Mengolah Data Riset Kualitatif, Enaknya Pakai Tools Apa?

Diastika Inkasari
codexstories | CODEX Telkom
6 min readFeb 12, 2019
Photo by rawpixel on Unsplash

Setelah bercerita seputar pekerjaan di Codex, kali ini saya ingin berbagi tentang beberapa alat kerja (tools) yang sering kami gunakan di Codex, khususnya untuk membantu penelitian. Berikut ini beberapa ulasan penggunaan perangkat lunak yang sering saya gunakan.

1. Quip

Dikutip dari situs resmi Quip :

“Quip is a new way of collaborating that fuels a culture of action. Empower your employees to get things done faster with less email, and fewer meetings”

Sesuai dengan definisi Quip di atas, kami di Codex menggunakan tool tersebut sebagai sarana untuk berkolaborasi. Quip kami gunakan sebagai “folder” utama untuk menyimpan seluruh data dan dokumen yang kami produksi maupun konsumsi. Tidak hanya fitur “folder”, kami juga menggunakan berbagai fitur pembuatan dokumen seperti beberapa fungsi yang serupa dengan Microsoft Office dan Google Docs. Pembuatan dokumen di Quip sangat praktis, karena tidak perlu membuka halaman web baru.

Folder “Codex Core” di aplikasi Quip

Di Quip, kami dapat berdiskusi di masing-masing dokumen dengan fitur percakapan yang dilengkapi dengan notifikasi jika ada anggota lain yang me-mention. Selain itu, riwayat perubahan dokumen dapat dilihat oleh seluruh anggota yang diberi akses ke dokumen tersebut, sehingga memudahkan tim untuk melihat kembali konten sebelumnya yang mungkin sudah diubah, dan diubah oleh siapa. Hal ini memudahkan transparansi pekerjaan yang dilakukan oleh seluruh anggota tim.

Kami tidak perlu bertanya apa yang sudah dikerjakan oleh masing-masing anggota, karena seluruh aktivitas sudah terekam di Quip.

Akses dokumen dapat diatur sehingga data-data yang bersifat rahasia hanya bisa dikonsumsi oleh kalangan terbatas. Penggunaan Quip dirasa efektif karena kami tidak disibukkan lagi dengan mencari dokumen yang terpencar, ditambah dengan adanya fitur percakapan di setiap dokumen yang membuat kami tidak perlu membuka aplikasi messaging lain.

Untuk kebutuhan riset, kami banyak menggunakan fitur “document” dan “spreadsheet” untuk dokumentasi.

Diskusi dalam pembuatan dokumen

Kekurangan Quip

Walaupun penggunaan Quip praktis, namun ada beberapa kendala yang masih kami alami ketika menggunakan Quip, yaitu fitur untuk editing di dokumen yang masih terbatas. Karena itu, untuk kebutuhan pengolahan data yang cukup rumit kami masih menggunakan Microsoft Excel. Hasil olahan data akhir saja yang kami dokumentasikan di spreadsheet Quip.

2. Dovetail

Dovetail merupakan tools utama yang kami gunakan untuk menyimpan dan mengolah data riset, khususnya untuk riset kualitatif. Dovetail memudahkan para peneliti untuk mendokumentasikan seluruh hasil riset berupa data mentah dan memudahkan dalam melakukan pengolahan data.

Hasil riset berupa rekaman suara, gambar, dan video, dapat disimpan dalam satu folder riset sehingga seluruh member dapat melihat data hasil riset secara online kapan pun dibutuhkan.

Fitur Tags memudahkan peneliti untuk memberikan tanda atau “highlight” di transkrip wawancara terhadap suatu informasi yang penting. Kemudian, kita dapat mengelompokkan Tags yang saling berkaitan sehingga dapat memudahkan peneliti dalam membuat kesimpulan hasil penelitian.

Mengelompokkan highlight dari beberapa transkrip wawancara ke dalam beberapa variabel penelitian

Ketika melakukan riset, biasanya ada beberapa peneliti yang terlibat. Karena itu, dibutuhkan suatu alat yang memudahkan para peneliti tersebut untuk dapat melakukan analisis data secara bersama-sama tanpa harus membuka banyak halaman browser. Selain mudah untuk melihat kesimpulan dan informasi penting (highlight) dari hasil penelitian, Dovetail juga memudahkan anggota tim untuk melakukan pengecekan ulang dengan data mentah sebelum melanjutkan pengolahan data.

3. Confluence

Confluence merupakan alat yang digunakan oleh seluruh anggota tim, tidak spesifik hanya digunakan oleh peneliti. Di Codex, Confluence paling banyak digunakan oleh para Document Engineer dalam membuat dokumentasi teknis. Saya sebagai peneliti biasanya menggunakan Confluence untuk membuat flowchart terhadap journey yang akan dibangun dalam aplikasi.

Sebagai peneliti, saya banyak berkomunikasi dengan Document Engineer untuk menerjemahkan hasil riset saya ke dalam dokumentasi teknis, sehingga siap dikonsumsi oleh developer untuk membangun aplikasi.

Confluence folder yang berisi seluruh dokumentasi teknis

Confluence sangat membantu saya sebagai peneliti untuk melakukan validasi terhadap dokumentasi teknis yang sudah dibuat oleh Document Engineer, apakah sudah sesuai dengan journey hasil riset yang telah saya lakukan atau belum. Fitur lain yang sangat bermanfaat yaitu notifikasi real-time di aplikasi mobile setiap terjadi perubahan dokumen, sehingga saya dan rekan-rekan developer dapat melakukan pengecekan terhadap setiap perubahan yang terjadi.

Selain memudahkan sebagai alat kerja, Confluence juga membantu kami untuk berkomunikasi lebih baik.

4. Jira

Jira dan Confluence merupakan dua dari beberapa produk Atlassian. Jika Confluence berfungsi sebagai alat kolaborasi, Jira merupakan alat yang digunakan untuk melakukan perencanaan dan memonitor pekerjaan secara tim maupun individu. Jira merupakan alat yang sudah banyak digunakan oleh tim yang menerapkan SCRUM dalam proses pengembangan aplikasi. Sebagaimana dijelaskan pada artikel sebelumnya, Codex sendiri menerapkan dua kerangka kerja, yaitu SCRUM dan KANBAN.

Jira merupakan tools yang banyak digunakan oleh tim untuk melakukan proses SCRUM dan KANBAN.

Board di JIRA yang memperlihatkan active sprint

Di Jira, kita dapat melacak pekerjaan dari masing-masing anggota skuat dan melihat perkembangan pengerjaannya. Kita dapat melihat apa saja pekerjaan yang menunggu untuk dikerjakan di kolom “SELECTED FOR DEVELOPMENT”, pekerjaan yang sedang dikerjakan pada kolom “IN DEVELOPMENT”, pekerjaan yang sedang masuk dalam proses quality control “IN QA”, dan pekerjaan yang sudah selesai di kolom “DONE”.

Bahkan untuk pekerjaan yang tidak lolos tahap quality control, maka akan masuk ke kolom “REJECT”. Di masing-masing pekerjaan, dapat dilihat siapa yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan tersebut sehingga seluruh aktivitas tim dapat terkontrol di mana pun dan kapan pun.

Sprint Report

Di Jira juga ada fitur “report” yang memungkinkan kita untuk melihat efektivitas tim dan kecepatan tim dalam mengerjakan pekerjaan yang ada dalam sebuah sprint. Riwayat dari laporan sprint sebelumnya juga dapat dilihat, sehingga tim dapat mengetahui perkembangan kinerja tim dari satu sprint ke sprint setelahnya.

Fitur “report” ini dapat membantu PO dan Scrum Master untuk mengevaluasi tim maupun individu.

5. Typeform

Typeform adalah salah satu alat yang populer digunakan untuk melakukan survei. Selain Typeform, ada beberapa alternatif lain yang dapat digunakan untuk survei seperti SurveyMonkey dan GoogleForm.

Bedanya, Typeform sudah dilengkapi dengan beberapa template pertanyaan dan logic yang memudahkan peneliti untuk melakukan survei secara online.

Hasil survei dari Typeform biasanya digunakan sebagai data kuantitatif untuk mendukung analisis kualitatif yang telah dilakukan. Selain untuk kebutuhan survei, Typeform juga bisa dijadikan sebagai prototipe sebelum tahap pengembangan.

Contohnya untuk prototipe pengembangan chatbot yang sedang dikerjakan oleh skuat Project Management. Validasi konten dalam chatbot dapat dilakukan melalui penggunaan Typeform. Dari pengisian Typeform tersebut, kami dapat meminta umpan balik dari responden terhadap konten yang akan dikembangkan.

Nah, kelima hal tersebut merupakan tools atau perangkat lunak yang paling sering kami gunakan untuk membantu penelitian. Tentunya ulasan di atas hanya berdasarkan pengalaman saya pribadi setelah menggunakan, sehingga preferensi masing-masing orang mungkin akan berbeda tergantung dari kebutuhan.

Saya harap ulasan saya ini bisa membantu teman-teman sekalian untuk bekerja dengan lebih produktif lagi. Cheers :)

--

--