Berusahalah Secukupnya, Biar Allah yang Tentukan Hasilnya

Tasya - Introvert Muslim Writer
14 min readJun 26, 2024

--

Yang dimiliki manusia adalah iman, amal, ilmu, dan masa kini

Anastasya Pratiwi

Sering dalam kehidupan kita merasa “harus” all out atau berusaha mati-matian. Bahkan, kadang rela gas pol melebihi batas kemampuan kita. Memaksimalkan effort memang nggak sepenuhnya salah, tapi masih ada beberapa aspek yang nggak kalah penting. Faktor keberhasilan nggak cuman disebabkan oleh apa yang kita lakuin. Pola pikir, pola kebiasaan, dan campur tangan Allah Yang Maha Kuasa juga ikut berperan.

Semua butuh proses

Photo by Thought Catalog on Unsplash

“Sesungguhnya Tuhanmu adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ʻArasy. Dia menutupkan malam pada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Dia ciptakan) matahari, bulan, dan bintang-bintang tunduk pada perintah-Nya. Ingatlah! Hanya milik-Nyalah segala penciptaan dan urusan. Maha Berlimpah anugerah Allah, Tuhan semesta alam.”

[QS. Al-A’raf: 54]

Allah bisa aja menciptakan bumi, langit, dan seluruh isi alam semesta ini sekejap mata dengan berkata, “Kun Fayakun!” (Jadilah!). Alangkah bijaksananya Allah, setiap apa yang diperbuat-Nya mengandung hikmah. Dalam hal ini, Allah pengen manusia selalu ingat kalau kehidupan ini memiliki proses. Kita nggak langsung jadi dewasa, tapi mengalami dulu masa bayi, anak-anak, dan remaja.

Harus diakui, kita sebagai gen Z dimanjakan dengan hal yang serba instan. Mau apa aja tinggal klik di HP: pesan makanan, tiket, pembayaran, entertainment on-demand, berita terbaru, kabar teman satu circle, chat, kursus online, ngonten, dan lain sebagainya. Makanan dan minuman yang dikonsumsi juga easy to get, easy to dispose nggak peduli sama gizinya. Kita “didoktrin” mencari validasi alias ngeksis dengan mendulang likes, comment, share, follow, and subscribe di media sosial.

Dampaknya, anak muda seumuran kita selalu pengen cepet. Kalo gak satset, kalo gak gercep, aku bisa ketinggalan sama yang lain. Gen Z dijuluki nggak loyal karena suka berganti tempat kerja, sering healing healing terus ngilang. Banyak yang mudah menyerah karena nggak mau menyisihkan lebih banyak waktu. Kalo bisa sekarang, kenapa harus nunggu? Ya, kita adalah generasi yang asing dengan kata “menunggu”. Gimana, nggak? Wong apa-apa di-story! Seakan-akan kalau seisi dunia nggak tahu, maka hari itu kita nggak ber-progress.

Photo by Georgia de Lotz on Unsplash

Reminder: Allah selalu melihat progress-mu, kok! Bahkan hal yang nggak kamu bagi ke story dan circle-mu, Dia tahu. Mulai sedihmu, kecewamu, hingga rahasia yang kamu simpan sendiri. Suasana hatimu, kecemasanmu itu… Dia paham. Karena Allah lebih dekat dari bestie-mu yang only one call away. Dia lebih dekat dari urat lehermu, Dia menyertaimu sepanjang waktu sejak kamu lahir.

Betapa sedihnya pas Allah ngeliat kamu selalu ngebandingin dirimu dengan orang lain. Padahal, yang perlu kamu bandingkan adalah dirimu di hari kemarin vs. hari ini. Karena Allah nggak mau membebanimu dengan mikirin beban hidup orang lain. Allah ingin kamu kembali fokus sama kehidupanmu.

Sudahkah aku lebih baik dari hari kemarin? Apa yang perlu kuperbaiki? Masihkah aku istikamah di jalan Allah?

Photo by Drew Coffman on Unsplash

Biar kamu lebih paham tentang hal ini, ada teori keren banget tentang penciptaan alam semesta dalam 6 masa di bidang sains yang dikemukakan ilmuwan. Pecinta astronomi, kuy merapat! Menurut Marconi dan Hunt (2003), keenam masa itu terdiri dari:

  • Masa sejak ‘Dentuman Besar’ (Big Bang)

Singularity, sampai terpisahnya Gaya Gravitasi dari Gaya Tunggal (Superforce). Ruang-waktu mulai memisah. Kontinum Ruang-Waktu yang lahir masih berwujud samar-samar, dimana energi-materi dan ruang-waktu nggak jelas bedanya.

  • Terbentuknya inflasi Jagad Raya (Cosmic Soup)

Jagad Raya ini masih belum jelas bentuknya. Gaya Nuklir-Kuat memisahkan diri dari Gaya Elektro-Lemah, serta mulai terbentuknya materi-materi fundamental: quarks, antiquarks, dan sebagainya. Jagad Raya mulai mengembang.

  • Masa pembentukan inti-inti atom di Jagad Raya (Nucleosyntheses)

Gaya Nuklir-Lemah mulai terpisah dengan Gaya Elektromagnetik. Inti-inti atom seperti proton, netron, dan meson tersusun dari quark-quark ini. Ruang, waktu serta materi dan energi, mulai terlihat terpisah.

  • Masa Pembentukan Elektron

Elektron-elektron mulai terbentuk, namun masih dalam keadaan bebas, belum terikat oleh inti-atom untuk membentuk atom yang stabil.

  • Masa Pembentukan Atom Stabil

Memisahnya materi dan radiasi, serta Jagad Raya, terus mengembang dan mulai kelihatan transparan.

  • Masa jagad raya terus mengembang

Atom-atom mulai membentuk agregat menjadi molekul-molekul, makro-molekul, kemudian membentuk proto-galaksi, galaksi-galaksi, bintang-bintang, tata-surya tata surya, dan planet-planet.

Photo by Greg Rakozy on Unsplash

Fyi, satu masa atau satu hari penciptaan itu nggak sama dengan satu hari di bumi. Di Al-Qur’an, disebutkan satu hari di sisi Allah itu setara dengan 1000 tahun (QS. Al-Ḥajj: 47). Ada juga ayat lain yang menyebutkan setara dengan 50.000 tahun (QS. Al-Ma’ārij: 4). Wallahu a’lam.

Fenomena pergantian malam dan siang (rotasi bumi = 24 jam), bumi mengorbit matahari (revolusi bumi = 365 hari), bulan mengorbit bumi (revolusi bulan = 28 hari), juga membutuhkan proses yang nggak semudah membalikkan telapak tangan. Intinya, kalau kamu mau sukses di dunia yang fast-paced ini, cobalah buat slow down. Nikmati prosesnya, termasuk sedihnya dan susahnya.

Habisin dulu jatah gagalnya, nanti pasti gantian kok sama keberhasilan!

Manusia punya keterbatasan, tapi fokuslah pada kelebihanmu

Photo by Jeremy Perkins on Unsplash

To be honest, aku pernah negative thinking selama hampir 2 tahun karena too many unpleasant events happened in my life. Dalam ilmu Psikologi Positif yang lagi aku pelajari selama satu bulan terakhir, seseorang mulai memiliki learned helplessness (rasa nggak berdaya yang dipelajari) karena banyaknya kejadian yang nggak menyenangkan dan nggak bisa diprediksi terjadi dalam kehidupannya. Relate nggak, sama kamu?

You may ask: “Terus, gimana cara aku ngatasin hal ini, Tasya? Aku udah capek tau ngerasa helpless terus!”

Relax. Pertama, ambil napas. Tahan. Keluarkan. Udah? Oke. Kita lanjut, ya…

Congrats! Ngerasa capek dengan pikiran yang negatif adalah tanda kamu mulai sadar diri. Hal ini juga aku rasakan di fase awal. Kamu satu langkah lebih dekat untuk kembali pulih.

Kalau kamu udah paham sama poin pertama yang aku singgung sebelumnya, kamu pasti ngeh kalau hal ini butuh proses. And it’s okay. Aku juga lagi berproses, sama kayak kamu.

Photo by Suzanne D. Williams on Unsplash

Berdasarkan pengalamanku, kita ngerasa helpless itu disebabkan banyak hal. Selain ngebandingin diri sama orang lain, kita juga lupa kalau nggak semua bisa kita lakuin sendiri. Kadang kita butuh bantuan orang lain. Namun, kita selalu butuh keterlibatan Allah dalam setiap aspek kehidupan kita. Insyaa Allah, minta ditemani Allah itu faedah-nya sangat dahsyat! Aku udah buktiin sendiri.

Ragaku mungkin merana, tapi jiwaku penuh dengan ketenangan karena ada Allah yang selalu menyertaiku.

Aku mau berbagi satu rahasia besar sama kamu. Orang yang kamu lihat sukses, berhasil, prestasinya banyak, bla bla bla… itu fokus pada kelebihan mereka. Mungkin mereka juga punya kelemahan, tapi itu nggak menyurutkan langkah mereka. Ada keyakinan dalam diri mereka kalau masalah itu jauh lebih kecil dari dirinya. Jadi, kalau kamu mau seperti mereka… stop julid!

Kuy, kita mulai makeover mindset dan behavioral pattern kamu! Coba sekarang kamu list minat, bakat, dan kelebihanmu. Gimana dengan kelemahan? NGGAK PERLU! Kasih dirimu waktu seharian untuk merenungkan hal ini. Bisa juga tanya ke orang terdekat dan tepercaya seperti keluarga, teman, sampai guru.

Photo by Daoudi Aissa on Unsplash

Versi terbaik dirimu baru muncul kalau kamu sadar dan ngelakuin hal sesuai dengan kelebihanmu. Ada yang bilang kalau kelebihanmu = kekuatanmu. Itu bener, lho! Meski mungkin nggak ada sangkut pautnya sama fisik, tapi bisa mengubah hidupmu!

Jangan takut buat action dan memanfaatkan kelebihanmu. Sebaiknya sumber daya dalam dirimu itu diutamakan untuk kepentinganmu dalam kebaikan, sebelum kamu membantu orang lain.

Do it scared

Photo by Andrew Umansky on Unsplash

Setiap orang pasti punya ketakutannya masing-masing yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Kata-kata legend ini diucapkan salah satu dosen penguji PKL-ku saat aku menghadap buat nyerahin revisi. Jujur, baru kali itu aku bicara hati ke hati sama dosen. Di saat itulah, aku sadar kalau dosen juga manusia yang punya ketakutan kayak aku dan kamu. Thanks to dosen tersebut, aku juga dapat wejangan yang membuatku bisa menerbitkan beberapa buku antologi dan pengen punya buku solo habis wisuda. Bismillah 2025, aamiin…

Yang pasti dari kehidupan itu adalah ketidakpastian

Kadang, kita lupa kalau hidup ini penuh ketidakpastian. Emangnya kita bakalan tau apa yang terjadi sedetik lagi, misalkan? Nggak, kan… Ujian, beban, dan ketidakpastian yang sering membuat kita bingung sampai overthinking itu nggak bisa dipisahin dari keseharian kita.

Yang Maha Tahu apa yang bakalan terjadi, alasan dari setiap masalah yang melingkupi hidup kita cuma satu: Allah. Ya, lagi-lagi jawabannya Allah! Jadi, kalau kamu mau yang pasti pasti aja… dekati Allah. Itu adalah obat paling mujarab, karena cuma Allah yang kekal. Sakit hatimu, ketakutanmu, bahkan kecemasanmu pasti sirna.

Photo by Jon Tyson on Unsplash

Izinkan aku bercerita sedikit tentang seseorang di masa laluku. Dia berulang kali menyudutkanku karena aku menghadapi masalah dengan penuh kebingungan. Tapi, ending-nya dia mengakui kalau hal ini adalah kekuatanku. Saat orang lain mungkin sudah menyerah, aku tetap istikamah berangkat ke medan perang meski aku sering merasa nggak tau harus ngelakuin apa. And therefore, aku selalu berterima kasih karena dibalik sikapnya yang kelihatan dingin… ternyata dia mengapresiasi usahaku.

Bukan cuma introvert, tapi ekstrovert juga mengalami ketakutan. Ya, dibalik sikap mereka yang all sunshine and rainbow alias ceria, ada banyak hal yang mereka harap nggak kejadian. Bahkan, kalau udah merasa tertekan banget… curhatnya overshare sampai berjam-jam dan berhari-hari tentang ITU terus yang disinggung. Aku tau, karena aku “diharuskan” sama dia untuk mendengarkan tanpa nge-judge dan fast respon. Susah banget sebenernya. Saat aku coba kasih saran, kadang numpang lewat gitu aja.

Pesenku:

Please… orang yang dengerin curhatanmu itu udah meluangkan waktu, tenaga, energi, dan pikirannya (sifatnya terbatas). Kalau dia menanggapi, itu karena dia peduli sama kamu. Coba deh, mulai didengerin sarannya dan cara pandangnya. Siapa tahu bisa buat masalahmu kelar. Karena jujur, capek aja kalau terus-terusan minta didengerin mulu tapi situ malah “tuli”.

Photo by Priscilla Du Preez 🇨🇦 on Unsplash

Terus mengeluh tanpa merencanakan langkah selanjutnya dan action itu sama aja bohong. Mulut yang cuma satu itu coba kita rem dulu, kita fungsiin tangan dan kaki kita untuk berbuat. Kalau ada yang nggak enak di hati, itu wajar. Tapi please banget, ayo latihan buat disimpan dan curhatnya ke Allah aja.

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”.

[QS. Al-Baqarah: 286]

Baca juga: Renungan, Aku Spons Penyerap Emosi

Kalau nunggu perfect, nanti nggak maju-maju

Photo by Stormseeker on Unsplash

Another kata-kata legend, kali ini dari salah satu dosen pembimbingku. Aku salin plek ketiplek karena emang sebagus itu! Kebetulan beliau bestie sama dosen penguji PKL-ku yang aku singgung sebelumnya. Sampai aku heran, apakah beliau berdua janjian buat nasihatin aku? I don’t know. Maybe?

Dari pengamatanku, masing-masing dosen emang punya kata favorit yang sering diulang-ulang dan pembawaan yang khas. Sampai aku nggak perlu noleh buat tau siapa dosen lagi ngomong. Btw… ini khusus dosen pembimbing dan dosen penguji aja, ygy.

Oke, back to the topic: perfect. Sebenernya apa sih, perfect itu? Emang kamu pernah nemu orang yang bener-bener se-perfect itu hidup di muka bumi ini? Aku kasih waktu 10 detik. Coba kamu sebutin.

Udah? Aku yakin banyak diantara kamu yang nyebutin bias idol. Tapi, coba dipikir lagi. Apa bener itu kepribadiannya yang asli atau cuma persona yang dibuat agensi biar dia cocok sama konsep grupnya?

You may ask: “Influencer sama YouTuber gitu gimana, Tasya? Mereka hidup bergelimang harta, ini itu bisa beli. Perfect banget, kan, ya? Coba kalau aku yang punya uang sebanyak itu! Aku buat apa, ya?”

Oh, yang kamu maksud itu influencer dan YouTuber yang hobi flexing alias pamer harta? Mereka mungkin kelihatan perfect ya, sekilas. Tapi, gimana dengan hati dan amalan mereka? Kita nggak tahu, selain dapat uang tentunya, maksud mereka bikin konten seperti itu apa? Apakah karena di-endorse, pengen nyeritain kisah perjuangan sampai sesukses dan sekaya itu, atau ada niat riya’ disitu?

Photo by Giorgio Trovato on Unsplash

Terus gimana dengan influencer kebaikan, content creator yang isi kontennya ber-faedah? Alhamdulillah, mereka udah ada upaya untuk menjadi baik. Karena orang yang mengajak kebaikan juga dapat pahala dari orang-orang yang diajaknya. Tapi karena mereka juga manusia, pasti punya kekurangan juga.

Berarti nggak ada manusia yang perfect, dong? Bener! Nggak ada! Nabi dan Rasul aja juga pernah berbuat salah. Karena cuma Allah yang perfect di alam semesta ini. Manusia seperti kamu dan aku cuma bisa berbuat dan menjadi yang terbaik aja. Ini juga relate dengan poin sebelumnya: manusia punya keterbatasan.

Photo by Jacqueline Munguía on Unsplash

So, next time kalau kamu diminta untuk menjadi perfect atau menyelesaikan suatu project se-perfect mungkin, ubah mindset kamu! Maksud orang yang bilang seperti itu adalah agar kamu berusaha semampumu, mengerahkan yang terbaik.

Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Dia memiliki nama-nama yang indah. Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada-Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.

[QS. Al-Hasyr: 24]

Orang yang berhasil pasti konsisten, orang yang konsisten berani berkomitmen

Photo by Kelly Sikkema on Unsplash

Step one: komitmen, step two: konsisten.

Banyak orang yang ketika berusaha langsung ngelakuin, tanpa bikin komitmen dulu di awal. Contohnya? Pacaran!

Pacaran itu banyak yang pakai prinsip Kita Jalani Dulu Aja (KJDA), perpanjang kontrak lagi tanpa bukti hitam di atas putih. Kapan dihalalinnya? Gtw!

Sering yang cewek tanya, “Mas, kapan mau nikahin aku? Kita udah pacaran bertahun-tahun, lho! Keluarga udah pada nanyain juga.” Tapi, apa kata si cowok? “Sabar ya, beb. Aku masih cari modal buat kita nikah. Gajiku masih pas-pasan. Tabungan juga belum cukup. Kan kamu tau nikah itu butuh biaya gede, apalagi buat resepsinya. Aku pengennya nikah sekali sama kamu yang bisa dikenang seumur hidup.” Gitu aja terus sampai Tere Liye namatin serial fantasinya!

Photo by Emily Morter on Unsplash

Please, yang masih ngira ini romantis… khususnya buat cewek yang merasa “diperjuangin”, pikir-pikir lagi. Cowok yang serius sama kamu pasti bakalan sat set. Kenapa? Yang namanya jodoh, itu kalau nggak cepet-cepet dilamar bakalan ditikung orang.

“Tapi, Tasya… aku udah nolak banyak lamaran. Mulai dari anaknya Pak RT, Pak Lurah, Pak Camat, Pak Ustadz, sampai Kyai. Karena aku cuma mau dia. Susah buat aku ninggalin kenangan selama bertahun-tahun. Aku udah terlanjur cinta mati sama dia.”

Fix, aku speechless kalau kamu termasuk golongan di atas. Pertama, aku salfok karena lamaran yang kamu tolak itu mayoritas anaknya pejabat semua. Kedua… APA?!!! Kamu sampai nolak cowok yang shalih? Ya, aku positive thinking aja. Mungkin cowok itu nggak sesuai dengan seleramu. Mungkin kamu cantik banget, jadi carinya juga cowok yang subhanallah gantengnya biar nggak njomplang. Atau kamu cari yang sama-sama kayanya.

Satu hal yang harus kita respect dari cowok-cowok itu: komitmen! Bedanya dia sama ayang-mu yang kamu puja itu adalah mereka nikungnya jalur langit dan bumi. Kalau ayang-mu sok iya iya aja tanpa action, mereka memperjuangkanmu dan memperlakukanmu dengan mulia selayaknya wanita. Pengennya dapat restu ortu iya, restu Allah juga.

Pacaran itu bisa dengan banyak insan, tapi nikah itu nggak bisa sembarangan.

Gentleman itu nggak ngajak pacaran, tapi ngajak ke pelaminan.

EAAAAA~~~

Photo by Sandy Millar on Unsplash

Kerennya lagi: nikah diakui negara dan agama. Dapat surat nikah, kartu nikah, kartu keluarga, mengubah statusmu di KTP. Kamu punya hak buat dinafkahi suami sebagai seorang istri, bisa membangun rumah tanggamu dengan aturanmu sendiri. Boro-boro pacaran!

Kamu makan, minum, sampai skincare carinya yang halal.

Masa’ masih mau bertahan di hubungan yang diharamkan sama Allah?

Tanggungjawab suami istri ketika menikah nanti itu berlaku setiap saat. Masing-masing punya tugas, kewajiban, dan hak. Kebaikan sekecil apapun yang kamu lakukan terhadap suami itu bernilai pahala di mata Allah. Karena nikah itu ibadah terpanjang: seumur hidupmu.

Makanya, dalam setiap aspek kehidupan ada yang namanya nyicil. Intensitas konsistennya ditambah sampai sesuai target. Bisa karena terbiasa termasuk dalam hal ini. Jujur aja, kamu skripsian kalau disuruh ngerampungin dari awal sampai akhir dalam satu bulan, juga nggak kuat, kan? Sulit bukan berarti mustahil, cuma perlu waktu aja.

Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya. Siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya.

[QS. Al-Zalzalah: 7–8]

Baca juga: Surat Cinta untuk Anak Ambis

Kencengin lagi doa dan tawakal kepada Allah

Photo by Masjid Pogung Dalangan on Unsplash

Aku dapat insight tentang hal ini di pagi setelah Subuh, hari yang sama waktu selesai nulis artikel ini. Episode kajian singkat yang dibahas Ustadz Zayyin kebetulan tentang tawakal. Disitu aku merasa Allah memberi petunjuk, sehingga bener kalau poin ini aku taruh di akhir. Hasil itu domain-nya Allah. Manusia cuma bisa berusaha, berdoa, dan tawakal.

Sebenernya apa sih, tawakal itu? Jadi gini, guys. Dari pengalamanku, tawakal itu menyerahkan hasil kepada Allah setelah kita berusaha. Mungkin kita udah berdoa, udah berusaha, tapi seringnya kita lupa kalau apapun itu yang menentukan Allah: termasuk hasilnya. Aku mau berbagi ayat yang terkenal dengan julukan “ayat 1000 dinar” sama kamu.

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

[QS. Ath-Talaq: (sebagian ayat) 2–3]

Biar kamu nggak putus asa, ada juga hadis dari Rasulullah yang keren banget. Ibaratnya nih, kalau bener-bener kamu resapi juga… hidupmu bakalan berubah 180 derajat. Pure positive vibes!

Sungguh seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana rezekinya burung-burung. Mereka berangkat pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang.

(HR Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Al-Hakim, Ibnu Hibban, dan Al-Mubarak dari Umar bin Khathab).

Photo by Towfiqu barbhuiya on Unsplash

Kita usahakan apa? Kita usahakan agar diri ini selalu mengingat kalau rezeki Allah itu berasal dari banyak hal. Jadi, reminder biar tetap semangat menjalani hidup. Satu pintu tertutup, insyaa Allah pintu lain terbuka buat kita masuki. Jangan ratapi terus pintu yang tertutup itu! Bisa jadi Allah ingin menyelamatkan kita dari keburukan yang tersembunyi. Langkahkan kakimu ke pintu yang terbuka lebar. Bisa jadi ada kesempatan yang lebih baik, kemudahan, dan kebaikan yang menantimu.

Aku kasih real case dari pengalamanku. Jujur, aku rajin nulis biar nggak overthinking. Awal dari kegelisahanku itu, introspeksi diri, sadar kalau masa depanku bakalan terdampak kalau aku kayak gitu terus… menjadi karya-karya yang bisa kamu nikmati. Ya, termasuk artikel ini!

Aku juga jadi tahu kalau ternyata aku punya bakat deliberate (pintar mengambil keputusan setelah mempertimbangkan banyak hal) dan aesthetic-driven (kreatif secara estetik). See? Jadi, bisa aja pintu yang terbuka berupa perspektif baru ini menjadikan hidup kita lebih baik.

Photo by Nick Morrison on Unsplash

Terus maksud dari kencengin doa? Manfaatkan waktu mustajab, dimana doa yang kita panjatkan pasti dikabulkan sama Allah:

  • Setelah shalat
  • Setelah baca Al-Qur’an
  • Hari Jumat, khususnya setelah Ashar hingga menjelang Maghrib
  • Ketika hujan
  • Ketika berpuasa
  • Sepertiga malam terakhir (jam 3 pagi sampai mendekati Subuh)

Pada dasarnya, kita sebagai umat Nabi Muhammad itu punya privilege doa pasti dikabulkan. Cuma kita nggak tau apakah doa kita ini bakalan dikabulkan di dunia, jadi penghalang marabahaya, tambahan pahala, atau justru dikabulkannya di akhirat nanti. Jangan berdoa mendikte dan menuntut Allah. Sadari posisi kita sebagai hamba dan Allah Maha Kuasa.

That’s it, guys!

Thank you udah mau baca sampai tuntas artikel yang panjang ini!

Pastinya butuh effort yang nggak sedikit buat aku ngumpulin bahan, merangkai, dan nulis bacaanmu ini.

See you next Wednesday!

Relate?

  • Klik clap 👏 dan follow aku di Medium biar nggak ketinggalan sama artikel terbaruku di masa depan 🤗
  • Cek konten yang lebih estetik di Instagramku 🤩
  • Mau kenal lebih jauh? Connect di LinkedIn, yuk 🙂

Daftar Pustaka

  • Marconi, A. dan Hunt, Leslie K. (2003). The Relation between Black Hole Mass, Bulge Mass, and Near-Infrared Luminosity. The Astrophysical Journal. 589(1): 21–24.
  • Qur’an Kemenag (aplikasi).

--

--

Tasya - Introvert Muslim Writer

💖 Bantu kamu self-love & mendalami Islam | 💎 Artikel baru insyaa Allah setiap Rabu malam | 📚 3 buku antologi SUDAH TERBIT!