Pergi Menujumu

Telah kutempuh ragam perjalanan

Telah berjauh langkah kuarahkan

Yang kala pergi aku senang

Yang kala pulang aku tenang

-

“Mungkin; Entah Siapa”

Malam itu, saat jarum jam berada di antara angka delapan dan sembilan, aku sedang duduk ditemani sebungkus rokok serta segelas kopi. Saat wanita itu kemudian mendekatiku. Dari ujung jalan ia berjalan dengan terburu-buru — seakan ada bahaya yang mengejarnya. Cukup waktu untuk mengenalinya…

“Searah Belum Pastilah Sama”

Biar kaki sama menapak

Biar tanah sama dipijak

Telinga dan mata belumlah pasti;

Sama mendengar dan mengamati

Loyalitas Tanpa Alas

Serdadu-serdadu:

hujat dan caci atas yang berbeda

dengan mereka

Menjadi loyalis akan sesuatu

yang belum pasti

Ganas

Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin, tempat dimana saya menghabiskan beberapa tahun hidup, dan tadi siang sempat saya hitung, semuanya sudah enam tahun lebih sampai sekarang. Tentu akan ada cerita – di manapun waktu dihabiskan – yang muncul dengan bersendiri atau bersama teman. Di bawah ini ada sedikit cerita…

Kelak Takkan Datang

Kelak, kiranya perpisahan akhirnya datang

Sudi kiranya kau berkenan;

Jadikan diri ini seorang yang kau kenang

Tak — hanya — sekedar hidup dalam ingatan

“Berludah Tak Berlidah”

Maka apa hendak dikata?

Putus sudah semua lidah

Dan menerka…

Benar salah sama mungkinnya

*

Menatap mata

Satu-Satu

*

Selepas kepergian;

ialah deru tangis

Meraung, tiada akhir tiada habis

**

Selepas kepergian:

Mengisi Bakul

Terik menghujam tubuh kurus tak berbaju

mengucur peluh terus tiada dibasuh;

Sedang tanah kian keras ia cangkul

Agar esok nasi tak risih mengisi bakul