Eksplorasi Aplikasi Prambors Radio, Spotify, dan Groove Music

Maxvania Manurung
10 min readApr 29, 2020

--

NIM : 11S18050

Pengantar

Pada artikel ini, saya akan mereview hasil eksplorasi saya terhadap 3 aplikasi music dan radio, yaitu Prambors Radio, Spotify, dan Groove Music. Pertama, Radio Prambors berdiri sejak tahun 1971 di Jakarta. Radio ini didedikasikan bagi pendengar kaum muda berusia 15 hingga 29 tahun. Radio Prambors menyuguhkan musik hits dari dlaam dan luar negeri. Kemudian, pada tahun 2012, Prambors Radio meluncurkan aplikasinya agar dapat menjangkau seluruh daerah di Indonesia.

Yang kedua, spotify. Spotify adalah layanan musik streaming, podcast dan video komersial Swedia yang menyediakan hak digital manajemen yang dilindungi konten dari label rekaman dan perusahaan media. Spotify dikembangkan pada tahun 2006 oleh sebuah tim di Spotify AB, di Stockholm, Swedia. Dan yang ketiga, Groove Music. Groove Music adalah aplikasi pemutar musik buatan Microsoft untuk Windows 8.0, Windows 8.1, dan Windows 10. Aplikasi ini masih dimiliki beberapa pengguna dari Windows 10 yang belum memperbarui (meng-update) windows mereka, termasuk saya. Karena aplikasi ini sebenarnya sudah diberhentikan pada tahun 2017.

A) Prambors Radio

Hal baik:

1. Saat aplikasi Prambors Radio ini pertama kali dibuka, aplikasi ini langsung menampilkan dan memutar lagu di halaman pertamanya. Hal ini sangat bagus karena aplikasi ini benar-benar dibuat agar pengguna dapat mendengarkan suara/audio, karena memang itu tujuan dari sebuah radio. Sehingga pengguna pun dapat menggunakan aplikasi ini dengan nyaman dan sesuai dengan tujuan utama mereka. (Usability, Efisiensi)

Tampilan pertama saat membuka aplikasi Prambors Radio.

2. Aplikasi ini konsisten dalam menggunakan icon, baik warnanya maupun ukurannya. Contohnya iocn play dan pause pada kedua event dibawah ini. (Leanability; Konsistensi internal)

Salah satu podcast yang sedang diplay (1) dan sedang dipause(2), serta gambar live streaming yang sedang diplay(3)

3. Aplikasi ini menggunakan color palate kuning, hijau army, dan hitam sebagai warna-warna pada background dasar maupun background judul event yang sesuai dengan logonya. Warna-warna tersebut juga membuat mata pengguna nyaman dan tidak jenuh saat membaca tulisannya. ( UI Style Guide: Overview, Color, Branding)

Tampilan pertama Prambors Radio

4. Logo Prambors Radio ini tidak berubah, baik pada web maupun pada aplikasi mobilenya. (UI Style Guide: Branding)

Tampilan Prambors Radio Web (1) & Aplikasi mobile (2)

5. Tulisan yang dipakai pada aplikasi ini sederhana dan tidak lebay. Size, height dan width fontnya sudah sesuai, tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar pula. (Typography).

6. Media-media pada aplikasi ini di design dengan menarik, serta penempatan media-media tersebut pun sudah tepat. Misalnya, penggunaan jarak dan ruang antar gambar dan dinding aplikasi sudah pas, tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh. (UI Style Guide: Media Treatment, Graphic Design: Gambar, Ruang/Jarak)

Halaman Acara(1), Penyiar(2), Videos(3)

7. Isi tulisan berita dan kata pengantar pada podcast, event, dan lainnya sudah menggunakan bahasa yang sopan serta menarik pembaca khususnya remaja karena mereka menggunakan bahasa gaul dan bahsa-bahasa yang sering dipakai kalangan muda. Bahasa yang dipakai sesuai untuk semua kalangan. (UI Style Guide: Writing Guidelines)

Hal Buruk:

1. Pada halaman bagian menu “10 Lagu Terakhir”, tampilannya seperti bahwa lagu-lagu tersebut bisa diputar kembali seperti aplikasi pemutar musik. Namun, ketika di klik, tidak terjadi apa-apa dan lagu-lagu tersebut tidak dapat diputar kembali. Menurut saya, bagian menu ini tidak perlu karena tidak ada gunanya, ia hanya menampilkan lagu yang sudah lewat tanpa bisa diputar kembali. (Feedback, Graphic Design)

Tampilar menu “10 Lagu Terakhir”

2. Tampilan pengaturan alarm pada aplikasi ini sedikit dapat membingungkan pengguna. Karena pengaturannya tampak seperti jam biasa, bukan pengaturan alarm pada umumnya. (Learnability, Efisiensi)

Tampilan pengaturan alarm

3. Prambors Radio tidak konsisten dalam menggunakan warna. Pada aplikasi mobile Prambors Radio menggunakan color palate hijau, kuning, hitam dan lebih banyak menonjolkan warna hijau. Sedangkan di web, Prambors Radio tidak ada menggunakan warna hijau sama sekali dan hanya menonjolkan warna kuning. (Color, Learnability: Konsistensi Internal)

Tampilan Prambors Radio Web (1) & Aplikasi mobile (2)

B) Spotify

Hal Baik:

1. Saat pertama kali menggunakan spotify, pengguna tidak akan bingung karena spotify tidak banyak fitur bermacam-macam, setiap fitur mempunyai interaksi yang mudah dan interface yang simpel. Desain yang simpel akan mempermudah pengguna yang belum terlalu mahir dalam mengoperasikan aplikasi seperti ini. Mereka tidak akan dipusingkan oleh fitur yang banyak dan tombol-tombol yang beragam. (Usability, Learnability )

Tampilan Home Spotify (1) & Jelajahi Spotify (2)

2. User tidak harus mengingat keseluruhan judul karena Spotify akan memberikan rekomendasi dari apa yang sudah diketik user di tombol search. (Heuristic Evaluation: Recognition not Recall, Error Prevention, Efficiency)

Tampilan search pada spotify

3. Aplikasi spotify di mobile, pc, dan spotify web menggunakan icon, tema warna, dan font yang sama. (Consistency)

Tampilan Spotify Web (1) & Aplikasi mobile (2)

4. Tulisan yang dipakai pada aplikasi ini sederhana dan tidak lebay. Size, height dan width fontnya sudah sesuai, tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar pula. (Typography).

5. Untuk icon-icon pada aplikasi ini sudah satu set dan seimbang. (UI Style Guide: Iconography)

6. Aplikasi ini menggunakan hitam sebagai warna pada semua background dan hanya menambahkan bayangan warna pada background penyanyi yang warnanya sesuai dengan warna profil penyanyi tersebut. Warna-warna tersebut membuat mata pengguna nyaman dan tidak jenuh karena tidak banyak menggunakan berbagai macam warna. Namun, spotify menggunakan warna hijau untuk button tertentu yang umum dan menonjol. Serta warna hijau dimunculkan sebagai feedback ketika penggunakan menekan tombol atau lagu dan album. Kedua warna tersebut dipilih karena logo spotify berwarna hijau dan hitam. (Color, UI Style Guide: Overview, Branding)

Tampilan salah satu profil penyanyi di spotify

7. Pola desain UI aplikasi ini sudah seimbang. Seperti icon-icon dan tombol (button)nya sudah setara satu dengan yang lainnya. (UI Style Guide: UI pattern)

8. Aplikasi spotify ini memiliki pola scanning Z-Pattern, yaitu layout yang mengarahkan usernya untuk melihat dan “berinteraksi” dengan segala sudut layout aplikasi ini. (Layout)

9. Pada halaman podcast ini, spotify memberi informasi yang lengkap tentang podcast tersebut, namun tetap terkesan singkat dan minimalis. Aplikasi ini juga menaruh tombol play, unduh, dan share di tempat yang sesuai dan efektif. Hal ini dapat memudahkan pengguna yang sebelumnya tidah tahu apa itu podcast. (Learnability, Graphic Design: Simplicity)

Tampilan podcast pada spotify

Hal Buruk:

1. Saat ingin menghapus beberapa lagu dari playlist tidak bisa sekaligus. Penghapusan harus dilakukan satu persatu, sehingga membuat ketidakefisienan dalam waktu dan tenaga pengguna (Efisiensi)

2. Spotify memiliki daftar list khusus untuk list lagu yang sedang diputar (Gambar 1). List ini dapat diubah urutannya. Untuk mengaksesnya, pengguna harus menekan tombol di sebelah kanan atas pada gambar 2, dan untuk kembali ke tampilan lagu di gambar 2, pengguna harus menekan tombol di sudut kanan atas gambar 1. Hal tersebut kurang familiar bagi pengguna, ditambah lagi icon tombolnya yang jarang digunakan dan tidak familiar. Dan jika dari kedua halaman itu (gambar 1 & 2) ingin kembali ke halaman sebelumnya dengan menekan tombol back, pengguna justru akan kembali ke list album atau playlist sebelum lagu itu diputar (gambar 3). Pengguna mungkin akan bingung dalam menggunakan fitur ini dan malah menyebabkan human error yang tidak disengaja. (Efficiency, Learnability, Safety, Heuristic Evaluation: Error Prevention, UI Style Guide: Navigasi)

list lagu yang sedang diputar(1), lagu yang sedang diputar(2), dan playlist sebelum lagu itu diputar (3)

3. Jika pengguna ingin kembali ke lagu sebelumnya, pengguna akan menekan tombol previous. Tapi tombol ini justru akan mengulang lagu dari awal lagi. (Safety)

4. Saat pengguna selesai menggunakan aplikasi ini, pengguna pasti akan menekan tombol back. Ketika menekan tombol tersebut, pengguna tidak langsung keluar dari aplikasi itu. Pengguna akan dibawa kembali menyusuri apa saja yang ia lakukan selama menggunakan aplikasi tersebut. Hal ini kuran efisien dalam waktu dan tenaga pengguna. (UI Style Guide: Navigasi).

5. Untuk penamaan, aplikasi ini kurang konsisten dalam menggunakan bahasa. Seperti di bawah ini, Pengaturan sudah berbahasa Indonesia tapi masih ada beberapa kalimat yang dicampur dengan bahasa inggris. (UI Style Guide: Naming Convention & File Directories, Writing guidelines)

Tampilan salah satu profil penyanyi di spotify(1) & Tampilan search pada spotify(2)

C) Groove Music

Hal Baik:

1. Groove Music mempunyai interface yang sederhana. Saat aplikasi ini pertama kali dibuka ia langsung mengarahkan kita ke daftar lagu dan tempat untuk play, next, previous, acak musik, pengaturan volume dan opsi ulang lagu. (Usability, Efisiensi.)

Tampilan utama pada Groove Music

2. Aplikasi Groove Music ini memiliki design yang berbeda dari aplikasi pemutar musik lain, tapi tidak membuat kita merasa asing dan bingung saat pertama kali melihatnya. Mereka juga memakai warna dan size yang konsisten yaitu tetap pada color palettenya yaitu hitam, biru navy, dan putih. Saat pertama kali menggunakannya saya tidak susah mempelajari aplikasi ini, bisa dibilang saya tidak perlu mempelajarinya lagi. Bagi user yang masih asing dengan aplikasi pemutar musik juga pasti akan mudah dalam menggunakannya, mereka tinggal menekan tombol play saja. (Learnability)

3. Groove Music akan menandai lagu/music yang tidak bisa diputar dengan warna abu-abu dan meloncatinya untuk langsung lanjut ke trek berikutnya, tanpa menampilkan “error” saat lagu yang tak bisa diputar ditampilkan di Now Playing. Sehingga hal ini tidak mengganggu kenyamanan user saat menggunakannya jika musiknya tiba-tiba berhenti. (Safety)

4. User tidak harus mengingat keseluruhan judul karena Groove Music akan memberikan rekomendasi dari apa yang sudah diketik user di tombol search. (Heuristic Evaluation: Recognition not Recall, Error Prevention, Efficiency)

Tampilan search pada Groove Music

5. Aplikasi Groove Music ini menggunakan layout Prinsip Grouping Gestalt Similarity. Groove music ini mengelompokkan komponen-komponen yang berhubungan ke dalam satu grup, baik karena fungsi, ukuran, bentuk, ataupun warna. Bisa kita lihat, di bagian bawah ada kotak persegi panjang berwarna biru navy yang berfungsi untuk mengatur lagu/musik yang terputar, apakah dia di play atau pause, next dan previous nya, atau acak dan ulang, juga memuat judul lagu beserta penyanyinya dan garis yang menunjukkan lagu itu sudah sampai menit ke berapa. Dan juga, icon-iconnya pun berukuran sama.

Kemudian di sebelah kiri ada kotak persegi panjang yang memiliki tujuan yang sama yaitu menunjukkan lagu-lagu namun dengan pengelompokan yang berbeda-beda. Misalnya di halaman di bawah ini, merupakan kumpulan lagu berdasarkan albumnya. Groove Music ini memiliki pola scanning Z-Pattern, yaitu layout yang mengarahkan usernya untuk melihat dan “berinteraksi” dengan segala sudut layout aplikasi ini. (Layout)

Daftar Album.

6. Tulisan yang dipakai pada aplikasi ini sederhana dan tidak lebay. Size, height dan width fontnya sudah sesuai, tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar pula. (Typography).

7. Untuk warna pada tiap page aplikasi ini sudah bagus dan tidak membuat mata user sakit saat membacanya. Warna backgroundnya adalah hitam dan warna putih sudah cocok untuk menjadi warna fontnya. (Color)

8. icon-icon pada aplikasi ini sudah satu set dan seimbang. (UI Style Guide: Iconography)

9. Untuk penamaan, aplikasi ini juga sudah konsisten. Seperti di bawah ini, icon sebelah kiri bernama “Albums” dan daftar album juga bernama “Albums”. (UI Style Guide: Naming Convention & File Directories)

Tampilan Album & Search

10. Pola desain UI aplikasi ini sudah seimbang. Seperti icon-icon dan tombol (button)nya sudah setara satu dengan yang lainnya. (UI Style Guide: UI pattern)

Hal Buruk:

1. Saat saya tidak sengaja menekan tombol hapus (delete), aplikasi ini tidak memberikan confirmation dialog untuk memastikan apakah saya memang ingin menghapus lagu yang saya pilih. Sehingga, lagu tersebut langsung terhapus padahal itu adalah human error saya yang tidak sengaja saya lakukan. Saran saya terhadap aplikasi ini, seharusnya mereka memberikan confirmation dialog untuk beberapa kemungkinan human error yang mungkin dilakukan oleh user saat menggunakan aplikasi ini. (Safety)

2. Saat tampilan Groove Music di minimize, tombol search dan close sangat dekat, memungkinkan untuk menimbulkan human error. (Heuristic Evaluation: Error Prevention).

Tampilan atas halaman utama Groove music

3. Saat navigation pane di minimize, icon playlist dan +(tambahkan playlist) menjadi seperti beda tujuan dan fungsi, padahal jika di maximize kedua icon itu adalah satu, yaitu playlist music. (Consistency)

navigation pane minimize(1) dan maximize(2)

4. Music groove membuat tombol shuffle dua kali, di kiri atas dan di kanan bawah. Seharusnya mereka membuat satu tombol saja. (Heuristic Evaluation: Simplicity)

Tampilan utama pada Groove Music

5. Untuk tombol Shuffle dan Repeat, yang menandakan itu aktif atau tidak hanya warna background yang hanya ditambah sedikit terang saja. Jika user tidak detail atau user tidak dapat melihat dengan jelas, akan menimbulkan human error. (Heuristic Evaluation: Error Prevention)

Shuffle dan Repeat aktif(1), Shuffle dan Repeat tidak aktif(2),

6. Karena aplikasi ini merupakan “bawaan” Microsoft, maka warna yang dipakai di aplikasi ini tergantung dengan pengaturan PC. Sehingga warnanya kurang mendukung logo dan warna logo dari Groove Music sendiri yang merupakan warna biru. (UI Style Guide: Overview, Color, Branding)

7. bagian playlist dari aplikasi ini tidak “simplicity”. Hal ini dapat mengarahkan user ke hal yang berbeda dan menimbulkan human error (UI Style Guide: Navigasi).

8. Aplikasi ini tidak punya potongan-potongan kode program sehingga user tidak ada menggunakan kembali kode-kode program tersebut. (UI Style Guide: Code Snippet).

--

--