Air pancuran hangat ituSeperti bersekongkol dengan waktuMereka tidak membiarkanku tersadarPelukan demi pelukanPijatan demi pijatandan…
Aku menemukan dirimu dalam buku alamat tua
Mengapa kau tak bilang?Kalau kau tinggal di situ selama ini
Bintaro, 13.11.2018 07:57AM
Malam tadi aku menonton filmyang kutanam dalam matakudan terpancar ke langit-langit
Sambil menangis aku menyimpan bola matakudi sudut laci dalam lemari,tapi suaranya masih terdengar
we are herelay down on the groundwatching the cloudsqueeze each other handtouch the rain, andturning light into color
Sepi adalah taman bermain bagi kesendirian. Di mana kesenyapan menjadi bunga dalam teriknya belantara bunyi.
Seperti yang kau dapati dalam peran-peran picisan pada film-film murahan, pada saat gundah menerpa maka sunyi membekap lalu membuatmu perlahan muak. Inilah saatnya…
Hanya ada selembar layar di depanku dan deretan huruf yang berkejaran dengan hela nafas.
Hanya ada beberapa kerat ingatan yang makin mencekik dalam hening malam yang perlahan tenggelam.
PERTAMA, akan susah membunuh puisi kalau terlalu banyak kata-kata yang berebutan untuk dijadikan bumbu makanan sehari-hari. Penyair dan peristiwa pun tak perlu mencari ketika guyonan berbaur dengan luka bertebaran di setiap sudut jalan.
/1/sudah lama aku tak melihat diamungkin ada seminggu setelah kamar itu dicat putihtak ada noda yang tersisa di dinding itubahkan semua guratan garis-garis penanda waktu pun hilang seketikadan dimulailah perjalanan ini
sepasang bola yang menjarah cahaya untuk dipersembahkan pada gundukan otak dalam semangkuk hara
sepasang teropong yang tak henti-hentinya menerka jarak antara helai rambut dan untaian bayang di ufuk.
: TSP
Aku berkata pada kami bahwa hujan yang mendera bumi itu adalah serbuk surga yang tanpa sengaja tertumpah dari dapur langit. Kami mengangguk bukan tanda setuju padaku tapi lebih pada kejerian pada hampanya langit seolah butiran kemilau matahari memanggang dalam…