Mastering the Art of Storytelling with Data: How to Effectively Communicate Insights | Part 2

Novia Widiyanti
Leap Telkom
Published in
6 min readMar 13, 2023

Pada artikel sebelumnya, kita sama-sama telah memahami betapa pentingnya cara menyajikan data dalam bentuk cerita. Data yang tersampaikan dengan jernih bukan saja memberi kemudahan bagi audiens dalam memahami konteks, juga mendorong psikologis audiens dalam mengambil keputusan dan tindakan.

Menyambung apa yang sudah dibahas di artikel sebelumnya, data-data menjadi lebih menarik manakala disajikan dalam bentuk visual. Pertanyaannya, pemilihan visual seperti apakah yang efektif?

Pemilihan Visual yang Efektif

Pemilihan visual yang tepat bisa membuat perbedaan besar dalam storytelling with data. Visualisasi yang menarik dan mudah dibaca akan membuat audiens-mu lebih terlibat dan memahami informasi dengan lebih baik. Beberapa jenis visualisasi yang bisa dipilih, antara lain bar chart, pie chart, line chart, atau scatter plot. Selain itu, juga bisa mempertimbangkan penggunaan warna dan ukuran yang tepat agar data lebih menonjol dan mudah dicerna.

Image by https://id.pinterest.com/

Example 1: Poor chart

Example 2: Poor chart

Direct Audiences Focus

Penting untuk menentukan fokus yang jelas pada visualisasi data agar audiens dapat langsung memahami informasi yang disajikan. Fokus tersebut dapat diatur dengan memilih data yang paling penting dan menyajikannya dengan cara yang mudah dipahami. Jangan terlalu banyak memasukkan informasi ke dalam visualisasi data, karena hal ini dapat membuat audiens kehilangan fokus dan membingungkan.

Understanding How Audiences See and Process Information

Untuk membuat visualisasi data yang efektif, penting untuk memahami bagaimana audiens melihat dan memproses informasi. Terdapat tiga tahap dalam pengolahan informasi manusia, yaitu iconic memory, short-term memory, dan long-term memory.

Iconic Memory

Iconic memory adalah tahap pertama dalam pengolahan informasi manusia. Informasi dalam iconic memory disimpan hanya dalam beberapa detik. Oleh karena itu, penting untuk memperkenalkan visualisasi data yang menarik dan mudah dipahami di tahap ini. Visualisasi data yang menarik dapat membantu audiens menyimpan informasi dalam iconic memory.

Short-term Memory

Short-term memory adalah jenis memori yang disimpan dalam jangka waktu yang pendek, biasanya hitungan detik hingga menit. Untuk menyimpan informasi dalam short-term memory, informasi tersebut harus diberikan secara berurutan dan dengan cara yang mudah dipahami. Oleh karena itu, saat membuat visualisasi data, pastikan untuk menyajikan informasi dalam urutan yang logis dan mudah dipahami.

Long-term Memory

Long-term memory adalah jenis memori yang disimpan dalam jangka waktu yang lama, bahkan selama bertahun-tahun. Untuk menyimpan informasi dalam long-term memory, informasi tersebut harus disajikan dalam bentuk yang dapat diingat dan mudah dipahami. Oleh karena itu, saat membuat visualisasi data, pastikan untuk menyajikan informasi dalam bentuk yang dapat diingat, seperti menggunakan warna yang cerah dan tampilan grafis yang menarik.

Dalam penggunaan storytelling with data, pastikan untuk memperhatikan tiga tahap pengolahan informasi manusia tersebut untuk membuat visualisasi data yang efektif dan mudah dipahami oleh audiens.

Berpikir Seperti Seorang Desainer

Berpikir seperti seorang desainer juga bisa membantu dalam storytelling with data. Seorang desainer biasanya mempertimbangkan banyak hal dalam membuat visualisasi, seperti rasio, ukuran, warna, dan keseimbangan. Sebagai seorang storyteller with data, kamu bisa belajar dari prinsip desain ini untuk membuat visualisasi yang lebih menarik dan mudah dibaca. Misalnya, kamu bisa menggunakan ruang kosong atau whitespace yang cukup untuk membantu audiens-mu memfokuskan perhatian pada data yang penting.

Tell a story

Cerita yang bagus selalu menarik perhatian para audience. Hal ini juga berlaku pada “Storytelling with Data”. Ketika kita menjelaskan data dengan cerita yang menarik, audiens akan lebih tertarik dan lebih mudah memahami informasi yang disampaikan. Sebelum menyampaikan sebuah cerita, storyteller harus memahami informasi dari dashboard atau data yang ingin disampaikan. Hal ini penting karena akan membantu storyteller mengidentifikasi bagian yang paling menarik dan relevan dari data dan fakta, serta menentukan cara terbaik untuk menjelaskan informasi tersebut.

Dalam memahami informasi dari dashboard, kita perlu melihat berbagai parameter atau variabel yang terkait dengan data yang ingin disampaikan. Misalnya, jika kita ingin menjelaskan tentang angka penjualan produk, kita perlu melihat variabel yang terkait dengan jumlah produk yang dijual, waktu penjualan, area penjualan, dan sebagainya. Dari sinilah kita bisa mengidentifikasi bagian yang paling menarik dan relevan dari data dan fakta.

Constructing the Story

Untuk membangun cerita, kamu perlu merencanakan struktur cerita. Struktur cerita terdiri dari tiga bagian utama: awal, tengah, dan akhir.

The Beginning

Bagian awal cerita harus dimulai dengan memperkenalkan topik atau masalah yang ingin kamu bahas. Hal ini penting untuk menarik perhatian audiens dan membuat mereka tertarik mendengarkan ceritamu lebih lanjut. Gunakan gambar atau grafik yang menarik untuk memulai cerita.

The Middle

Bagian tengah cerita adalah bagian yang paling penting. Ini adalah bagian di mana kamu menyajikan data dan membahas analisis yang kamu buat berdasarkan data tersebut. Kamu dapat menggunakan grafik, tabel, atau diagram untuk menyajikan data secara visual. Pastikan bahwa data yang kamu tampilkan mudah dipahami dan relevan dengan topik yang sedang dibahas.

The End

Bagian akhir cerita adalah bagian di mana kamu menarik kesimpulan dan memberikan rekomendasi atau saran berdasarkan hasil analisismu. Pastikan bahwa kesimpulan dan rekomendasi yang kamu berikan relevan dan terkait dengan masalah yang telah kamu bahas di awal.

Dalam membangun cerita, perlu diingat bahwa lebih sedikit adalah lebih baik. Jangan terlalu banyak menampilkan data atau grafik yang rumit. Sebaliknya, fokus pada data yang paling penting dan relevan untuk tujuan kamu.

Contoh: Bagaimana Menyampaikan Tren Penjualan Produk dengan Storytelling with Data

Untuk membantu memahami konsep storytelling with data, berikut adalah contoh penggunaannya dalam menyampaikan tren penjualan produk:

The Beginning

Kamu memulai cerita dengan memperkenalkan produk yang kamu jual dan menyatakan masalah yang ingin diselesaikan. Misalnya, produk yang kamu jual adalah sepatu olahraga dan kamu ingin menunjukkan bagaimana penjualan sepatumu berubah selama dua tahun terakhir.

The Middle

Bagian tengah cerita adalah bagian di mana kamu menyajikan data dan membahas analisis yang kamu buat berdasarkan data tersebut. Kamu dapat menggunakan grafik, tabel, atau diagram untuk menyajikan data secara visual. Misalnya, kamu dapat menunjukkan grafik penjualan bulanan selama dua tahun terakhir. Grafik ini akan membantu audiens memahami tren penjualan yang sedang terjadi.

Kemudian, kamu dapat membandingkan penjualan sepatu olahragamu dengan penjualan sepatu olahraga dari pesaing kamu. Kamu dapat menunjukkan grafik perbandingan penjualan selama dua tahun terakhir. Grafik ini akan membantu audiens memahami bagaimana kamu berkinerja dibandingkan dengan pesaingmu.

The End

Bagian akhir cerita adalah bagian di mana kamu menarik kesimpulan dan memberikan rekomendasi atau saran berdasarkan hasil analisismu. Misalnya, setelah menganalisis data penjualan, kamu menyimpulkan bahwa penjualan sepatu olahragamu meningkat selama dua tahun terakhir. Kamu juga menyimpulkan bahwa kamu berkinerja lebih baik daripada pesaingmu.

Kemudian, kamu memberikan rekomendasi berdasarkan hasil analisismu. Misalnya, kamu merekomendasikan untuk memperluas jangkauan pemasaran ke pasar yang lebih luas atau meningkatkan kualitas produk dalam mempertahankan posisi yang lebih baik di pasar.

Dalam contoh ini, kamu telah berhasil menggunakan storytelling with data untuk menjelaskan tren penjualan produk. Kamu memiliki cerita yang menarik dan mudah dipahami oleh audiens. Kamu juga telah menarik kesimpulan dan memberikan rekomendasi berdasarkan analisis data yang kamu lakukan.

Pada akhirnya, yang bisa saya sampaikan dengan paparan di atas adalah kita bisa mengambil pelajaran penting bahwa storytelling with data memungkinkan kita untuk menghadirkan data dan angka dengan cara yang lebih menarik dan efektif. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengembangkan keterampilan ini agar dapat memberikan presentasi dan cerita yang lebih baik dan memiliki dampak yang lebih besar.

Bagi yang tertarik di bidang data dan ingin berkolaborasi dengan saya di Telkom Indonesia, yuk cari lowongan yang tersedianya di Careers Telkom!

--

--