Proses Pembuatan Illustrasi dan Sebuah Case Study Sederhana

Ghani Pradita
Paperpillar
Published in
6 min readAug 10, 2017

Sekitar 2 tahun yang lalu saya memutuskan untuk mempelajari illustrasi guna mengembangkan skill yang saya miliki. Saat itu saya belajar secara otodidak mengandalkan tutorial di Youtube dan beberapa artikel di internet.

Dalam fase tersebut saya sangat kesulitan karena saya hanya meraba-raba dan tidak tahu harus memulai dari mana. Kemudian saya mencoba untuk mengambil beberapa project illustrasi ringan untuk membuat diri saya merasa termotivasi untuk belajar.

Waktu itu proses pembuatan illustrasi saya sangat sederhana. Saya memulai dengan membaca brief, mencari referensi, dan langsung terjun ke Photoshop atau Illustrator. Dengan metode tersebut saya menemui beberapa kendala yang beberapa kali membuat saya burnout.

Metode yang saya gunakan memiliki efek berantai yang tidak mengenakkan, yaitu:

  • Menghabiskan banyak waktu berkutat di Photoshop/Illustrator
  • Kehabisan ide dan stuck
  • Timeline project molor
  • Stress

Setelah beberapa kali mengalami kendala di atas, saya mencoba melakukan evaluasi. Dulunya saya beranggapan bahwa dengan terjun langsung membuat illustrasi di tools digital (Photoshop atau Illustrator) akan menghemat waktu. Namun ternyata saya justru sering menemui stuck dan kehabisan ide karena konsep yang ternyata belum matang. Kemudian secara perlahan saya memodifikasi metode saya untuk mencari workflow yg menurut saya paling efisien dan pas di hati :)

Berikut saya ingin bercerita tentang metode pembuatan illustrasi yang saat ini saya gunakan. Agar mudah dipahami saya akan menjelaskan proses sekaligus menyertakan sebuah case study sederhana.

P.S : illustrasi yang saya maksudkan disini hanya sebatas illustrasi yg biasa dibutuhkan dalam suatu User Interface saja.

Brainstorming untuk menentukan konsep

Langkah pertama yang biasa saya lakukan adalah memahami brief dengan seksama. Kemudian dari brief tersebut, saya coba mengerucutkan lagi melalui analisis dengan menjawab pertanyaan :

  1. Dimana illustrasi dibutuhkan?
    Ini merupakan poin mendasar yang nantinya cukup vital ketika kita hendak menentukan komposisi illustrasi. Jawaban poin ini bisa berupa “error state”, “empty state”, “hero image”, dll. Komposisi illustrasi untuk beberapa tempat tersebut berbeda, misalkan untuk illustrasi “Hero image” biasanya diperlukan untuk artboard/size yang cukup luas sehingga kita bisa menempatkan banyak element atau object yang banyak guna memenuhi ruang yang luas tersebut. Sedangkan untuk “empy state” ataupun “error state” biasanya illustrasi dibutuhkan untuk ukuran yang cukup kecil dan komposisi yang sederhana.
  2. Pesan apa yang ingin disampaikan?
    Dalam konteks ini illustrasi merupakan sebuah element penunjang yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Sebisa mungkin kita membuat illustrasi yang representatif terhadap pesan yang akan disampaikan kepada pengguna, bahkan alangkah lebih baiknya apabila pengguna dapat memahami maksud/pesan yg disampaikan hanya dengan melihat illustrasi saja. Jadi bisa dibilang illustrasi juga merupakan pesan itu sendiri.

Sebagai gambaran, saya akan bercerita sedikit tentang sebuah case study sederhana dari project lawas saya.

Singkat cerita, saya sedang mengerjakan project desain app yang funsinya untuk mencari diskon restaurant. kemudian dibutuhkan illustrasi untuk beberapa error screen di mobile app yaitu :

  1. Slow or lost connection
  2. No result found
  3. GPS access permission

Mencari referensi

Sebelum memulai membuat sketsa, biasanya saya mencari beberapa referensi di Dribbble, Behance, dan Pinterest. Dalam mencari referensi biasanya saya mengambil beberapa kata kunci dari hasil brainstorming. Misalkan dalam case ini ada beberapa kata kunci yang saya gunakan :

  • slow
  • connection
  • internet
  • error
  • empty
  • gps
  • location
  • Biasanya saya menambahkan “illustration” di kata kunci ketika melakukan pencarian.

Inspiration is like sugar, a little bit will give you a kick but if you ingest too much you’ll feel sick and unmotivated — Claudio Guglieri

Seperti yang dikatakan Bang Claudio, Inspirasi itu seperti gula. Dalam porsi yang pas dapat membuat kita bersemangat, tapi jika terlalu banyak akan membuat kita lemas dan tidak bergairah. Selain itu juga sebaiknya kita menghindari mengambil inspirasi terlalu banyak dari sebuah karya karena akan berpotensi hasilnya akan terlalu mirip dengan karya orang tersebut. Saya pernah membahas beberapa tips tentang mengambil inspirasi dari karya orang lain disini.

Pada case study kali ini, berikut beberapa referensi yg saya gunakan. Biasanya saya mengelompokkan referensi berdasarkan kriteria contohnya layout dan style.

Membuat Sketsa guna mengerucutkan konsep

Setelah dirasa kita sudah memiliki ide ataupun garis besar tentang illustrasi yang akan kita buat, segeralah mencoret di kertas. Saya biasanya membuat sebanyak mungkin sketsa sebagai alternatif, meskipun nanti hanya satu atau dua sketsa saja yang dibuat versi digitalnya.

Dalam case study diatas, saya memutuskan untuk membuat sebuah karakter yang berbentuk garpu, untuk memberikan nuansa lucu dan sedikit menghibur namun masih bertemakan restaurant atau makanan.

Bagi saya, menggambar sketsa adalah tahap yang cukup vital. Dulu saya beranggapan bahwa menggambar sketsa hanya membuang waktu dan tidak ada manfaatnya. Memang pembuatan sketsa membutuhkan waktu lebih, namun kita akan menghemat waktu banyak ketika sudah memasuki proses pembuatan versi digital dari illustrasi tersebut. Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, dulunya saya langsung membuat illustrasi di software digital tanpa membuat sketsa terlebih dahulu. Kesulitan yang saya hadapi adalah ketika saya membuat versi digital langsung, saya akan bingung untuk memulai darimana, dan kadang stuck kehabisan ide karena belum memiliki gambaran tentang komposisi illustrasi yang akan dibuat.

Jadi dengan membuat sketsa terlebih dahulu, benefit yang saya peroleh adalah konsep yang sudah matang sehingga mengurangi resiko untuk stuck di tahap pembuatan versi digital.

Membuat versi digital, improvisasi, dan iterasi

Pada tahap pembuatan versi digital, biasanya saya memilih beberapa sketsa untuk dibuat. Software yang biasa saya gunakan adalah Sketch App, karena lebih terintegrasi dengan design UInya tanpa perlu berpindah-pindah software/tool.

Berikut sedikit tips ketika proses pembuatan illustrasi bentuk digital:

  1. Buatlah illustrasi langsung di tempat dia dibutuhkan.
    Dulu saya membuat illustrasi di artboard, bahkan document yang berbeda. Nah, kendala yang kemudian saya temui adalah saat illustrasi telah selesai dibuat, ketika hendak saya masukkan di UI ternyata komposisinya terlalu kompleks dan apabila harus dikecilkan mau tidak mau harus memangkas beberapa detail. Padahal proses detailing sudah memakan waktu sangat lama dan sayangnya malah mubadzir. Belajar dari kejadian tersebut, kini saya selalu membuat illustrasi langsung di halaman UI. Dalam case kali ini, saya langsung membuat illustrasi di dalam artboard halaman error, dengan membuat semacam kontainer agar proporsi illustrasi bisa seimbang satu dengan yang lainnya.
  2. Tentukan warna background terlebih dahulu
    Ketika hendak memilih warna untuk illustrasi, usahakan warna background sudah fix, kemudian barulah pemilihan warna obyek yang menyesuaikan. Apabila warna background belum final, ada kecenderungan bahwa nantinya ketika warna background berubah, kita perlu mengubah skema warna untuk illustrasinya juga.

Pada tahap digitizing ini beberapa kali saya memperoleh hasil yang kurang memuaskan dan tidak sesuai bayangan, padahal saya sudah membuat sketsa dengan cukup detail. Hal yang kemudian saya lakukan adalah memodifikasi, dan melakukan beberapa improvisasi guna menemukan komposisi yang pas dan terkadang hasilnya akan jauh berbeda dari sketsa yang telah saya buat.

Hasil final versi digital

Validasi

Langkah selanjutnya setelah illustrasi selesai dibuat adalah dengan memastikan apakah illustrasi yang kita buat sudah sesuai/menjelaskan pesan yang ingin disampaikan. Saya biasanya melakukan validasi dengan menanyakan ke teman, terkadang juga menanyakan langsung ke client. Dari berbagai pendapat tersebut dapat kita jadikan pertimbangan untuk memoles lagi illustrasi kita apabila sekiranya kurang memenuhi kebutuhan.

Akhir kata

Dalam membuat illustrasi, beberapa dari kita terkadang terlalu fokus pada sisi visual seperti penggunaan style yang advance, warna yang memukau, serta detail yang kompleks. Padahal fungsi dari illustrasi itu sendiri adalah untuk memberikan gambaran atau menjelaskan isi pesan kepada penerima pesan (user). Nah hal inilah yang menjadi tantangan, dimana menemukan komposisi yang pas, yaitu cantik secara visual namun tetap mampu menunjang pesan yang ingin disampaikan.

Proses yang saya jelaskan di atas adalah proses yang menurut saya paling enak. Nah mungkin apabila teman-teman punya metode yang berbeda, jangan sungkan untuk share pengalamannya di kolom komentar.

Matur nuwun :)

--

--