Dunia Pasca Kampus be #Lyke

Joshua
3 min readDec 21, 2018

--

Setelah sekian lama berkutat dengan 12 tahun pendidikan formal plus beberapa tahun ‘ber’ taman kanak-kanak, akhirnya saatnya datang…

Terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk. -Tan Malaka-

Saya mungkin akan memulainya dengan hal bahwa segala sesuatu didunia ini adalah mengenai proses. 9 bulan kita mulai belajar jalan, lalu terjatuh. beranjak taman kanak-kanak kita belajar menulis di selembar kertas putih garis lima yang sangat melegenda pada masanya. beranjak sekolah dasar kita diperkenalkan dengan suatu sistem pendidikan formal, dimana menjadi cikal bakal ‘mengejar’ status sosial kita di tengah-tengah masyarakat. Roda berputar pun dijadikan suatu ilustrasi yang eksis ditengah-tengah kegagalan yang kita alami saat mengejar status sosial tersebut. beranjak SMP, sistem pendidikan bukan lagi hanya menuntut nilai, namun juga pergaulan disaat masa-masa labil remaja yang sedang sedap-sedapnya merasakan masa puber. kegagalan melewati masa ini pun sama mengecewakannya seperti gagal menghafal perkalian sederhana maupun ibukota negara-negara didunia saat sekolah dasar dulu. beranjak SMA, embel-embel ‘Atas’ pada akronim SMA kian menguatkan status sosial kita ditengah-tengah masyarakat. Dipaksa sudah dewasa, galau memilih IPA dan IPS, mau lanjut kuliah kemana, mau jurusan apa, dan lain sebagainya merupakan suatu kisah menarik yang katanya susah untuk dilupakan dibanding SD dan SMP. Gagal masuk IPA, gagal masuk PTN, merupakan sedikit dari sekian momen ‘roda berputar’ yang terjadi pada fase ini. Beranjak pada fase akhir dari sistem pendidikan di negeri tercintah.

The same old things, the same old result.

kurang lebih satu setengah tahun saya sudah mengenyam dunia pasca kampus, kenapa dunia pasca kampus? karena yang ingin saya sharingkan bukan hanya bagaimana saya berada di dunia pekerjaan, tapi bagaimana saya berada ditengah tengah kehidupan sosial yang penuh lika-liku disaat gelar sarjana ‘S.T.’ dibelakang nama cukup menantang saya membawa ‘sesuatu’ ditengah-tengah kehidupan sosial saya (atau mungkin saya aja yang merasa begitu :) HEHE). dunia hari ini menawarkan kecepatan, dunia hari ini menawarkan kemudahan, dunia hari ini menawarkan kebebasan (meskipun memang tak sebebas itu), dunia hari ini menawarkan hal-hal fancy yang susah sekali untuk ditolak, namun hal-hal yang ditawarkan dunia barusan membuat kita lupa akan suatu pertanyaan yang akhirnya membuat kita, kamu, dan… saya, iya saya, lupakan, “apa yang mau kita tawarkan kepada dunia?”
seperti yang saya sampaikan di awal mengenai “roda berputar”, saat ini dunia juga seakan bosan dengan pola yang itu itu saja. kita manusia seakan kehilangan daya kreatifitas yang bisa ditawarkan atau enggan untuk menjadi kreatif sehingga susah untuk menawarkan kata kerja “berubah” dan “berbeda” kepada dunia. Saya merupakan seorang pegawai disuatu perusahaan properti yang cukup baik reputasinya di Indonesia dan satu hal yang terus saya pelajari dari tempat saya bekerja saat ini adalah perusahaan ini menuntut improvisasi dari pegawainya dalam bentuk unpredictable path improvisation, improvisasi yang berbeda yang harapannya dapat membawa perubahan positif kepada perusahaan.

polling iseng-iseng ke netijen di instagram saya

“Ah semua perusahaan kan juga gitu”, “Perusahaan lo aja kali yang mau bangkrut”. Well, saya juga mengambil bagian pelayanan di kepemudaan di Gereja saya tepat setelah saya juga bekerja di tempat saya sekarang bekerja, yang otomatis merupakan salah satu lingkungan kehidupan sosial saya saat ini setelah lingkungan pekerjaan dan lingkungan pertemanan saya. Dan yang saya rasakan adalah hal yang sama… bukan sesuatu yang “Wah!!”,bukan sesuatu yang menghabiskan banyak materi, bukan sesuatu yang rumit, namun… sesuatu yang berbeda dan fresh tanpa juga mengesampingkan untuk meningkatkan hal-hal rohani didalamnya.

Fearless Change!!!

And then, “What should we do?”
situasi menarik nan mengusik adalah ketika kita mensharingkan pengalaman penuh dengan tantangan dan kemudian ditantang juga untuk membuat solusi (HE HE x2). yang bisa saya katakan untuk temen temen yang masih mengarungi dunia pendidikan adalah don’t be afraid to be idealistic, to be courageous, and to be challenging. kehidupan sosial hari ini malah krisis orang orang tangguh karena takut berbeda pendapat, takut bersaing, takut menjadi inferior, selagi teman teman masih pelajar, jangan takut untuk idealis akan sesuatu, berani memperjuangkan sesuatu, berani untuk menantang diri sendiri akan sesuatu, kelak pasti akan menjadi orang orang tangguh yang siap membawa perubahan di tengah tengah aspek aspek kehidupan kalian dan dimanapun kalian berada.

So, Which One? Be different or be better?

Baca Juga: https://medium.com/@joshuatino/kota-pahlawan-tanpa-tanda-jasa-1ffea11e4b24#.5yyac22w8
https://medium.com/@joshuatino/calon-perencana-kota-indonesia-terjangkit-penyakit-excusitis-1af4218bc329#.gs0o2i769

--

--