Air mataku tumpah tak terkira Memendam rindu tiada taraTak kusangka betapa aku tersiksaKetika belahan jiwa tiada di depan mata
Aku kelelahan baru pulang dari Almere. Aku dan keluargaku baru tiba dirumah pukul 23.00. Wuih capeknya luar biasa karena kami pergi dari subuh tadi. Apalagi semalam aku kurang tidur, hanya tidur 2 jam saja! Mau langsung tidur? Wah jelas tak bisa. Malam ini aku dan teman-temanku harus memulai acara seminar…
Tuhan,Rasa ini seperti duriyang menusuk-nusuk kaki
Tuhan,Andai aku boleh bilangAku ingin selalu terbang
Mudik? Katanya sudah tradisiMudik? Apanya yang asyik?Mudik ? Bikin orang pada sakit!Sakit karena pengeluaran nggak sedikitSakit karena di jalan terhimpit-himpit
Sepuluh tahun Kawan, bukan waktu yang sebentar. Tak mudah untuk bilang selamat tinggal. Terlalu banyak kenangan indah yang tak bisa dilupakan. Terlalu banyak hal yang dia ajarkan : tentang kemandirian, tentang kerasnya hidup di negeri orang yang mendewasakan, tentang toleransi, tentang kejujuran…
Kawan, pernahkah kau rasakanKetika hatimu sudah seperti batuSengaja kau buat ia begitu, mengeras dan membatuKarena habis sudah air matamu
Anak lanang berulah
Membuat senut-senut kepala si ayah
Di usianya yang ke-11,
tanda-tanda ledakan perkembangan dahsyat otaknya mulai merekah?
Aargh… I felt like I couldn’t breath.My heart… it was like full of stones lying on my heart
No…not only that…
It was….it was…extremely painful
Kawan, pernahkah kau rasakanSesaknya hati ketika bangun pagiSaat menyadari, kekasihmu tak ada disisiSaat merenungi bahwa pertemuan itu masih lama lagi
Seorang kawan meninggal, disaat usianya belum mencapai empat puluhan. Sejenak aku terhenyakSejenak aku terdiamSungguh, umur itu adalah rahasia TuhanAku, kamu dan kita, tinggal menunggu ajalTinggal menunggu paluNya diketukkanYang entah kapanSekarang, besok atau tahun…