimana design itu bekerja dan tidak bekerja untuk user, maupun untuk klien.

Photo by Billetto Editorial on Unsplash

Kenapa harus bereksperimen?

We never know untill we test it

Feedback memainkan peran yang sangat penting dalam setiap design, dan itu sangat penting dalam dunia industri. Setelah mengubah ide menjadi produk, startup terutama berfokus pada melihat bagaimana reaksi user, calon pelanggan atau pasar merespons produk mereka, dan untuk menilai apakah mereka harus melanjutkan atau menghentikan projek yang dijalankan untuk memotong kerugian. Sehingga berkeskperimen dan memiliki mekanisme feedback pasti akan membantu mencapai tujuan dari setiap goalsnya.

Technology change rapidly, people and culture change slowly.

Ya ya ya, perubahan memang tidak bisa dipungkiri, teknologi berkembang sangat pesat tapi apakah dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat itu semuanya langsung bisa diadaptasi oleh pengguna saat itu juga?

well, who knows. So, embrace your failure if you fail when you try to experiment.

Kesimpulan

Design Principles adalah Value Statement yang terkait dengan tujuan sebuah produk yang berfungsi sebagai petunjuk designer untuk membuat keputusan terbaik bagi pengguna mereka, untuk produk atau layanan yang sedang mereka kerjakan.

Begitulah kiranya yang bisa sampaikan dalam tulisan ini, hal ini merupakan pandangan saya dari my personal experience, kurang lebihnya mohon maaf.
Your feedback is helpful and much appreciated.

=====

uxmarker was founded with one mission mind: creating the best and most reliable user-centered design for our clients. Here in our HQ, we deal with a wide range of design avenues on every product platform. To ensure a satisfying product experience, our dedicated team generate data from curated user research methods and analyze them to find and fix various design obstacles. With our ingenious ideas and tested skill, we believe we can help make your products a pleasure to work with.

Keep in touch with us :

LinkedIn | Facebook | Instagram | Youtube | Dribbble | Contact Us

To help spread the word about uxmarker, please give it applause, share this story, and don’t forget to follow us! See you next week everyone.

=====
References:
https://www.interaction-design.org/literature/topics/design-principles
https://www.slideshare.net/jseiden/lean-ux-ux-strat-from-ux-strat-conference-sept-seiden/53-Output
https://www.nngroup.com/videos/design-principles-101/
https://www.productplan.com/product-management-role-product-lifecycle/
Int
Norman, D.A. (2013). The Design of Everyday Things-Revised and Expanded Edition. New York, NY: Basic Books.
Gothelf, J., and Seiden, J. (2016). Lean UX 2nd Edition. Sebastopol, CA: O'Reilly.

=====
Slide Presentasi

--

--

Rudityas Wahyu
uxmarker

Student of life, Product Designer at Late checkout, Designer who is still learning about design for humans. Currently living in Yogyakarta, Indonesia.